Heboh Sensor KPI

Komisi Penyiaran Indonesia (KPI) lagi-lagi kembali mendapat respon negatif dari netizen. Hal ini terjadi berawal dari sebuah stasiun televisi swasta yang menayangkan rangkaian persiapan PON Jabar cabang olahraga renang. Materi liputan ini mengulas tentang atlit renang yang ikut berpartisipasi dalam PON Jabar. Namun yang mengherankan adalah gambar atlet tersebut justru diblur atau disensor. Hal ini sangat disayangkan oleh para netizen.

Pasalnya materi yang ditayangkan tersebut bukanlah masuk dalam konteks pornografi. KPI pun sempat menyangkal dengan mengatakan bahwa sensor tersebut adalah kebijakan dari televisi yang bersangkutan. Namun tetap saja nama KPI ikut terbawa dalam hal ini.

Salah satu tugas KPI adalah menjamin masyarakat untuk memperoleh informasi yang layak dan benar sesuai dengan hak asasi manusia. Untuk itu mestinya tayangan yang disiarkan juga tidak setengah-setengah dan layak untuk di tonton. Demikian juga dengan tayangan atlet renang tersebut, rasanya tidak layak/ tidak pas melihat atlit renang wanita yang hanya terlihat kepalanya saja sementara tubuh di bawah kepala sampai kaki hanya terlihat kotak-kotak coklat.

Untuk memberikan tayangan yang bermanfaat bagi masyarakat, mestinya tidak salah kaprah dan asal-asalan. Barangkali karena tubuh atlit renang tersebut dianggap bisa membuat libido seseorang (terutama) laki-laki naik? Jika blur tersebut dengan maksud seperti itu, penulis kira terlalu berlebihan.

Penulis justru mempertanyakan kekhawatiran berlebihan dari pihak yang memblur tersebut. (menurut KPI dalam situs resminya www.kpi.go.id, yang melakukan pengaburan gambar (pengebluran) dalam tayangan tersebut tidak dilakukan oleh maupun atas permintaan Komisi Penyiaran Indonesia, yang memblur adalah Lembaga Penyiaran).

Dirasakan pun, para laki-laki yang melihat tayangan atlit renang dengan kostum renangnya tidak akan berpikir sampai sejauh itu, membayangkan hal yang erotis tentang tubuh atlit tersebut dan melakukan hal-hal yang tidak senonoh.

Bahkan lebih sepakat jika tayangan yang terlalu mengada-ada misalnya sinetron yang memperlihatkan permusuhan, kebencian, perpecahan, pelecehan agama, diskriminatif, intrik keluarga, anak sekolah yang hobi pacaran, kebut-kebutan, sinetron dengan mobil-mobil mewah, adegan banjir air mata dll , itulah yang diblur, disemprit bahkan di cut.

Atau kuis, acara lawak yang kurang mendidik. Silahkan di kira-kira sendiri judul sinetron, kuis yang seperti saya sebutkan tersebut. Bukannya malah tayangan PON yang penuh dengan semangat, perjuangan, sportivitas , dedikasi tinggi , diblur karena dianggap melanggar kesopanan

Saya secara pribadi, menganggapnya agak berlebihan. Setiap pihak berharap agar PON menjadi ajang pembuktian dari kerja keras para atlit dalam persiapan mereka. Kita juga berharap melalui ajang ini akan lahir atlet-atlet berprestasi.

Seharusnya hal-hal non teknis semacam ini harus diminimalisir sehingga tujuan itu dapat tercapai. Jangan sampai dan tidaklah lucu jika sang atlet lebih kuatir cara berpakaiannya daripada berusaha mencatat prestasi yang maksimal di ajang yang dia ikuti. (*)

Close Ads X
Close Ads X