Masyarakat Harus Lebih Kritis dalam Membaca Informasi

Era digital saat ini memudahkan masyarakat untuk melihat informasi dengan cepat melalui media sosial. Dari banyaknya informasi yang diterima masyarakat, tentunya banyak sekali informasi yang mengandung unsur hoax. Berita hoax di Indonesia saat ini kian marak, apalagi memasuk kampaye pemilu pilpres.

Masyarakat yang hanya kaum awam dengan mudah begitu saja mempercayai berita yang tersebar, lalu membuat opini dan menyebarkannya lagi ke media sosial miliknya. Kondisi seperti ini sangat memprihatinkan, membuat konflik dan pepecahan masyarakat Indonesia.

Pengertian hoax diterjemahkan menjadi hoaks yang diartikan dengan “berita bohong” (Hasan, 2007: 271). Bisa dilihat berita-berita yang tersebar baik di televisi,koran,dan media sosial (Instagram, twitter, Facebook, Line, dsb) banyak sekali yang sifatnya pribadi ataupun kelompok menyebarkan informasi yang tidak benar atau bohong.

Contohnya saja kisah bohong Ratna Sarumpaet tentang penganiayaan dirinya memperlihatkan kekerdilan kita dalam berpolitik.

Penyokong pasangan calon presiden dan wakil presiden untuk Pemilihan Umum 2019 tak segan menciptakan kabar bohong buat menyerang lawan.Perilaku ini akan merusak demokrasi sekaligus menciptakan permusuhan di tengah masyarakat. Motif politik elektoral di balik kebohongan Ratna tampak terang-benderang.

Kubu Prabowo kemudian menggelar konferensi pers yang mengutuk keras penganiayaan terhadap Ratna. Kebohongan itu terkuak setelah polisi mengungkap hasil penyelidikannya. Bonyok di wajah seniman teater itu ternyata efek dari operasi plastik di sebuah klinik kecantikan di Jakarta. (tempo.co)
Drama memalukan ini mampu membuat cawapres Prabowo percaya akan berita hoax ini dan sejumlah elit politik lainnya. Kebohongan Ratna menambah panjang daftar hoaks menjelang pemilihan presiden.
Data Kementerian Komunikasi dan Informatika menunjukkan, sepanjang 2017, sekitar 760 ribu kabar bohong dan ujaran kebencian disebarkan di media sosial.

Sedangkan hasil penelitian Masyarakat Anti-Fitnah Indonesia sepanjang Juli-September menunjukkan hampir 59 persen hoaks yang beredar di media berkaitan dengan pemilihan presiden dan kebanyakan digunakan untuk menyerang lawan politik.

Ketika dihadapkan pada sebuah berita atau informasi, maka secara tidak langsung akan dapat memunculkan sikap seseorang terhadap berita tersebut. Sikap adalah suatu kecenderungan bertindak, berpikir, berpersepsi, dan merasa dalam menghadapi objek, ide, situasi, ataupun nilai.

Penting untuk kita agar dapat mencegah dampak negatif dari media dan membantu kita memahami fungsi dari media. Kita harus bisa mengkaji dengan baik sebuah isu, kasus dan kejadian yang terjadi di sekitar kita sebelum bertindak lebih jauh.

Literasi media atau melek media sangat diperlukan dalam lingkungan masyarakat sekarang ini. Barangkali konsep ini masih belum akrab di telinga kita.

Mengutip dari National Association for Media Literacy Education bahwa literasi media adalah kemampuan memahami dan menganalisis. Semoga tak ada lagi berita hoax yang beredar di Indonesia dan masyarakat harus bisa mengetahui mana berita bohong dan tidak.
Penulis Adalah Alumni FKIP UMSU

Close Ads X
Close Ads X