Peresmian Pura di Yayasan Sultan Iskandar Muda | Bukti Wujud Toleransi Keberagaman


Medan – Menteri Pendidikan dan Ke­budayaan (Mendikbud) Mu­had­jir Effendy bersama pendiri Ma­arif Institute Buya Syafii Maarif meresmikan gedung sekolah dan Pura di Yayasan Perguruan Sultan Iskandar Muda Jalan Teungku Amir Hamzah Pekan 1 Gang Bakul Medan Sunggal, Sabtu (7/1).

Peresmian tempat ibadah agama Hindu sebagai wujud toleransi keberagaman di lingkungan sekolah.

Peresmian gedung sekolah dan Pura dihadiri Gubernur Sumatera Utara T Erry Nuradi, Wali Kota Medan Dzulmi Eldin, Ketua Dewan Pembina YP Sultan Iskandar Muda dr Sofyan Tan, Ketua Yayasan Finche SE M.Psi dan lainnya. Sebelumnya, YP SIM juga telah meresmikan tempat ibadah agama lainnya diantaranya, Masjid, Gereja dan Vihara.

Mendikbud Muhadjir Effendy mengungkapkan, keberagaman suku, agama, etnis dan ras di Indonesia bukanlah persoalan. Keberagaman akan menjadi malapetaka jika dicampur aduk dengan politik dan kesenjangan.

“Cita-cita pemerintah adalah membangun politik yang santun dengan moralitas yang tinggi dan tidak memanfaatkan ke­be­ragaman dengan sifat yang jahat untuk kepentingan-kepentingan politik, sedangkan untuk ke­sen­jangan, harus dibangun secara merata dan berkualitas di segala bidang. Kalau keberagaman bisa dijauhkan dari kedua aspek ini maka Indonesia akan aman-aman saja,” katanya, kemarin.

Menurutnya, apa yang dila­kukan dr Sofyan Tan me­nerapkan keberagaman di sekolah me­rupakan tindakan positif. Apalagi, siswa-siswi diajarkan untuk selalu bertoleransi satu dengan yang lainnya.

Ketua Dewan Pembina YP Sultan Iskandar Muda dr Sof­yan Tan mengatakan, se­kolah ini dilahirkan karena per­lunya perawatan terhadap ke­bh­ine­kaan. Kita ketahui sendiri, terjadi penurunan keberagaman dari sisi kemanusiaan.

Sultan Iskandar Muda sendiri, katanya, berdiri pada 25 Agustus 1987, awalnya 141 siswa dan sekarang 2.793 orang. Dengan persentasi 43,36 persen agama Islam, 27,39 persen aga Kristen, 25,53 persen agama Buddha, 3,33 persen agama Hindu dan 0,39 persen adalah agama Sikh.

Selama ini, persoalan ke­beragaman atau perbedaan adalah musuh dan ini adalah salah. Generasi muda harus tumbuh tanpa perbedaan agar perpecahan bangsa tidak terjadi di Republik Indonesia. Oleh karena itu, sekolah ingin tularkan jiwa toleransi yang tinggi, bukan hanya sekedar membuat siswa-siswi pandai.

“Dalam pendidikan diperlukan adanya Pancasila untuk me­ny­­tukan keberagaman. De­ngan keberagaman akan lahir ke­sejahteraan, kesejahteraan mem­buat kedamaian maka akan ba­hagia. Ancaman radikalisme itu tidak akan menjadi masalah jika generasi muda mengerti arti kebhinekaan,” tuturnya.

Pendiri Maarif Institute Buya Syafii Maarif menambahkan, sekolah Sultan Iskandar Muda melambangkan keberagaman dan ini adalah fakta. Sekolah ini menyebarkan “virus” positif untuk menerapkan kerukunan dan perlu dicontoh oleh sekolah lainnya.

“Sultan Iskandar Muda meru­pakan sekolah yang nasional yang menerapkan Bhinneka Tunggal Ika. Dan saya yakin siswa-siswi yang tamat dari sini akan terus menjaga kerukunan di lingkungan masyarakat,” tu­turnya.
(netty)

Close Ads X
Close Ads X