Jaga Kebersihan Danau Toba

Beberapa hari ini, muncul pemberitaan yang kurang sedap di berbagai media mengenai Danau Toba. Salah satu destinasi wisata yang digadang-gadang menjadi Monaco of Asia, ternyata didalamnya terdapat kutu-kutu dan juga lintah. Hal tersebut tentu sangat menganggu kesehatan dan juga wisatawan, karena bisa terjangkit penyakit gatal-gatal.

Ini perlu menjadi perhatian kita semua, meskipun tudingan tersebut sudah dibantah keras oleh Pemkab Simalungun. Apalagi moment kebangkitan potensi wisata Danau Toba adalah dengan dimasukannya Danau Toba oleh Pemerintah Pusat sebagai investasi mesin devisa di sektor pariwisata, sebagai destinasi/pesona pariwisata unggulan Indonesia serta sebagai salah satu Kawasan Strategis Nasional yaitu Kawasan Strategis Pariwisata Nasional, salah satu usulan yang diingin­kan adalah menjadi satu Geopark Bumi ke tiga di Indonesia, dan ini sekali lagi merupakan peluang investasi terbesar bagi Sumatera Utara.

Danau Toba, yang kata para ahli geologi terbentuk dari letusan vulkanik sekitar 75 ribu tahun lampau, mempesona karena gunung yang indah disertai air danau yang jernih seperti kristal. Saya ingat betul ketika masa anak-anak saya lebih dari 35 tahun lalu, air Danau Toba seperti cermin, jernih, bersih dan terasa segar. Kalau berenang di Danau Toba, airnya yang jernih itu tak masalah kalau diminum langsung. Sayangnya sekarang kondisi air Danau Toba sudah sangat berubah, terutama sejak dikembangkannya Keramba Jaring Apung (KJA).

Budidaya ikan di Danau Toba dilakukan secara besar-besaran, nyaris tidak ada pengendalian yang berarti. Budidaya ikan sebenarnya sah-sah saja, karena itu menjadi usaha orang untuk mendapatkan penghasilan. Ikan yang dipanen dari Danau Toba bisa dijual, malahan sebagian diekspor ke luar negeri. Tentu banyak orang yang mendapatkan keuntungan dari budidaya ikan di Danau Toba. Keramba Jaring Apung merupakan sumber penghasilan masyarakat.

Karena begitu banyaknya limbah ikan yang menumpuk dalam air danau, sehingga kadar oksigen dalam air menipis secara luar biasa, akibatnya beberapa waktu lalu, ikan yang terdapat dalam ribuan keramba di Danau Toba megap-megap kehabisan oksigen lalu mati secara bersamaan.

Lalu apa hubungan antara ikan mati dengan kunjungan wisata di Danau Toba. Ya jelas ada, malahan hubungan itu sangat erat. Ikan mati dan ikan hidup di Danau Toba menyebabkan air danau menjadi keruh, kurang oksigen, dan menampung bahan yang bisa beracun dari sisa pakan. Bahan beracun itu biasanya berupa amoniak, yang merupakan hasil dari reaksi kimia antara sisa pakan yang membusuk.

Stop mencemari Danau Toba! Sepintas kelihatannya mudah, kalau KJA sudah tidak ada lagi, Danau Toba akan kembali jernih, bening dan segar. Tapi kenyataanya tidak semudah yang dibayangkan. Untuk memulihkan kualitas air Danau Toba perlu usaha luar biasa.

Ya luar biasa, karena harus dilakukan secara masif, besar-besaran oleh semua pihak. Belum lagi bila ada pabrik yang diduga membuang limbahnya ke Danau Toba, ini tentu menjadi warning bagi pemerintah setempat.

Agar benar-benar menjaga kebersihan di lokasi ini. Apalagi dahulu Menteri Luhut pernah berujar, perusahaan yang berlokasi di Kabupaten Toba Samosir tersebut perlu memperbaiki teknologinya, pengolahan limbahnya, dan memiliki HTI tersendiri agar tidak menebang hutan yang lain.

Pemangku kepentingan di Sumut juga diingatkan untuk tegas dalam menegakkan aturan, terutama jika mengetahui adanya praktik yang merusak lingkungan.

“Jangan karena diberi recehan, lalu lupa. Kita berdosa sama anak cucu. Cari makan masih banyak di tempat lain. Jangan di limbah kita mainkan,” katanya di hadapan Gubernur Sumut HT Erry Nuradi. (*)

Close Ads X
Close Ads X