Euforia Akhir Masa Sekolah

Setiap kali hari terakhir Ujian Nasional (UN), para siswa mengekspresikan masa akhir sekolah dengan konvoi keliling kota dan melakukan aksi corat-coret. Begitu pula yang terjadi kemarin, tradisi vandalisme itu berulang terjadi. Ratusan pelajar di Medan melakukan aksi corat-coret baju kemudian menyewa angkutan umum dan menggunakan kendaraan pribadi berkonvoi di jalan-jalan protokol kota hingga ke luar kota.

Euforia para siswa merayakan akhir tahun pelajaran tak hanya terkesan ‘lebai’ tanpa makna dan mencemaskan orangtua. Kecemasan para orangtua bukannya tidak beralasan. Selain lama menunggu anak mereka pulang ke rumah, aksi para siswa di jalan sudah mengancam keselamatan mereka sendiri dan mengganggu ketentraman orang lain.

Tak heran bila perilaku para mantan siswa ini membuat Satlantas Polresta Medan gerah, kemudian memberikan tindakan tegas bagi pelajar SMA yang menggelar aksi corat coret baju sembari konvoi kendaraan mengelilingi kota. Di Medan, sedikitnya 150 pelajar yang tidak mematuhi peraturan lalu lintas ditilang polisi.

Padahal, sebelumnya polisi sendiri telah melakukan imbauan ke tiap sekolah agar tidak merayakan Euforia selesainya UN ini dengan aksi corat coret baju. Bila tidak bisa dihindari konvoi, harus dilakukan secara tertib.

Faktanya, para calon mantan pelajar SMA itu tetap melampiaskan euforia UN dengan menjalankan tradisi corat coret baju dan konvoi keliling kota secara ugal-ugalan. Selain menilang, polisi terpaksa membubarkan mereka.

Selepas dari euforia mantan siswa kemarin, tanpa disadari status siswa mereka miliki berakhir sudah. Masa indah kumpul bersama temnan dan seribu cerita di dalam kelas tinggal kenangan. Semua itu telah berlalu dan hilang. Rasa kehilangan itu muncul ketika pagi terbangun tidak lagi memakai seragam dan berhitung dengan waktu sebelum tiba di sekolah.

Seorang siswa yang baru menamatkan sekolah mungkin akan merasa lega, enteng buat sementara waktu karena tidak dibebani lagi dengan tanggungjawab pada tugas-tugas sekolah. Ya waktu-waktu santai itu benar-benar dinikmati saat ini. Mungkin kesibukan pada persiapan rencana masuk perguruan tinggi atau malah sudah ada yang mencari kerja. Namun yang paling ditakutkan memang setelah jadi mantan siswa menjadi pengangguran tulen.

Dalam masa sementara waktu, hidup tanpa aktivitas mungkin terasa ringan: hari-hari menjalani hidup dengan bermain dan santai seperti masa kanak-kanak. Namun itu sementara, karena seiring perjalanan waktu kita sadar bahwa hidup pengangguran merupakan sebuah masalah pribadi, keluarga dan sosial.

Memiliki status “penyandang masalah sosial” jelas tidak enak. Persoalan ini pun tidak berhenti sampai di situ, karena seiring perkembangan zaman rentetan persoalan lainnya menanti. Bila ternyata mereka diantara siswa yang merayakan euforia akhir tahun ajaran kemarin gagal melanjutkan ke perguruan tinggi karena orangtua tidak ada biaya atau gagal mendapat kerja setelah berusaha ke sana ke mari, mereka bakal menyandang status baru yang tidak mengenakkan disebutkan: pengangguran. Pengangguran adalah status sosial yang dianggap menjadi beban beban keluarga dan negara.

Faktanya, selepas tahun ajaran kelompok pengangguran di masyarakat makin bertambah saja. Melepas cap penganggur adalah “wilayah” perjuangan baru bagi mantan siswa yang tidak melanjutkan kuliah. Kalau begitu, mengapa ekspresi merayakan akhir masa sekolah dengan gembira? Padahal tantangan di depan garang menghadang. Bagi negara, tahun ajaran baru menambah beban pengangguran baru dan masalah sosial baru.

Kita berharap, menyikapi masa-masa sulit ini, para mantan siswa harus dibimbing dan didukung dengan sikap berpikir yang tepat dan benar. Mereka yang kurang beruntung segera dapat kesempatan kuliah atau kerja, senantiasa kita ingatkan agar jangan sekali-kali putus asa atau pesimis. Tetaplah optimis dan kerja keras.

Banyak bukti orang sukses dan terkenal setelah berkali-kali gagal dalam hidupnya, namun dalam riwayat hidupnya orang sukses tidak kenal putus asa. Tetaplah berjuang meraih masa depan. Ketika Anda merasa kalah, Anda belum berakhir. Anda berakhir saat Anda berhenti melakukannya! (*)

Close Ads X
Close Ads X