MIMBAR AGAMA BUDDHA

Oleh : Pdt. D.M. Peter Lim, S.Ag, MBA, M.Sc

Orang Bijaksana

“Tidak mencelakai makhluk hidup, tidak berbohong, tidak mengambil apapun yang tidak diberikan di seluruh dunia, juga tidak menggoda istri/suami orang lain. Dan tidak pernah meminum minuman keras. Ia yang menghentikan lima perbuatan buruk ini dan tidak melakukan hal-hal tersebut adalah benar-benar disebut orang yang berbudi/bijak” Anguttara Nikaya III: 205-206.

Di dalam kitab suci Bala Pandita Sutta, Majjhima Nikaya, Sutta Pitaka dijelaskan bahwa orang Bijaksana, ciri khasnya:

A. Succintitacinti: Lazim berpikir dalam hal-hal yang baik.
Dia senantiasa stabil, baik dicela maupun dipuji, tidak akan terpengaruh. Pikirannya terkontrol, terbina dan terawat dengan baik dan benar. “Pikiranku teguh bagaikan batu karang, tidak terlekat kepada hal-hal yang menimbulkan nafsu, tidak tergoncangkan di tengah-tengah dunia yang semuanya bergoncang. Pikiranku telah kukembangkan dengan baik, jadi bagaimana lagi penderitaan akan dapat menghampiriku ?”. Theragata 192.

B. Subhasitabbasi: Lazim berucap dalam hal-hal yang baik.
Orang Bijaksana, apapun yang diucapkan, motivasi/tujuannya adalah positif, yang telah terbebas dari niat-niat terselubung (jahat) dan selalu dipenuhi dengan keinginan-keinginan baik.
“Ucapan benar adalah ucapan yang telah terbebas dari kebohongan (kepalsuan), kekerasan, kerewelan dan fitnah” Digha Nikaya II : 312. Baik dalam kondisi senang maupun susah, orang Bijaksana tidak akan pernah mengucapkan kata-kata yang sifatnya menghina atau menyombongkan diri sendiri. Ucapan yang dikeluarkan, arahnya adalah tenang tentram, damai dan bahagia. “Berbicaralah tentang apa yang akan dikerjakan dan janganlah berbicara tentang apa yang tidak dikerjakan. Bijaksanawan dapat mengetahui orang yang hanya pandai bicara tetapi tidak mengerjakannya” Khuddaka Nikaya I : 860.

C. Sukatakammakari: Lazim bertindak dalam hal-hal yang baik.
Perbuatan apapun yang diperbuat, tujuan utamanya adalah demi kesejahteraan dan kebahagiaan makhluk-makhluk hidup lainnya, itulah ciri khas dari orang yang Bijaksana. Orang Bijaksana memiliki sifat-sifat mulia :

1. Alobhajjhasaya: Tidak serakah. Hidupnya penuh dengan kemurahan hati, suka membantu dan senang melakukan dana paramita. Sang Buddha menyabdakan : “Luddho dhammam napassati : apabila keserakahan telah merasuk, seseorang tidak melihat dhamma (kebenaran) lagi”
2. Adosajjhasaya: Tidak membenci. Baginya, semua makhluk hidup adalah saudara. Jika tidak mau disakiti, jangan menyakiti. Jika ingin dicintai, maka pertama sekali adalah cintailah semua makhluk hidup.

“Kebencian membawa kerugian yang besar, kebencian mengacaukan dan melukai pikiran. Bahaya yang menakutkan ini, ada jauh di dalam bathin sendiri. Kebanyakan orang tidak mengetahuinya. Orang yang bathinnya tercemar seperti itu, tidak dapat mengetahui hal yang baik dan tidak melihat hal-hal sebagaimana mereka adanya. Bila seseorang bathinnya diliputi oleh kebencian, hanyalah kegelapan dan kesuraman yang dialami” Itivuttaka: 84.

3. Amohajjhasaya: Tidak bodoh. Bergaul dengan orang bodoh, sama ibaratnya bertetangga dengan orang yang suka main api. Jika rumahnya terbakar, otopamtis pula rumah kita akan ikut terbakar. Jika bergaul dengan penjudi, pemabuk, pembunuh, dll maka kitapun akan menjadi penjudi, pemabuk atau pembunuh. Orang Bijaksana juga memiliki kwalitas :

A) Dhiri: Daya serap dan ingatannya cukup tajam.
B) Panno: Kebijaksanaannya cemerlang. Apapun yang dia pikirkan, ucapkan dan lakukan, selalu berada di jalur dhamma (kebenaran) sehingga dampaknya, selain membahagiakan dirinya sendiri tetapi juga semua makhuk hidup.
C) Bahussuto: Pengetahuannya luas. “Semua pengetahuan, yang rendah, sedang ataupun yang tinggi, patut dipelajari; diketahui maknanya dan dimengerti walaupun tidak seluruhnya perlu diterapkan. Suatu hari, bila tiba saatnya, pengetahuan itu akan membawa manfaat” Khuddaka Nikaya I : 817.
D) Dhorayho: Tekun.
E) Silava: Bermoral. Baik di kondisi senang maupun susah, akan selalu semangat menyemai bibit-bibit kebajikan.
F) Vatavanto: Kebiasaan dan prilakunya indah. Keberadaannya, selalu bermanfaat bagi semua makhluk hidup. “Berkah dari kebajikan moral tidak pernah memudar, keyakinan juga membawa banyak kebaikan. Kebijaksanaan adalah mustika teragung bagi manusia; pencuri tidak akan pernah bisa mencurinya” Samyutta Nikaya I: 37. G) Ariyo: Suci.

“Mereka yang menjalani kehidupannya, baik siang dan malam, yang disesuaikan dengan ajaran Sang Buddha maka akan memadamkan bara api nafsu keinginan, melalui perenungan terhadap kekotoran/hal yang menjijikan” Itivuttaka 93.
H) Sumedho: Kearifannya luhur.
I) Tadiso: Mapan dan teguh dalam kebajikan.
J) Sappuriso: Tindakan, ucapan dan pikirannya senantiasa baik.

Sabbe satta sabba dukkha pamuccantu-Sabbe satta bhavantu sukhitata : Semoga semua makhluk terbebaskan dari derita dan semoga semuanya senantiasa berbahagia,

Sadhu…Sadhu…Sadhu…

Close Ads X
Close Ads X