Harga Premium dan Solar Tetap, Batal Naik Hingga Akhir 2016

Jakarta – Pemerintah akhirnya menetapkan untuk tidak mengubah Harga Jual Jenis BBM tertentu dan Jenis BBM Khusus Penugasan yaitu jenis Solar dan Premium. Sekretaris Jenderal Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Teguh Pamudji mengatakan pemerintah akhirnya tidak jadi menaikan harga BBM per 1 Oktober 2016. “Tidak ada perubahan. Diberlakukan 1 Oktober 2016 tetap,” kata Teguh pada Jumat (30/9).

Keputusan tersebut diambil berdasarkan hasil koordinasi lintas sektor serta mempertimbangkan berbagai aspek, di antaranya kemampuan keuangan negara atau situasi perekonomian, kemampuan daya beli masyarakat, serta ekonomi riil dan sosial masyarakat.

Dengan demikian, Harga Jual Jenis BBM Tertentu dan Jenis BBM Khusus Penugasan, terhitung mulai tanggal 1 Oktober 2016 pukul 00.00 WIB adalah sebagai berikut:

No. Komoditi Harga (Rp/Liter)
1. Minyak Tanah 2.500
2. Minyak Solar Subsidi 5.150
3. Bensin RON 88 Penugasan (Luar Jawa-Madura-Bali) 6.450

Hal ini juga diamini Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN), Rini Soemarno, menyatakan tidak ada kenaikan harga Bahan Bakar Minyak (BBM) mulai Sabtu. “Tidak ada kenaikan (harga BBM), untuk semua jenis,” kata Rini ditemui usai rapat APBN di Istana Negara, Jakarta Pusat, Jumat (30/9).

Pernyataan Rini ini membantah pernyataan Dirjen Migas Kementerian ESDM, IGN Wiratmaja Puja, yang mengungkapkan bahwa harga premium akan turun Rp 300/liter, sedangkan harga solar naik Rp 500-600/liter.

“Sudah dihitung, sudah dilaporkan ke Pak Menteri. Premium turun sekitar Rp 300/liter, solar naik Rp 500-600/liter lah,” kata Wirat saat ditemui di Alger, Rabu (28/9/2016). Harga bahan bakar tersebut akan mengalami perubahan pada periode 1 Oktober-31 Desember 2016.

Pengaruhi Beberapa Faktor
Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia menilai tren penurunan konsumsi premium sangat dipengaruhi faktor harga karena dengan selisih yang tidak jauh berbeda, konsumen kian selektif memilih BBM dengan kualitas yang lebih bagus.

“Sekarang harusnya dijadikan momentum untuk perbaikan kualitas BBM dengan memperbanyak pertalite dan pertamax,” kata Ketua Pengurus Harian YLKI, Tulus Abadi. Konsumsi bahan bakar minyak (BBM) jenis premium terus turun hingga akhir September 2016 karena konsumen mulai menggunakan BBM nonsubsidi terutama jenis pertalite yang harganya tidak terlalu jauh dibandingkan premium.

Konsumen juga cenderung memilih BBM yang ramah lingkungan dengan kadar oktan (RON) lebih tinggi seperti pertalite atau pertamax karena kualitasnya lebih tinggi dibandingkan premium. Saat ini harga jual pertalite di wilayah Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang dan Bekasi (Jabodetabek) sebesar Rp6.900 per liter dan pertamax dibanderol Rp7.350 per liter. Sementara premium dibanderol Rp6.450 per liter. Artinya, perbedaan harga pertalite dan pertamax dengan presmium berkisar Rp500-Rp900 per liter.

Dengan selisih harga yang tidak terlalu lebar, kualitas yang diperoleh konsumen dari pertalite dan pertamax jauh lebih bagus. Tren penjualan BBM nonsubsidi Pertamina kini mencapai 45 persen dari total konsumsi BBM yang saat ini mencapai 91 ribu KL per hari menyusul terjadinya penurunan permintaan premium oleh masyarakat.

Menurut Vice President Corporate Communication Pertamina Wianda Pusponegoro, tren penjualan BBM nonsubsidi Pertamina, yaitu pertamax series dan pertalite semakin hari kian meningkat. Jika pada semester I 2016 rata-rata hanya sekitar 15 ribu KL per hari atau 20 persen dari total permintaan BBM, pada 20 hari pertama September 2016 konsumsinya mencapai 40.837 KL per hari atau 45 persen dari total konsumsi BBM.

“Perkembangan ini sangat menggembirakan karena menunjukkan bahwa masyarakat di Tanah Air sudah benar-benar menerima inovasi produk yang dilakukan Pertamina. Kami akan terus meningkatkan ketersediaan pertamax series dan pertalite di lebih banyak SPBU uintuk memastikan pelayanan kepada masyarakat berjalan dengan baik,” katanya.

Berdasarkan statistik tren penjualan BBM oleh Pertamina, pertalite mengalami lonjakan paling tinggi. Konsumsi dari tanggal 1-20 September 2016 tercatat mencapai 25 ribu kiloliter per hari. Padahal pada periode Januari-Juni 2016, penjualan pertalite rata-rata masih sekitar 6.500 KL per hari.

Konsumsi pertamax juga meningkat tajam, dari semula di kisaran 10 ribu KL per hari pada semester I menjadi 15 ribu KL per hari pada periode 1-20 September 2016. Sementara itu, Pertamax Turbo yang baru diluncurkan awal Agustus 2016 terjadi lonjakan konsumsi sekitar 170 persen pada September 2016.

Di sisi lain, menurut Wianda, konsumsi premium justru turun dari semula 70 ribu KL per hari pada semester I 2016 menjadi hanya 55 ribu KL per hari pada Agustus dan 50 ribu KL per hari pada 20 hari pertama September 2016.

Namun, kata Wianda, Pertamina akan terus menjaga ketersediaan premium di tengah pelemahan permintaan tersebut. Sementara itu, Kementerian Energi Sumber Daya Mineral memprediksi harga bahan bakar minyak jenis premium akan turun sedangkan harga solar akan mengalami kenaikan per Oktober 2016.

Direktur Jenderal Minyak dan Gas Bumi Kementerian ESDM IGN Wiratmaja Puja mengatakan perkiraan penyesuaian harga dilakukan berdasarkan evaluasi tiga bulanan yang dilakukan pemerintah, di mana didapati adaa perubahan harga rata-rata minyak dunia.

Penentuan harga BBM bersubsidi sempat ditiadakan pada pertengahan tahun karena ada hari raya Idul Fitri sehingga penghitungan tiga bulan dimulai dari Juli, Agustus, dan September. (ant/tc/bc)

Close Ads X
Close Ads X