BI dan Trump Effect

Jelang pelantikan Donald Trump sebagai Presiden Amerika Serikat, tampaknya terus menjadi sorotan dunia. Termasuk di Indonesia, BI juga mewaspadai berbagai efek yang nantinya bisa mempengaruhi sektor perekonomian.

Dari data dihimpun Jurnal Asia, hingga Senin (16/1), Bank Indonesia tetap memantau beragam kemungkinan serta membentengi dari prediksi-prediksi yang bergulir.

Kemenangan Donald Trump dalam pemilihan presiden Amerika Serikat perlu disikapi secara cermat oleh pemerintah Indonesia. Apalagi, selama kampanye, calon presiden dari Partai Republik ini menegaskan bahwa Amerika akan lebih protektif demi keamanan warganya, termasuk di sektor perdagangan.

Trump terpilih sebagai Presiden Amerika Serikat ke-45, mengalahkan Hillary Clinton dari Partai Demokrat. Dari hasil exit poll, Trump meraih 289 electoral vote, sedangkan Hillary hanya 218. Jumlah minimal electoral vote adalah 270 untuk memenangi pemilihan presiden.

Dilihat dari perjalanan politik, Trump memang tak punya pengalaman. Ia kalah dari Hillary, yang pernah menjabat Menteri Luar Negeri dan Sekretaris Negara Amerika Serikat dalam kabinet Presiden Barack Obama. Trump dinilai hanya mengandalkan popularitasnya sebagai selebritas dan konglomerat untuk maju sebagai calon presiden.

Toh, mayoritas warga Amerika Serikat lebih tertarik memilih Trump yang berjanji melindungi rakyatnya dari segala macam ancaman dari luar maupun dalam negeri, termasuk dalam hal perdagangan. Di sektor inilah dampak kemenangan Trump bisa terasa bagi Indonesia.

Dalam beberapa pidato kampanyenya, Trump terus mengungkapkan rencananya membatalkan segala perjanjian perdagangan yang dianggap merugikan Amerika Serikat. Bila hal itu benar-benar dijalankan, Indonesia bisa menjadi salah satu negara yang terkena dampaknya. Ancaman seperti ini tentu tak bisa dianggap remeh.

Presiden Joko Widodo boleh saja berpendapat bahwa pergantian kepemimpinan di Negeri Abang Sam tak akan mempengaruhi hubungan dagang antara Indonesia dan Amerika. Namun para pemilih Trump tentu tidak akan membiarkan janji-janji kampanye yang ditujukan untuk membela kepentingan mereka tak ditepati.

Karenanya wajar saja jika Bank Indonesia waspada terkait hal ini. Semoga prediksi-prediksi buruk itu tak terjadi, sehingga perekonomian Indonesia tetap aman. (*)

Close Ads X
Close Ads X