Jangan Lagi Terobos Zona Merah Sinabung | Abu Vulkanik Selimuti Brastagi

Prajurit TNI mengangkat barang-barang warga kaki gunung Sinabung ketika melakukan proses evakuasi, di Desa Gamber, Karo, Sumatera Utara, Minggu (22/5). Gunung Sinabung berada dalam status Awas (Level IV), warga dihimbau tidak melakukan aktivitas pada radius 3 km dari puncak, 7 km untuk sekor selatan-tenggara, 6 km sektor tenggara-timur serta 4 km sektor utara-timur laut. Erupsi yang disertai awan panas pada Sabtu (21/5) menyebabkan tujuh warga tewas, dua orang lainnya kritis. ANTARA FOTO/Irsan Mulyadi/pd/16
Prajurit TNI mengangkat barang-barang warga kaki gunung Sinabung ketika melakukan proses evakuasi, di Desa Gamber, Karo, Sumatera Utara, Minggu (22/5). Gunung Sinabung berada dalam status Awas (Level IV), warga dihimbau tidak melakukan aktivitas pada radius 3 km dari puncak, 7 km untuk sekor selatan-tenggara, 6 km sektor tenggara-timur serta 4 km sektor utara-timur laut. Erupsi yang disertai awan panas pada Sabtu (21/5) menyebabkan tujuh warga tewas, dua orang lainnya kritis. ANTARA FOTO/Irsan Mulyadi/pd/16

Tanah Karo | Jurnal Asia
Pemerintah daerah Kabupaten Karo memperingatkan warganya atau siapapun dengan keras, agar tak lagi memasuki areal zona merah di kawasan Gunung Sinabung. Hal ini demi mencegah kembali jatuhnya korban jiwa seperti kemarin. Semua pihak diminta untuk mematuhi himbauan tersebut, sehingga potensi bahaya bisa dicegah. Pasca kejadian ini, abu vulkanik tebal menyelimuti kawasan kota wisata Brastagi.

Pemda juga diminta masyarakat agar segera membagi masker gratis. Seperti diucapkan Wakil Bupati Karo Cory br Sebayang. Saat ditemui di RSU Kabanjahe, Minggu (22/5), ia mengungkapkan bahwa kejadian tidak terduga ini merupakan peringatan serius, bagi siapa saja agar mendengarkan imbauan potensi bahaya Sinabung.

Kepada keluarga korban, Cory juga turut mengucapkan bela sungkawa dan bersabar, dan meminta pihak medis agar mem­berikan penanganan sebaik mung­kin terhadap para korban. Santunan akan segera diberikan Pemkab Karo, meski jumlah nominalnya belum bisa diungkap.

Di lokasi terpisah, Kementerian Sosial berjanji untuk memberikan santunan kepada keluarga korban yang tewas warga Desa Gamber, Kecamatan Simpang Empat, akibat terkena awan panas Gunung Sinabung di Kabupaten Tanah Karo.

“Santunan yang akan diberikan Kementerian Sosial kepada ahli waris korban Gunung Sinabung sebesar Rp 15 juta. Kita akan mendata ahli waris dari warga Desa Gamber tersebut,” ujar Bupati Tanah Akro, Terkelin Brahmana, Minggu (22/5).

Terkelin menambahkan, Pemerintah Kabupaten Tanah Karo juga akan memberikan santunan kepada ahli waris korban yang tewas akibat bencana gunung merapi tersebut, jumlah dana bantuan yang akan diberikan Rp 2,5 juta. Dengan demikian ahli waris korban awan panas sinabung akan mendapat masing-asing Rp 17,5 juta.

“Akan dilakukan verifikasi terlebih dahulu kepada ahli waris. Ini sebagai bentuk belasungkawa pemerintah terhadap keluarga yang berduka. Kita berharap, keluarga korban tabah dalam menerima cobaan-Nya. Semoga tidak ada lagi korban,” sebutnya.

Senada hal di atas juga ditegaskan Dandim 02/05 Karo, Letkol Inf.Agustatius Sitepu, Minggu (22/5). Menurutnyanya, masyarakat korban bencana erupsi Gunung Sinabung diminta tidak lagi memasuki zona berbahaya. Setidaknya radius lima kilometer dari kaki gunung merapi, karena sudah banyak merenggut korban jiwa. “Jangan ada lagi warga setempat maupun pengunjung yang berani memasuki zona larangan itu,” ujar Agustatitus.

Agustatius mengatakan, larangan itu dikeluarkan supaya tidak ada lagi korban jiwa yang menimpa masyarakat jika Gunung Sinabung tersebut kembali meluncurkan awan panas. Dari amatan Jurnal Asia, saat terjadi luncuran awan panas banyak warga Desa Gamber berada di lokasi zona merah. Padahal sebelumnya tim satgas bencana telah melarang untuk masuk ke areal berbahaya tersebut.

Sementara itu, tim petugas tang­gap darurat erupsi Gunung Sina­bung di K­abupaten Karo meng­­hentikan pencarian warga, sejak Minggu (22/5) yang menjadi korban awas panas pada Sabtu (21/5) kemarin.

Kepala Bidang Kedaruratan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPDB) Karo Natanael Perangin-angin yang dihubungi di Medan, mengatakan penghentian dilakukan karena tidak ada lagi korban yang ditemukan di lokasi yang terkena awan panas itu.

Selain itu, pihaknya juga tidak ada menerima laporan atau pengaduan dari warga yang merasa anggota keluarganya hilang setelah munculnya awan panas tersebut. Karena itu, tim tanggap darurat yang dipimpin Dandim 0205/Karo Letkol Agustatius Sitepu menghentikan pencarian korban yang berada di Desa Gamber, Kecamatan Simpang Empat.

Meski pencarian korban di­hentikan, tetapi tim tanggap daru­rat tetap melakukan penjagaan di berbagai pintu masuk zona yang terlarang untuk didatangi ma­syarakat. Penjagaan itu dilakukan agar masyarakat tidak memasuki area yang dikategorikan zona merah karena sering diterpa awan panas jika Gunung Sinabung mengalami erupsi. “Penjagaan terus dilakukan, apalagi portalnya masih berdiri,” katanya.

Hingga pencarian dihentikan pada Minggu siang, jumlah korban yang terkena awan panas tersebut masih berjumlah sembilan orang. “Tujuh orang diantaranya meninggal dunia, dua lagi masih dirawat,” ujar Natanael.

Tujuh warga yang tewas itu adalah Karman Meliala (60), Irwansyah Sembiring, Nanin beru Sitepu (50), Leo Perangin-angin (25),Mulia Ginting (45), Ersada Ginting (55), Ibrahim Sembiring (51) yang keseluruhannya warga Desa Gamber. Sedangkan dua warga lagi dalam kondisi kritis yakni cahaya Sembiring (57) dan Cahaya beru Tarigan (45) yang kini dirawat di RS Efarina Etaham di Berastagi.

Abu Vulkanik Selimuti Brastagi
Pasca luncuran awan panas Gunung Sinabung di Kabupaten Tanah Karo, membuat Kota Brastagi, dipenuhi abu vulkanik. Kondisi ini membuat masyarakat, khususnya pengguna kendaraan di jalanan, menjadi terganggu.

“Jarak pandang di jalan hanya sekitar 10 sampai 15 meter. Pengendara terpaksa menyalakan lampu,” ujar seorang pengendara mobil di Berastagi, Gunawan Sembiringsaat dihubungi dari Medan, Sumatera Utara, Minggu (22/5) malam.

Gunawan mengatakan, abu vulkanik yang menyelimuti daerah wisata itu bisa mengakibatkan kecelakaan jika pengendara tidak ekstra hati-hati. Abu vulkanik juga membuat beberapa kawasan jalanan menjadi licin.

“Saya melihat masih banyak warga yang tidak menggunakan masker meski abu vulkanik beterbangan di udara. Ini akan menimbulkan penyakit infesksi saluran pernafasan, batuk-batuk dan paru-paru,” sebutnya.

Sementara itu, sejumlah warga mengharapkan, pemerintah Kabupaten Tanah Karo membagi-bagikan masker secara langsung ke masyarakat. Selain itu, tim kesehatan juga diturunkan untuk mengobati masyarakat.

“Kami juga meminta pemerintah melalui petugas pemadam kebakaran untuk menyiramkan air ke jalanan yang sudah dipenuhi abu bercampur pasir tersebut,” kata seorang warga Karo, Elisa Tarigan (42).

Menurutnya, abu vulkanik Gunung Sinabung yang menyebar di daerah tersebut, paling rentan mengganggu kesehatan anak di bawah lima tahun (Balita) dan lanjut usia. “Hal yang dikhawatirkan jika penanganan lambat justru merenggut korban meninggal dunia. Sudah banyak warga yang mengalami batuk-batuk dan sesak bernafas akibat menghirup abu vulkanik,” sebutnya. (herman harahap/bowo/bs)

Close Ads X
Close Ads X