Meredam Gejolak Harga Pangan Menjelang Hari Besar

Oleh : Hanni Sofia Soepardi
Gejolak harga pangan sebelum hari-hari besar tiba menjadi persoalan yang amat klasik. Permintaan yang membeludak seketika yang tidak sebanding dengan pasokan sering kali dianggap sebagai biang keladi dari kenaikan harga. Ironisnya kerap kali spekulan memperkeruh keadaan dengan menimbun barang, akibatnya pasokan yang beredar semakin langka di pasaran. Harga-harga pun semakin tidak menentu sampai menim­bulkan kekhawatiran mas­yarakat.

Tak ingin masyarakat terus-menerus tertekan karena harga-harga yang melambung khususnya menjelang Ramadhan 1437 Hijriah ini, Presiden Joko Widodo (Jokowi) pun mengambil sikap. Mantan Gubernur DKI itu menginstruksikan para menterinya untuk menelurkan kebijakan yang memungkinkan harga pangan khususnya daging berada di bawah Rp80.000/kg.

“Tiga minggu lalu saya perintahkan menteri-menteri, caranya saya tidak mau tahu, saya minta sebelum lebaran harga daging harus di bawah Rp80.000,” kata Presiden Jokowi. Ia mengatakan, jika di negara lain harga daging bisa di bawah Rp80.000 maka Presiden yakin hal itu bisa terjadi di Indonesia.

Misalnya saja, Presiden mencontohkan harga daging di Singapura atau Malaysia berkisar Rp50.000 hingga Rp55.000 per kilogram di tingkat ritel, padahal di Indonesia bisa sampai Rp120.000-Rp130.000 bahkan mencapai Rp150.000/kg menjelang lebaran.

“Tidak usah di bawah Rp55.000 di bawah Rp80.000 saja, menteri-menteri pada pusing semua,” katanya. Menurut dia, jika di negara lain hal itu dimungkinkan maka seharusnya di Indonesia bisa dilakukan. “Kalau di negara lain bisa kita juga seharusnya bisa, ini mau tidak mau, niat tidak niat hanya itu saja,” katanya.

Namun ia mengaku hal itu memang bukan persoalan yang gampang diurai karena persoalan serupa telah dianggap sebagai sesuatu hal yang biasa sejak lama. Panggil Mentan Presiden tak ingin instruksinya tertinggal sebagai perintah semata. Jokowi pada pekan terakhir Mei 2016 atau sekitar sepekan sebelum bulan puasa, memanggil Menteri Pertanian Amran Sulaiman.

Amran sendiri mengaku pemanggilan itu terkait dengan pembahasan harga-harga pangan menjelang Ramadhan. “Semuanya mulai dari jagung, daging, pangan semua,” kata Amran. Khusus untuk daging yang ditekankan Presiden harganya harus di bawah Rp80.000/kg sebelum Ramadhan, Amran mengatakan rekomendasi telah diterbitkan. “Sudah untuk daging, 10.000 ton,” katanya.

Ia menambahkan pembicaraan itu akan ditindaklanjuti dalam rapat koordinasi di Kantor Kementerian BUMN. “Kemudian besok kita bahas bersama, tiga kementerian kemudian eselon 1 dan eselon 2,” katanya.

Oleh karena itu, Amran mengaku baru akan memberikan detail persoalan itu esok hari menanti pembahasan lanjutan rampung. mIa juga enggan menyampaikan soal penyebab harga daging yang naik menjelang bulan Ramadhan dari tahun ke tahun. “Detailnya besok. Kita rencana nanti kita lihat pembahasan lanjutan. Nanti kita bahas dulu ya,” katanya.

Stabilkan Harga Merespon tentang hal itu, Komite Ekonomi dan Industri Nasional (KEIN) memberikan rekomendasi terkait upaya menstabilkan harga pangan menjelang puasa dan lebaran.
Salah satunya dengan me­maksimalkan peran Perum Bulog dan koperasi untuk langsung mendistribusikan pangan sampai ke tangan konsumen, sehingga dapat memutus mata rantai yang panjang.
Sekretaris KEIN Putri Kuswisnu Wardani mengungkapkan harga pangan di pasar sudah terkendali menjelang puasa dan lebaran.

Hal itu karena pemerintah berupaya memangkas mata rantai distribusi yang selama ini menjadi hambatan dan memicu lonjakan harga. “Apa yang menjadi hambatan stabilisasi harga selama ini kan mata rantai. Kalau kita bisa memotong mata rantai itu tentunya distribusi makin cepat dan harga bahan pangan semakin kompetitif,” ujarnya.

KEIN, kata Presiden Direktur PT Mustika Ratu ini, sudah mendapat arahan dari Presiden Jokowi untuk mendorong percepatan menuju swasembada pangan.“Solusinya kita potong kompas dan langsung ke petaninya. Berapa luas lahan dan produksi didata. Karena sekarang ini walaupun harga pangan tinggi, tapi pendapatan petani tetap rendah. Kalau mata rantai dipotong, hasil pertanian bisa diserap, maka petani bisa mendapatkan hasil yang baik,” kata Putri.

Solusi lain yang ditawarkan yakni pelibatan koperasi dalam distribusi bahan pangan seperti daging, bawang merah, dan lainnya langsung ke konsumen. Dengan begitu Mentan tak lagi harus membuka toko tani dan hanya cukup membina koperasi.

Koperasi dan Bulog juga bisa sekaligus dilibatkan dalam persoalan dan upaya penstabilan harga daging di Tanah Air. Jika hal itu dilakukan maka gejolak harga pangan menjelang hari-hari besar sedikit banyak akan lebih mudah diredam. (ant)

Close Ads X
Close Ads X