Mari Bersatu Kembali

Kemarin, Pesta demokrasi DKI Jakarta sudah selesai. seluruh TPS dibuka pagi hari dan ditutup pada jam 13.00. Setelah itu penghitungan suara dilakukan setiap TPS, bersamaan dengan itu masyarakat menonton dan melihat quick coint berlangsung yang disiarkan di berbagai media televisi.

Pada saat hasil quick count sudah mencapai 80% suara yang masuk, maka di salah satu media televisi, ada memberi kesimpulan bahwa Jakarta memiliki gubernur baru yaitu Anies dan Sandi. Padahal Ahok-Djarot seminggu sebelum pemilihan diprediksi menang oleh berbagai survey. Hal ini dikarenakan banyaknya masyarakat Jakarta merasa puas terhadap berbagai kinerja yang selama ini dilakukan mereka sebagai petahana. Persepsi kepuasan ini mendorong tingginya elektabilitas Ahok di berbagai media massa.

Namun alangkah mengejutkan tingginya kepuasan masyarakat dan elektabilitas tidak berbanding lurus dengan hasil quick count putaran kedua ini. Berbagai lembaga survey melakukan hitung cepat di pilkada DKI putaran kedua ini. Dari semua hasil quick count memberi gambaran dan menegaskan bahwa jakarta akan memiliki gubernur baru, semua memenangkan Anies-Sandi sebagai gubernur terpilih masyarakat Jakarta.

Berangkat dari hal tersebut, dapat disimpulkan bahwa pemenang pesta demokrasi DKI Jakarta adalah Anies- Sandi. Pertanyaan yang muncul adalah kenapa tingginya elektabilitas berbanding terbalik dengan perolehan suara? Berbedanya elektabilitas dan perolehan suara pasangan Ahok-Djarot menjadi pelajaran penting untuk pembelajaran politik di bangsa ini.

Lalu, apa pasca Pilkada Jakarta? Bagi Anies-Sandi tugas moral pertama bagaimana mengembalikan kebersamaan, kesatuan, dan kesantunan masyarakat agar kembali normal. Bagaimana berbagai sumpah serapah segera cair berubah menjadi persaudaraan sebagaimana jati diri bangsa ini. Kembali terpapar keramahan khas masyarakat Indonesia yang multikultural ini.

Jika suasana sejuk berkembang sebagai wujud kesediaan sikap menerima hasil pemilihan, tentu sangat baik. Artinya, masyarakat bersikap dewasa menerima hasil apa pun dari pelaksanaan kompetisi yang sebelumnya berlangsung bergairah itu. Masyarakat menerima siapa pun yang terpilih lalu melupakan suasana panas yang berkembang sebelum pelaksanaan pemilihan.

Semangat seperti itulah yang perlu didorong agar bangsa ini tidak mengulang kesalahan sama terbelenggu rezim Orde Baru begitu lama. Pemimpin harus diawasi dan didorong agar konsisten pada janji politiknya; agar kesejahteraan dan kepentingan rakyat menjadi prioritas. Bukan justru terjebak kepentingan pribadi dan kelompok. (*)

Close Ads X
Close Ads X