Mohon Maaf Lahir Batin

Hari Raya Idul Fitri, di mana definisinya adalah kembali pada fitrah. Definisi ini sangatlah tepat bagi kita yang sedang berpuasa, melakukan amal-amal shaleh, dan sebagainya. Beruntunglah kita jika di bulan Ramadhan ini kita rajin beribadah, rajin bersedekah, rajin membaca Al-Quran, rajin berzakat dan seterusnya. Dan di hari raya, kita sudah kembali kepada fitrah. Di mana semua dosa yang telah lalu, akhirnya dihapus.

Banyak sekali cara pemahaman dan makna Idul Fitri yang berkembang di masyarakat, khususnya umat Islam. Idul Fitri selalu identik dengan banyaknya makanan lebaran, seperti kue, dan masakan khas lebaran. Idul Fitri juga identik dengan memakai baju serba baru, kegiatan mudik atau pulang kampung, halal bihalal, kumpul dengan teman dan keluarga dan terkadang melakukan pesta-pesta yang menyimpang dari syariat Islam itu sendiri.

Melihat sedikit uraian diatas, muncul pertanyaan yaitu ‘Apakah seperti itukah makna Idul Fitri yang sebenarnya, Sesederhana itukah? Apa yang istimewa dibalik perayaan Idul Fitri yang dilakukan setiap tahun sekali ini?

Kita disunahkan untuk merayakannya sebagai ungkapan syukur atas kemenangan jihad akbar melawan nafsu duniawi selama Ramadhan. Tapi Islam tak menghendaki perayaan simbolik, bermewah-mewah. Apalagi sambil memaksakan diri. Islam menganjurkan perayaan ini dengan kontemplasi dan tafakur tentang perbuatan kita selama ini.

Lalu pada saat hari Raya nanti, bukannya kita kembali pada fitrah, tapi malah menjadi ajang untuk pamer-pamer-an? Sungguh memilukan. Lebaran banyak yang baru. Baju baru, tas baru, hape baru, sepatu baru, mobil baru, motor baru, dan sebagainya. Apalagi perhiasan baru juga termasuk. Ibu-ibu di saat bersilaturahmi ke rumah orang lain, malah menjadi ajang untuk pamer perhiasan baru. Bahkan mereka menjadi sombong karena perhiasan baru mereka, memandang remeh ibu-ibu yang lain.

Anak muda di saat hari raya, diberi THR oleh orang tua, juga menjadi ajang untuk pamer pada yang lain. “Kamu dikasih THR tidak pada Bapak kamu?” “Ah, payah kau. Saya dikasih THR banyak, kau sedikit.” Sungguh memilukan jika anak muda berkata seperti itu.

Tak ada salahnya jika kita membeli hal yang baru-baru di hari raya nanti, selama yang didapatkannya adalah dari hasil kerja keras kita dan tentu halal. Namun apakah kita merasa bahwa kita sudah bangga? Sudah mampu? Merasa lebih baik dari orang lain? Merasa layak dipuji?

Jika kalian merasa berpikir seperti itu, maka berhati-hatilah. Jangan jadikan hari raya Idul Fitri nanti sebagai ajang untuk berpamer-pamer. Jangan nodai Idul Fitri dengan kesombongan karena sudah pamer. Jangan jadikan Idul Fitri sebagai hari yang dibikin susah orang lain karena kepameran kalian.

Marilah kita jadikan hari raya Idul Fitri nanti sebagai momentum untuk berubah, berubah untuk menjadi lebih baik lagi. Tak ada salahnya jika membeli barang bagus dan baru di hari raya nanti, asalkan tidak boleh Riya’ pada orang lain. Karena itu adalah perbuatan yang sangat rugi jika dilakukan.
Selamat Hari Raya Idul Fitri 1437H, Minal Aidin Wal Faidzin, Mohon Maaf Lahir Dan Batin. (*)

Close Ads X
Close Ads X