Mimbar Islam | Ketika Hati Sekeras Batu

Oleh : Junaidi S.Ag (Dosen PGRA UMSU)

Rasulullah SAW menyebutkan bahwa dalam diri manusia ada segumpal daging, jika segumpal daging itu baik, maka baiklah manusia itu, namun jika segumpal daging itu rusak/buruk, maka rusaklah manusia itu. Segumpal daging itu, kata Rasulullah adalah hati.

Hati inilah nantinya yang menjadikan manusia itu me­miliki sifat yang berbeda-beda antara manusia yang satu degan manusia yang lainnya. Hal itu dikarenakan hati ma­nusia itu bisa berbolak-balik. Manusia yang dalam hatinya memiliki penyakit, maka jika dibiarkan, Allah SWT akan menambahkan penyakit, hal ini sebagaimana firman Allah SWT dalam Alquran surat Al-Baqoroh ayat 10 yang artinya “Dalam hati mereka ada penyakit, lalu ditambah Allâh penyakitnya”

Jika hati yang berpenyakit tersebut dibiarkan maka hati bisa keras/membatu yang pada akhirnya hati tersebut bisa mati sebagaimana yang disampaikan Allah SWT dalam surat Al-Baqoroh ayat 74 yang artinya “Kemudian setelah itu hati kalian menjadi keras seperti batu, bahkan lebih keras lagi”. Namun, jia hati hati dirawat dengan baik, maka hati bisa mengkilap dan bersinar sebagaimana diterangkan di beberapa hadits Rasûlullâh SAW.

Hati yang keras ini akan memiliki dampak negatif bagi manusia yang memilikinya. Oleh sebab itu kita harus bisa mengetahui diantara indikator hati yang keras tersebut.

Ada beberapa indikator hati yang keras, yaitu: pertama, bermalas-malasan dalam mengerjakan kebaikan dan ketaatan, serta meremehkan suatu kemaksiatan.

Kedua, tidak terpengaruh hatinya dengan ayat-ayat Alquran yang dibacakan. Berbeda dengan kaum mu’minîn, hati mereka akan bergetar jika dibacakan ayat-ayat Alquran. Sebagaimana firman Allah SWT. Dalam surat Al-Anfal ayat 2 yang artinya “Sesungguhnya orang-orang yang beriman ialah mereka yang bila disebut nama Allâh gemetarlah hati mereka, dan apabila dibacakan ayat-ayat-Nya bertambahlah iman mereka (karenanya), dan hanya kepada Rabb-lah mereka bertawakkal”

Ketiga, tidak berubah walau diberi dakwah. Orang yang hatinya keras, maka dia tidak akan bisa berubah menjadi lebih baik walaupun selalu diberikan nasehat dan dakwah.

Hal ini sebagaimana yang difirmankan Allah Swt. Dalam surat Al-Baqoroh ayat 6 yang artinya “Sesungguhnya orang kafir itu sama saja atas mereka, apakah diberi peringatan (nasehat) atau tidak diberi peringatan (nasehat) mereka tetap tidak beriman/tidak berubah”.

Keempat, tidak mampu mengambil i’tibar/pelajaran. Orang yang hatinya keras maka dia tidak bisa/tidak mampu mengambil pelajaran dari setiap kejadian yang ia lalui dalam kehidupannya. Perhatikan firman Allah SWT.

Dalam surat At-Taubah ayat 16 yang artinya “Dan tidakkah mereka (orang-orang munâfiq) memperhatikan bahwa mereka diuji sekali atau dua kali setiap tahun, dan mereka tidak (juga) bertaubat dan tidak (pula) mengambil pelajaran?”.

Kelima, Tidak merasa takut akan janji dan ancaman Allah SWT. Orang yang hatinya keras, maka ia tidak takut dan gentar dengan janji dan ancaman Allah SWT.

Oleh sebab itu dalam kehidupan sehari-hari ia akan selalu melakukan pelanggaran terhadap aturan-aturan yang telah ditetapkan Allah. Ia akan menuruti keinginannya untuk berbuat maksiat.

Perilakunya menunjukkan bahwa ia lebih mencintai kehidupan dunia ini dibandingkan dengan kehidupan akhirat. Ia akan merasakan kegalauan dengan tingkat yang tinggi untuk masalah-masalah dunia.

Jika lima indikator yang penulis sajikan di atas ada pada diri kita, maka itu pertanda bahwa hati kita dalam posisi hati yang keras. Oleh sebab itu harus segera kita lakukan langkah-langkah untuk melembutkan hati dan mencegah hati kita menjadi mati.

Ada beberapa cara yang bisa dilakukan untuk melembutkan hati, yaitu:

Pertama, Beriman kepada Allah SWT dan selalu meningkatkan keimanan dan banyak mengingat Allâh (ber-dzikr) dan membaca Alquran dengan men-tadabburi-nya (memahami dan merenungi maknanya).

Kedua, Banyak mengingat kematian. Agar hati kita menjadi lembut, maka kita harus selalu mengingat kematian, hal ini sebagaimana pesan Rasulullah SAW dalam hadits yang diriwayatkan dari Shafiyah yang artinya “Bahwasanya seorang wanita mendatangi ‘Âisyah Radhiyallahu anhuma dan mengadukan keadaan hatinya yang keras.

Kemudian ‘Âisyah pun berkata, “Perbanyaklah mengingat kematian, engkau akan mendapatkan apa yang kau inginkan.” Kemudian wanita itu pun mengerjakannya. Setelah itu, dia pun mendapatkan petunjuk di hatinya dan bersyukur kepada ‘Âisyah.” Wallahu A’lam.

Close Ads X
Close Ads X