Survei SMRC: Elektabilitas Jokowi Kalahkan Prabowo

Presiden Joko Widodo menyapa pendukung Jokowi saat menghadiri pada acara Silaturahmi Nasional Pendukung Jokowi 2016 di Jakarta, Minggu (24/7). Acara yang diselenggarakan seluruh pendukung jokowi tersebut mengambil tema Meneguhkan Nawacita Bersatu Mendukung Penuh Kerja Presiden Rakyat. ANTARA FOTO/Muhammad Adimaja/nz/16
Presiden Joko Widodo menyapa pendukung Jokowi saat menghadiri pada acara Silaturahmi Nasional Pendukung Jokowi 2016 di Jakarta, Minggu (24/7). Acara yang diselenggarakan seluruh pendukung jokowi tersebut mengambil tema Meneguhkan Nawacita Bersatu Mendukung Penuh Kerja Presiden Rakyat. ANTARA FOTO/Muhammad Adimaja/nz/16

Jakarta – Hasil Survei Saiful Mujani Research and Consulting (SMRC) menyebutkan elektabilitas Presiden Joko Widodo atau Jokowi cukup tinggi, yakni 32,4 persen. “Bila pemilihan presiden diadakan sekarang, Jokowi mendapat dukungan terbanyak (32,4%), selanjutnya Prabowo Subianto (9,4%). Nama-nama lain di bawah 3 persen,” ucap Direktur Program SMRC Sirojudin Abbas di Kantor SMRC, Cikini Jakarta, Minggu (24/7).

Menurut Sirojudin, tren dukungan untuk Jokowi naik setahun terakhir. Sebaliknya Prabowo menurun. “Kenaikan dukungan pada Jokowi ini konsisten dengan tingkat kepuasan atas kinerjanya yang semakin produktif hingga Juni 2016. Pada kelompok yang tidak puas kinerja Jokowi, dukungan kepada Prabowo lebih tinggi dibanding ke Jokowi,”jelas Sirojudin

Penilaian elektabilitas ini, lanjut Sirojudin, berangkat dari evaluasi atas kinerja presiden dan wakilnya. Dalam evaluasi itu, sebesar 67% persen puas dengan kinerja Jokowi dan 30 kurang/tidak puas.

Dua bidang yang mengalami kemajuan paling tinggi adalah pembangunan infrastruktur yakni 71 persen dan pelayanan kesehatan yang terjangkau yakni 61 persen dibanding tahun lalu. Pada bidang lain kepuasan di bawah 50 persen.

“Meskipun yang menilai semakin baik lebih banyak jumlahnya di banding yang menilai semakin buruk, lebih banyak warga yang menilai kinerja pemerintah Jokowi tidak ada perubahan dalam meningkatkan pemerataan kesejahteraan dan dalam menekan korupsi,” ucap Sirojudin.

Survei digelar pada 22-28 Juni 2016 di 34 provinsi dengan teknik wawancara tatap muka terhadap 1.027 responden yang punya hak pilih. Margin of error rata-rata 3,1% dengan tingkat kepercayaan 95%.

Sempat Debat
Politikus PDI Perjuangan Maruarar Sirait dan senior Golkar Agun Gunandjar Sudarsa sempat adu argumen saat paparan hasil survei Saiful Mujani Research and Consulting (SMRC), Minggu (24/7), di Jakarta.

Adu argumen ini terkait soal dukungan terhadap Presiden Jokowi pada Pilpres 2019 mendatang. Adu argumentasi berawal ketika Agun mengulangi kembali pernyataan Golkar untuk mendukung Jokowi pada pemilihan presiden 2019. Agun menyatakan, Golkar juga punya penilaian yang sama dengan hasil survei SMRC atas kinerja Jokowi.

Namun, Agun menegaskan parameter penilaian Golkar bukan berdasarkan survei seperti yang dilakukan SMRC. Agun menjelaskan, penilaian Golkar didasarkan pada dokumen yang diperoleh dan dianalisis, fakta di lapangan, termasuk keputusan politik presiden maupun jajaran kabinetnya.

Hal itu juga disesuaikan dengan doktrin karya kekaryaan yang ada di partai berlambang Pohon Beringin ini. “Dengan parameter dan indikator, kami melihat Jokowi Adalah sosok presiden yang sampai saat ini berkinerja baik,” kata Agun.

Dia menegaskan, setelah melakukan analisis dokumen, fakta di lapangan dan disesuaikan dengan konsep dan gagasan yang ada, maka Golkar memberikan dukungan penuh kepada Jokowi.
“Insya Allah pada Rapimnas nanti akan kita deklarasikan bersama untuk memberikan dukungan penuh kepasa Jokowi di Pilpres 2019,” kata Agun.

Ia tidak sependapat dengan pihak-pihak yang menyebut pernyataan Golkar mendukung Jokowi di Pilpres 2019 terlalu cepat. Justru, lanjutnya, Golkar sudah yakin dengan hasil kajian dan analisis yang mendalam. Setelah menganalisis dari berbagai sisi seperti ideologis, politik, hukum, ekonomi, keamanan, hubungan luar negeri, Golkar semakin yakin mengusung Jokowi adalah pilihan yang terbaik.

“Karena kinerja dan komitmen Jokowi tidak keluar dari doktrin karya kekaryaan Golkar,” tegas mantan Ketua Komisi II DPR ini. Mendengar pemaparan Agun, Maruarar Sirait langsung bereaksi. Anggota Komisi XI DPR ini langsung bertanya, apakah keputusan politik Golkar pada 2014 mengusung Prabowo Subianto diakui partai Beringin sebagai sebuah kesalahan.“Dukungan kemarin salah?,” kata anak politikus senior PDI Perjuangan Sabam Sirait ini.

Pertanyaan Maruara langsung dijawab Agun dengan lugas. “Salah,” jawab Agun. Namun, pria yang karib disapa Ara ini tidak menelan mentah-mentah begitu saja pernyataan dukungan Golkar kepada Jokowi di Pilpres 2019.

Ara mengingatkan, jangan sampai nanti menjelang 2019 keputusan Golkar berubah lagi. Ara lantas mengingatkan lagi, dalam politik kepercayaan dan konsistensi merupakan hal penting yang harus diutamakan.

“Saya hanya mengingatkan konsistensi, karena partai politik tidak akan dipercaya kalau tidak konsisten dengan apa yang diputuskan,” kata Ara. Lantas moderator menanyakan apakah Ara percaya dengan Agun yang menyatakan mendukung Jokowi di Pilpres 2019. “Kalau Kang Agun saya percaya. Kalau yang lain, saya perlu buktinya,” jawab Ara.

Agun pun bereaksi. Ia balik mengingatkan Ara dan PDI Perjuangan. “Saya wajib ingatkan, kalau kurang tegas, PDIP bisa dilewat,” katanya tanpa menjelaskan maksud PDIP bisa dilewatkan.
Ia menegaskan, dukungan yang diberikan ini merupakan hasil analisis, penelaahan dokumen-dokumen dan parameter yang ada di Golkar terhadap Jokowi. Dia mengatakan, tidak mudah bagi Golkar memutuskan mendukung Jokowi.

Menurut dia, dalam berpartai bukan sekadar menyuarakan aspirasi. Namun, tegasnya, juga harus menerjemahkan aspirasi publik. Nah, kata Agun, aspirasi publik ialah yakin dengan kinerja Jokowi. Publik yakin Jokowi akan kembali memimpin di 2019. “Kami tidak akan berubah dan konsitensi kami tetap sampai 2019,” pungkasnya.

Ara mengingatkan, pasca-reformasi tidak ada partai politik yang menjadi pemenang pemilu dua kali berturut-turut. Pada 1999 PDI Perjuangan menang. Lalu 2004 Golkar sebagai nomor satu. Kemudian, di 2009 Partai Demokrat memenangkan pemilu. Sedangkan 2014 lalu, PDI Perjuangan kembali menjadi pemenang. “Kalau disurvei hari ini saya yakin pasti PDIP masih jauh di atas Golkar,” pungkas Ara. (jp/kcm/ant)

Close Ads X
Close Ads X