Kejar Target Kunjungan Wisata

Sagita Purnomo

Industri pariwisata diyakini menjadi salah satu sektor yang cukup menjanjikan untuk menambah penerimaan negara. Oleh karenanya, pemerintah melalui kementerian terkait gencar melakukan promosi dan pembangunan besar-besaraan dalam mengembangkan industri pariwisata nasional.

Berbagai objek wisata baru tengah dipoles dan dibenahi untuk menarik minat wisatawan baik asing maupun domestik, salah satunya di provinsi Sumatera Utara dengan Danau Toba sebagai destinasi andalannya.

Perkembangan industri pariwisata di berbagai daerah Indonesia mengalami kendala yang sama, yakni masalah keterbatasan infrastruktur dan kesempatan berpartisipasi. Sebagaimana kita ketahui, masih banyak objek wisata menarik sangat sulit untuk diakses karena belum adanya jalan penghubung yang baik. Untuk menuju suatu objek wisata, wisatawan harus berjuang melewati medan berat yang menguras waktu dan tenaga.

Selain itu, pengelolaan objek wisata juga masih dimonopoli oleh pengusaha kelas kakap dengan mengusung konsep kapitalisnya. Sementara untuk masyarakat setempat sama sekali tidak kebagian peran dalam bisnis industri pariwisata.

Kondisi semakin diperburuk dengan adanya oknum yang berbuat curang dalam pengelolaan wisata itu sendiri, seperti pungutan liar, manaikkan tarif diluar kewajaran, hingga mengakali timbangan atau kualitas barang yang dijadikan sufeni/oleh-oleh.

Hal ini menjadi kesan negatif bagi wisatawan yang membuat mereka enggan untuk berkunjung kembali ke destinasi tersebut. Inilah yang menjadi tembok penghalang bagi kemajuan industri pariwisata dan kesenjangan sosial di beberapa daerah.

Mencapai Target?

Dengan berbagai permasalahan yang penulis paparkan diatas, mampukah pemerintah mencapai terget kunjungan wisatawan, terutama dari luar negeri? Di tahun 2018 ini Kementerian Pariwisata Republik Indonesia menargetkan sebanyak 17 juta kunjungan wisatawan asing.

Dari 17 juta tersebut, 1 juta diantaranya berkunjung ke Sumatera Utara (Sumut). Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), jumlah wisatawan mancanegara yang berkunjung di Sumut pada bulan November 2017 mencapai 24.497 kunjungan.

Dari jumlah tersebut, wisatawan asal Malaysia masih mendominasi dengan jumlah 45,71 persen, diikuti oleh Singapura 5,38 persen, Tiongkok 2,69 persen, Jerman 2,50 persen, Thailand 2,19 persen, Belanda dan Inggris masing-masing 1,97 persen, Perancis 1,93 persen, Australia 1,67 persen, dan Amerika serikat 1,25 persen.

“Jumlah wisman dari sepuluh negara tersebut adalah 67,26 persen dari total kedatangan wisman di Sumut. Jumlah kedatangan wisman dari sepuluh negara utama tersebut mengalami kenaikan 34,18 persen dibanding bulan sebelumnya dan dari negara lainnya naik 18,21 persen. Persentase kenaikan terbesar terjadi pada wisman asal Malaysia sebesar 59,79 persen,” kata Kepala BPS Sumut Syech Suhaimi. (Analisadaily.com)

Untuk realisasi secara keseluruhan, jumlah kunjungan wisatawan mancanegara ke Sumut di tahun 2017 lalu baru mencapai 261 ribu. Jumlah ini jauh dibawah terget yang ditetapkan yakni 500 ribu. Sementara untuk target di tahun 2019 mendatang, kunjungan wisatawan mancanegara harus mencapai 1 juta orang, lantas mampukah mencapai terget tersebut?

Menanggapi hal ini, Anggota DPR RI Komisi X, Dr Sofyan Tan, meminta kepada seluruh pihak yang terlibat dalam industri pariwisata agar berbenah. Menurutnya, kunci untuk menyukseskan target pariwisata tersebut ada di tangan pelaku pariwisata terutama yang memiliki travel atau biro perjalanan.

Karena setiap hari bekerja dan berpikir bagaimana bisa menarik wisatawan sebanyak mungkin masuk ke Sumut. Ia yakin pariwisata punya efek domino luar biasa yang berdampak ke masyarakat. Begitu wisatawan datang ke bandara, akan membutuhkan transportasi, sopir, kenderaan, kuliner, penginapan dan lainnya.ada “Jadi, pariwisata bisa memberikan efek domino yang kuat dibanding sektor lain. Ini akan menjadi penerima devisa terbesar di Indonesia,” katanya. (JurnalAsia.com)

Mengingat berbagai potensi wisata yang ada, jika dikelola dengan baik dan benar harusnya industri pariwisata mampu memberi kontribusi besar bagi perekonomian bangsa ini. Sayangnya saat ini kita masih terbentur dengan sejumlah kendala dan rendahnya komitmen dalam memajukan sektor pariwisata tiap-tiap daerah.

Segencar apapun promosi yang dilakukan, jika pemerintah belum mampu menyelesaikan masalah keterbatasan infrastruktur, pemerataan pengelolaan dan praktek pungli di objek wisata, sampai kapanpun industri pariwisata kita tidak akan maju, alias hanya berjalan di tempat.***

*) Penulis adalah Alumni UMSU

Close Ads X
Close Ads X