Memotivasi Siswa Dalam Belajar

Dalam lingkungan sekolah guru merupakan tenaga professional yang bertugas mengelola interaksi belajar mengajar. Karena itu, seoraang guru haruslah memiliki dua modal dasar yaitu, kemampuan mendesain program dan keterampialan mengimplementasikan atau mengkomunikasikan program tersebut kepada anak didik. Hal ini sebagaimana yang diungkapkan oleh Ali Imran dalam bukunya pembinaan guru Indonesia, bahwa tugas professional guru secara umum ada tiga bagian yaitu, sebagai pengajar, sebagai administrator dan sebagai pembimbing bagi siswa.

Sebagai pengajar, seorang guru lebih dituntut untuk lebih menekankan kepada tugas dalam merencanakan dan melaksanakan pengajaran di kelas. Artinya dalam hal ini, seorang guru dituntut untuk memiliki pengetahuan serta keterampilan dalam mengajar dan menguasai berbagai materi yang akan diajarkan kepada siswanya. sedangkan sebagi administrator, guru memiliki tugas yang berkaitan dengan tugas yang bersifat administratif. Sedangkan sebagai pembimbing, guru memiliki tugas memberikan bantuan baik yang menyangkut pembentukan karakter maupun terlebih lagi dalam membantu siswa memahami materi yang dipelajari siswa.

Selain itu berkaitan dengan tugas guru di atas, maka seorang guru juga dituntut untuk memberikan motivasi kepada siswanya. Sebab proses pembelajaran tidak akan berjalan dengan kondusif jika komponen yang terlibat dalam kegiatan belajar mengajar, khususnya dalam hal ini siswa, tidak memiliki motivasi yang kuat untuk belajar. Dengan pemberian motivasi oleh guru, diharapkan agar siswa menjadi semangat setelah menerima motivasi yang diberikan oleh guru.
Menurut Winkel ada beberapa cara yang ditempuh oleh guru untuk menumbuhkan motivasi pada diri siswa, diantaranya adalah: Pertama, Menjelaskan pentingnya mempelajari suatu materi tersentu atau bidang studi tertentu. Hal ini dalam kenyataanya menunjukkan, biasanya dikalangan siswa sering muncul anggapan bahwa sebuah bidang studi dianggap penting sedangkan yang lain dianggap tidak penting untuk dipelajari. Disamping itu pula, perasaan senang atau tidak senang terhadap mata pelajaran tertentu juga menjadi fenomena umum yang terjadi pada diri siswa. Dalam konteks ini, guru harus berperan aktif dalam menjalankan fungsinya sebagai motivator bagi siswanya untuk meyakinkan para siswa bahwa bidang studi yang diajarkannya memiliki manfaat. Karena itu, melalui upaya guru untuk mengenalkan akan pentingnya materi atau mata pelajaran tertentu untuk dipelajari, maka diharapkan siswa akan termotivasi untuk mempelajarinya.
Kedua, Mengaitkan materi pelajaran dengan pengalaman siswa di luar lingkungan, sejauh itu mungkin untuk dilakukan oleh seorang guru. Beberapa diantara sebab rendahnya motivasi belajar siswa adalah materi yang disampaikan oleh guru kurang atau bahkan tidak berkaitan langsung dengan kehidupan nyata mereka. Dengan demikian jika seorang guru tidak mengaitkan materi pembelajaran tertentu dengan situasi kondisi nyata kehidupan siswa akan terlihat keterputusan mata rantai antara pengetahuan yang diperoleh dari sebuah materi pelajaran yang diajarkan dengan kebutuhan hidup dan pengalaman siswa di lapangan. Hal ini tentunya akan dapat diatasi dengan cara mengaitkan materi pelajaran dengan realita kehidupan siswa, misalnya memberikan contoh-contoh berupa kasus-kasus yang biasa dialami oleh siswa. Langkah ini dapat membentuk persepsi siswa bahwa materi yang sedang dipelajari berhubungan langsung dengan kehidupannya.
Ketiga, Menggunakan prosedur yang sesuai dan menunjukkan sikap antusiasme ketika mengajar. Dalam mengajar guru dituntut menggunakan prosedur yang sesuai, prosedur yang sesuai itu akan tercermin dari pilihan materi yang tepat, pengguasaan materi yang memadai dan sistematis, juga pemilihan metode mengajar yang tepat serta sesuai dengan karakter materi pelajaran, bersifat variatif dan mampu menggugah siswa belajar dengan aktif.
Selain itu pula, Guru merupakan orang yang menjadi pusat perhatian siswa selama kegiatan belajar mengajar berlangsung. Karena itu, performance seorang guru turut mempengaruhi persepsi siswa. Dalam upaya menumbuhkan motivasi siswa, hal yang harus diper­hatikan bagi seorang guru adalah kemampuannya dalam mengajarkan sebuah materi pelajaran dan mampu memilih strategi, metode, dan media yang tepat. Guru juga harus menunjukkan semangat dan antusiasme yang tinggi saat menyam­paikan sebuah materi pembelajaran.
Keempat, Menciptakan suasana belajar yang kondusif. Kelas adalah salah satu tempat yang dijadikan sebagai tempat belajar bagi siswa. Karrena itu, seorang guru harus memanfaatkan ruangan kelas dengan sebaik-baiknyaguna membangun motivasi belajar pada diri siswa.
Dalam menciptakan suasana kelas yang kondusif dapat dila­kukan dengan berbagai cara, mi­salnya dengan mengubah tempat duduk dari yang diasa menjadi meling­kar (dibuat kelompok), serta menciptakan sasana keterbukaan antara siswa dengan guru dan antara siswa dengan sesama siswa.
Kelima, Memberikan hadiah dan hu­kuman kepada siswa. Pemberian hadiah maupun pemberian hu­kuman perlu dilakukan oleh seorang guru dalam memotivasi siswanya, hadiah diberikan ter­hadap keberhasilan seorang siswa. Pemberian hadiah bisa diwujudkan dengan memberikan pujian atau pemberian materi secara wajar. Namun sebaliknya, jika ada seorang siswa yang tidak menjalankan tugas yang di berikan kepadanya, misalnya tidak mengerjakan pekerjaan rumah (PR), maka seorang guruperlu memberikan hukuman secara wajar, misalnya dengan menegur, atau memberikan tugas tambahan kepada siswa.
Pemberian hadiah dan hu­kuman sanagat bermanfaat, sebab dapat mendukung ter­capainya tujuan pendidikan dan dapat memotivasi siswa dalam belajar. Karena, bagi siswa yang mendapatkan hadiah, diharapkan mereka akan semangkin ber­semangat untuk berprestasi dan semangkin giat belajar, sedangkan yang memperoleh hukuman diharapkan mereka akan memperbaiki kesalahan dan tidak mengulangi lagi perbuatan yang demikian tersebut.
Dari lima cara memotivasi siswa yang dikemukakan oleh Wingkel di atas, dapat di pahami bahwa memotivasi siswa adalah salah satu usaha yang dapat dilakukan oleh seorang guru agar tujuan pembelajaran yang di harapkan dapat tercapai, walaupun dengan cara atau dengan metode yang berbeda-beda.
Sebab kesuksesan seorang guru tidak hanya di lihat dari selesai atau tidaknya kegiatan belajar mengajar dikelas, namun juga ditentukan dari sejauhmana pembelajaran tersebut berhasil mewujudkan tujuan dan standar kompetensi yang telah di tetapkan. Karena itu, semangkin besar motivasi belajar siswaa, maka semangkin besar pula kemungkinan tercapainya tujuan pembelajaran tersebut tercapai.
*) Penulis Dosen Pendidikan Agama Islam UMSU.

Close Ads X
Close Ads X