Medan Ekonomi Pariwisata

Oleh : Teuku Muhammad Aziz

Diantara sebab, terlalu banyaknya gedung menjulang, panjangnya aspal terhampar, sempitnya ruang terbuka, dan kumuhnya suasana Kota. Kala itu, lahirlah Pariwisata sebagai pilihan dalam upaya penghilang penat orang-orang kota.

Info diatas, hanya segelintir diantara ratusan lintir alasan, kenapa Pariwisata ada? Namun bukan pertanyaan seperti itu yang paling esensiil bagi masyarakat saat ini. Yakni, bagaimana Pariwisata itu tak sekedar wisata ria, melainkan dirasa kebermanfaatannya bagi hidup masyarakat luas.

Maksud sederhananya adalah, bilakah kita menjadikan Pariwisata sebagai ladang keuntungan yang untungnya diayomi Pemerintah lalu dialirkan pada Masyarakat. Keuntungan materil langsung ataupun tidak langsung harus dan seksama berhatur kebermanfaatan bagi masyarakat luas.

Nah, daripada itu pula, untuk mendapat jawab atas pertanyaan kunci Pariwisata, dibutuhkan pengkajian singkat dan padat terhadap tataran; Medan Ekonomi Pariwisata, yang harus digalakkan sejak kini.

Banyak pilihan, banyak un­tungnya, banyak manfaatnya!

Ungkapan tersebut berlaku penting bagi pengembangan Pariwisata oleh Pemerintah. Ke­tiga pilar itu saling terkait, saling menghubungi.

Sudah berapa banyak pilihan tujuan Pariwisata yang ditawarkan Pemerintah Kota Medan kepada calon wisatawan? Dan sudah berapa banyak keuntungan yang diperoleh Pemerintah Kota Me­dan dari Pariwisata sebagai lintas sektoral pembangunan perekonomian Daerah? Dan su­dah berapa besar manfaat yang dialirkan Pemerintah melalui Pariwisata kepada masyarakat Medan secara luas?

Mungkin pertanyaan tersebut sedikit materialistis. Tapi realita mengatakan, bahwa teramat pedih Pariwisata yang dikelola Pemerintah Kota Medan tidak banyak pilihannya, tidak banyak untungnya, alhasil tidak besar manfaatnya.

Dengan hitungan jari dapatlah pula kita menghitung jumlah pilihan tujuan Pariwisata di Medan Metropolitan. Malah dibalik ke­miniman pilihan situs Wisata, terselip sebuah tragedi.

Dimana situs Alam di Medan semakin hari kian tergurus ga­nasnya Semesta dan Manusia, situs Sejarah di Medan yang tidak jua bertambah hari ke hari, serta situs Sejarah di Medan semakin hari kian terpuruk oleh kerasnya panggung laba rugi Pengusaha Kakap.

Tragedi Pariwisata di Kota ini lebih banyak daripada pilihan yang ditawarkan. Padahal, bilamana Walikota dan jajarannya mau belajar dari Bali ataupun Bandung dalam hal ihwal mengurus Pariwisata, Medan dapat juga tak kalah saing dengan kota metro lainnya.

Medan Ekonomi Pariwisata adalah salah satu sektor bagi pembangunan Daerah yang bi­lamana apik dikerjakan, apik pula hasilnya dirasakan. Namun amat disayangkan, Pemerintah Medan Metropolitan, tampaknya tak sibuk merawat dan mengurusi situs-situs yang sangat berpotensi menjadi tujuan dan pilihan favorit Pariwisata bagi Wisatawan lokal, interlokal, dan mancanegara.

Pilihan Pariwisata di Kota kita ini seolah dicukupkan sendiri oleh Pemerintah. Itu-itu saja, gumam masyarakat menanggapi pilihan tersebut. Dengan begitu, satu per satu gugur sudah, semangat masyarakat dan wisatawan men­cicipi situs sejarah, situs alam dan situs-situs lain yang potensial di Kota Medan.

Kenapa begitu? Dampak gelar Metropolitan dibuntut nama kota Medan jadi sebabnya. Dengan ringan dan penuh kebanggaan, Pemerintah kita berkata, Medan adalah Kota Metropolitan yang fokus dibidang Jasa, Ekonomi, dan Konsumsi. Padahal, bila saja eling akan keadaan, Metropolitan bukan gelar yang patut dibanggakan, tapi dimawaskan.

Penggalakan dalam mempe­runtukkan Medan Ekonomi Pa­ri­wisata sebagai sektor pem­bangunan daerah, sangatlah mum­puni dan menggiurkan keun­tungannya. Bila saja Pemerintah mau dan berupaya, ada beberapa jalur potensial sebagai situs Pa­riwisata yang bermanfaat bagi masyarakat dan calon wisatawan.

Nah, terlepas dari berbagai keruwetan sikap dan kebijakan Pemerintah dalam menggarap Pariwisata, ajegnya kali ini mereka sedikit menenangkan diri, mencari solusi. Segelintir solusi dari berjuta lintir solusi yang ada bagi Pariwisata diantaranya, Mengembangkan Jalur Pariwisata Potensial yang Inovatif!

Jalur Seni dapat dijadikan Situs Pariwisata, jalur Budaya dapat dijadikan Situs Pariwisata, jalur Pendidikan dapat juga dijadikan Situs Pariwisata. Dan banyak lagi jalur-jalur potensial yang dapat dijadikan pilihan, selain situs sejarah dan situs Alam di Kota Medan.

Betapa banyak karya seni yang patut kita banggakan di Medan metropolitan ini. Betapa elok keberagaman budaya dan kemajemukan istiadat yang patut kita syiarkan ke penjuru Nusantara. Betapa mumpuni hasil oleh pikir Ilmuwan kita di Universitas yang dapat kita jadikan situs untuk mengundang pegiat pengetahuan ke tanah Medan ini. Woow!

Pariwisata memang identik dengan hiburan, situs alam, dan situs sejarah. Tapi itu secara umum. Bandung dengan kekayaan seni dan budaya ditambah kreativitas yang didukung penuh Pemerintahan, dapat kok mengkukuhkan dirinya lagi jadi Paris Van Java.

Bali dengan hamparan ke­elokan laut dan pantai ditambah pengebirian habis-habisan ba­ngunan bersejarah dan situs Agamanya oleh Pemerintah, dapat pula menjadikan dirinya sebagai tujuan utama wisatawan dunia.

Nah, Medan punya tanah air yang sejak dulu rajin melahirkan Seniman-seniman masyhur dalam bidang sastra, rupa dan lainnya. Medan punya keberagaman agama luar biasa, toleransi yang mendunia, serta merta diselimuti kekayaan budaya dari berbagai suku dan adat.

Medan punya iklim fantastis, yang memaksa Akademisi dan Pelajar untuk menjadi Ilmuwan nomor Wahid di jurusannya, lewat olah pikir dan karya ilmiahnya di Sekolah dan Perguruan Tinggi.

Pariwisata bukan hanya sekedar wisata. Seni bukan hanya sekedar penghayatan. Budaya bukan hanya sekedar keberagaman. Ilmu pengetahuan bukan hanya sekadar telita-teliti. Namun lebih dari itu. Puncak dari segala sesuatu adalah dirasakan kebermanfaatannya.

Nah, jalur Seni, Budaya dan Ilmu ini hanya dapat dikabulkan menjadi sesuatu yang lebih bermanfaat bagi masyarakat Medan Metropolitan, lewat Pariwisata dan peranan Pemerintah menjadikannya Medan Ekonomi Pariwisata.

Namun diingat penting dan disadari pula, menjadikan jalur Seni, Budaya, dan Ilmu sebagai situs Pariwisata, jangan sampai mengganggu keterlibatan utama jalur tersebut dalam bidangnya sendiri. Biarkan seni berjalan semestinya. Biarkan budaya semakin majemuk. Biarkan ilmu semakin berkembang di Perguruan Tinggi.

Tapi, Pemerintah jangan lupa untuk dan harus berperan menyitir ketiga pilar itu sebagai “alasan” mengundang wisatawan untuk datang berwisata ria di Medan Metropolitan.

Sungguh elok kiranya, ketika gelar Metropolitan dihiasi oleh pariwisata yang unik. Situs Seni, Situs Budaya, Situs Ilmu jadi tujuan baru dan pilihan Pariwisata di dunia modern saat ini. Dan Kota Medan jadi kiblatnya. Alhasil, Pariwisata bukan hanya sektor untuk sekedar bersenang-senang bagi wisatawan, namun lebih dari itu. Jasmani riang, Rohani pun riang.

Bilamana sudah semakin ber­tambah situs tujuan Pariwisata di Kota Medan, semakin harus pula bagi Pemerintah memandang Medan Ekonominya. Tidak hanya se­kedar keuntungan yang harus diutamakan. Tapi keberman­faatannya untuk masyarakat luas.

Bersama masyarakat, Pe­me­rintah Medan harus bahu memba­hu bersinergi menjadikan Pasar Buku atau Pasar Hindu sebagai situs Pariwisata. Menjadikan Ta­man Budaya, Kampung Melayu, Kampung Tiongkok, Kampung Keling sebagai situs Pariwisata. Menyitir Universitas Negeri dan Swasta sebagai situs Pariwisata. Demi kebermanfaatan yang lebih baik bagi masyarakat luas.

Sudah saatnya, Pemerintah Medan menjadikan sector Pa­riwisata sebagai focus pengem­bangan daerah. Dengan me­ngemas seni, sejarah, alam, ilmu, dan budaya sebagai situs Pariwisata yang patut disyiarkan pada penjuru Nusantara, setali tiga uang dampaknya dapat dirasakan.

Medan ekonomi Pariwisata harus diperuntukkan bagi ke­mashlatan luas. Mari menjadikan Medan tak sekedar Metropolitan, tapi Metro Wisata yang mendunia!

*) Penulis Mahasiswa UIN Sumatera Utara, Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam

Close Ads X
Close Ads X