Medan – Provinsi Sumatera Utara (Sumut) sepertinya kurang diminati oleh wisatawan mancanegara (Wisman), karena kunjungan kian menurun dari tahun ke tahun. Kondisi ini dapat dilihat dari laporan Badan Pusat Statistik (BPS) Sumut yang menyebutkan kunjungan wisman pada Mei 2016 mencapai 17.628 kunjungan atau turun 11,61 persen atau 19.943 kunjungan dari periode yang sama tahun lalu.
Kepala Bidang Statistik dan Distribusi BPS Sumut, Bismark S Pardamean mengatakan, wisman yang berkunjung ke Sumut melalui tiga pintu masuk mencapai 17.628 kunjungan. Jika dibanding Mei 2015 yang mencapai 19.984 kunjungan atau turun 11,61 persen.
“Kebanyakan dari wisman datang ke Sumut untuk melakukan perjalanan wisata, bisnis, kunjungan religi dan banyak lainnya. Di lihat dari data, ada penurunan kunjungan setiap tahunnya,” katanya, Rabu (13/7).
Secara kumulatif, tambahnya, selama Januari-Mei 2016 jumlah wisman mencapai 82.132 kunjungan atau turun 17,07 persen dibanding periode yang sama tahun lalu yang mencapai 99.041 kunjungan.
Persentasi penururunan tertinggi terjadi di pintu masuk Bandara Kuala Namu International sebesar 18,84 persen, melalui pintu masuk Pelabuhan Laut Belawan sebesar 9,14 persen, sedangkan melalui pintu masuk Pelabuhan Laut Tanjung Balai Asahan naik sebesar 1,52 persen.
Ia merincikan, dari 10 negara pasar utama wisman, Malaysia masih mendominasi jumlah kunjungan yang datang ke Sumut sebesar 54,58 persen. Disusul oleh Singapura 6,05 persen, Tiongkok 3,25 persen, Australia 1,78 persen, Thailand 1,60 persen, Jerman 1,56 persen, Belanda 1,45 persen, Inggris 1,44 persen, Amerika Serikat 1,39 persen dan India 1,15 persen.
“Jumlah wisman dari 10 negara tersebut adalah 74,23 persen kedatangan wisman di Sumut. Persentase penurunan terbesat terjadi pada wisman asal Jerman sebesar 24,45 persen sedangkan untuk peningkatan terjadi pada wisman Tiongkok sebesar 2,73 persen,” tukasnya.
Anggota Komisi X DPR RI, dr Sofyan Tan mengatakan, sebenarnya jika dilihat dari segi keindahan pemandangan, Sumut tidak kalah dengan negara lain. Yang menjadi masalah adalah infrastruktur menuju daerah wisata yang ada di Sumut belum selesai diperbaiki.
Selama ini, kata dia, ada tiga tempat wisata yang menjadi favorit bagi wisman yakni Danau Toba, Berastagi dan Bukit Lawang. Infrastuktur menuju ke tiga tempat tersebut tidak menunjukkan perubahan yang signifikan.
“Misalnya saja Bukit Lawang, ini menjadi primadona bagi turis Eropa tetapi karena jalan menuju ke sana belum diperbaiki, sehingga membuat turis asing enggan untuk berkunjung. Tempat ini sebenarnya sangat berpotensi untuk mendongkrak jumlah kunjungan ke Sumut yang terus menurun,” tandasnya.
Selain infrastuktur, katanya, masalah lainnya adalah kondisi masyarakat yang sadar wisata masih kurang. Kebanyakan dari mereka ingin keuntungan yang besar dengan pelayanan yang apa adanya dan ini akan memberikan efek buruk.
“Kejadian sekecil apapun yang tidak mengenakan para turis bisa dengan cepat informasi menyebar melalui media sosial. Mereka yang datang kemari akan membagikan informasi ke yang lain mulai dari sesuatu yang baik hingga yang buruk. Karenanya, baik pemerintah ataupun masyarakat harus memperbaiki keadaan ini,” tukasnya. (netty)