Dua Eksekutor Kuna Ditembak Mati | Pengusaha Otaki Pembunuhan Kucur Rp2,5 M

Barang bukti kelompok pembunuh bayaran bersama para tersangka dihadirkan pada gelar kasus penembakan pemilik toko airsoft gun, di Medan, Sumatera Utara, Minggu (22/1). Polisi berhasil menangkap delapan tersangka bersama otak pelaku, dua diantaranya tewas ditembak dengan barang bukti tiga senjata api. ANTARA FOTO/Irsan Mulyadi/pd/17

Medan – Teka-teki seputar kematian Indra Gunawan alias Kuna (45) terungkap. Seorang pengusaha tambang berikut 7 anggotanya diamankan polisi. Tak tanggung-tanggung, sang pemodal berani membanderol nyawa korban senilai Rp2,5 miliar. Dari penangkapan Minggu (22/1) pagi, dua tersangka terpaksa ditembak mati karena melawan petugas.

Adalah petugas gabungan Polrestabes Medan dan Polda Sumatera Utara membekuk 8 orang tersangka pembunuh Kuna, dari berbagai lokasi terpisah. Drama penangkapan yang berlangsung kilat. Kuat dugaan motif pembunuhan karena otak pelaku dendam dikritik korban, dalam mengurusi Ormas Keagamaan yang dinilai tidak layak.

Informasi dihimpun wartawan, adapun 8 tersangka pembunuhan ini antara lain otak pelaku yang mendalangi pembunuhan ini ber­inisial RJ alias Raja (45) seorang pe­­ngusaha tambang, yang juga ke­­tua Organisasi Keagamaan Hindu di Sumatera Utara. RJ ditangkap pa­da Minggu siang di Provinsi Jambi.

Kemudian Jo Hendal alias Zendal (41) warga Jalan Sukaraja Batubara, Su­matera Utara berperan sebagai joki sepeda motor. Chandra alias Ayen (38) warga Jalan Tulang Bawang No.6 Medan Petisah, berperan menyimpan senjata api. Selanjutnya John Marwan Lubis alias Ucok (62), penduduk Jalan Sei Deli Medan, yang juga berperan menyimpan senjata api.

Ada juga tersangka Wahyudi alias Culun (33), bermukim di Jalan Karya Jaya Gg.Karya Ikhlas, Kecamatan Medan Johor, berperan membantu tersangka pemukulan kabur, dan M Muslim (31) menetap di Jalan Sampali No.74 Kelurahan Pandau Hulu, Kecamatan Medan Area, memiliki tugas membunuh karyawan korban tahun 2014 silam.

Sedangkan dua tersangka lainnya tewas ditembak, karena melawan saat ditangkap. Mereka adalah Putra (31) memiliki peran sebagai eksekutor penembak Kuna. Demikian juga halnya seorang Ketua OKP di Petisah, Rawindra alias Rawi (40) warga Jalan Waru Medan.

Dialah yang mencari eksekutor dan skenario pembunuhan. Dalam penangkapan ini petugas mengamankan barang bukti tiga pucuk senjata api jenis revolver.

Kapolda Sumatera Utara Irjen Pol Rycko Amelza Dahniel kepada wartawan, saat konfrensi pers di Rumah Sakit Bhayangkara Jalan KH Wahid Hasyim, Minggu sore menyampaikan bahwa pembunuhan ini telah direncanakan oleh tersangka RJ sejak tahun 2014 silam. Ia pun menggunakan jasa kelompok pembunuh bayaran.

“Pembunuhan bersenjata ini ini dilakukan oleh satu kelompok terorganisir. Diketahui juga telah melakukan serangkaian pembunuhan berseri. Jadi jelasnya ada dua seri pembunuhan,” kata Rycko didampingi Direktur Kriminal Umum Polda Sumut Kombes Pol Nur Fallah dan Kapolrestabes Medan Kombes Pol Sandi Nugroho.

Diuraikannya, pembunuhan pertama terjadi tanggal 5 April 2014. Di mana tersangka Culun dan M Muslim menyerang Indra Gunawan alias Kuna dan sejumlah karyawannya, di toko Jalan Ahmad Yani Medan dengan menggunakan benda tumpul. Akibat penganiayaan ini, korban Kuna mengalami luka-luka, dan seorang karyawannya Wiria meninggal dunia setelah sempat dirawat di rumah sakit.

Selang tiga tahun kemudian, Rabu (18/1) sekitar pukul 08.30 WIB kelompok pembunuh bayaran ini kembali melancarkan aksi. Kali ini target utama yakni Kuna, berhasil dibunuh saat hendak membuka toko di lokasi yang sama. Pengusaha airsoft gun ini tewas dalam satu kali tembakan, tepat dibagian selangkangan ketiak sebelah kiri.

“Dua seri pembunuhan dilakukan oleh kelompok yang sama, kelompok bersenjata yang sama, terhadap korban yang sama,” kata Kapolda.

Dua Seri Pembunuhan
Kapoldasu, Irjen Rycko melanjutkan penelusuran informasi bahwa korban pernah diserang tahun 2014 silam.

“Pengungkapan ini diawali dengan pengungkapan kasus seri pertama, dengan menangkap tersangka Muslim, kemarin sore (Sabtu, 21/1), di Bakaran Batu. Kemudian berturut-turut ditangkap tersangka Culun. Dari hasil pemeriksaan terungkap jika Muslim pada saat itu sebagai eksekutor dan Culun selaku pengendara sepeda motor,” ujar Rycko.

Dari penangkapan terhadap dua orang tersangka ini, Kapolda membeberkan polisi mendapatkan informasi penting. Mereka mengaku mendapat tugas untuk membunuh di seri kedua, namun permintaan Raja ditolak. Penyidik gabungan yang mendapat keterangan lalu bekerja sama dengan Mabes Polri. Selanjutnya melakukan pengembangan lebih lanjut.

“Kita mengungkap jaringan (pembunuh bayaran) yang besar di sini. Akhirnya dalam penangkapan ketiga ditangkap joki sepeda motor saudara Jo Hendal, sekira pukul 01.45 Minggu dinihari di Karang Sari Polonia,” kata dia.

Dari Jo Hendal inilah diketahui otak pimpinan jaringan pembunuh bayaran. Selanjutnya aparat bergerak dan meringkus Rawi pada pukul 05.00 WIB di Petisah. Dari Rawi berkembang keterangan bahwa senjata ada di mana dan disimpan Ayen, lalu menyerahkan kepada tersangka John Marwan. Ketiganya diciduk berturut-turut sampai dengan tadi pagi (Minggu),” sambung dia.

Tak berhenti sampai disitu, lanjut Rycko, petugas terus bergerak memburu eksekutor pembunuhan seri ke-2 yakni Putra. Saat ditangkap, tersangka Putra melakukan perlawanan terhadap aparat dengan menyerang menggunakan samurai. Tak ingin apes, polisi pun melepas tembakan terarah dan Putra pun tewas.

“Tersangka yang meninggal dunia adalah Rawi. Ditangkap Minggu pagi dan tersangka Putra ditangkap pukul 08.30 WIB,” ujar Ryco.

Dari seluruh keterangan dihimpun petugas, terungkap bahwa otak pembunuhan sebenarnya adalah Raja yang sedang berada di luar Sumut. Tak ingin kehilangan buruan, Raja langsung dijemput dari Jambi sekira pukul 13.30 WIB.

“(RJ) sudah dua kali melakukan pemesanan pembunuhan terhadap korban. Kita akan terus ungkap apakah ada kasus lain yang terus dikerjakan kelompok ini. Hari ini seluruh rumah tersangka dipolice line atas kejadian kemarin,” ujar Kapolda.

“Ini sungguh kejadian yang luar biasa disini, saya sering memberikan ultimatum yang keras terhadap preman, pada pembunuh bayaran ini yang mengganggu dan membuat takut masyarakat Medan dan seluruh Sumatera Utara, saya akan tindak tegas ini ya,” sambung dia.

Pelaku Dendam Karena Kritik
Sementara, Kombes Nur Fallah melanjutkan adapun motif dibalik pembunuhan sadis ini. Semua berawal karena Raja memiliki dendam pribadi terhadap Kuna. Pasalnya, korban sering melontarkan kritik pedas terhadap dirinya.

“Ada sesuatu hal yang disampaikan tersangka. Lalu tidak senang dan menimbulkan dendam pribadi,” kata Nur Fallah kepada wartawan.

Tersangka yang tidak mampu beradu argumen dengan korban, diam-diam menyimpan dendam kesumat. Selanjutnya sang pengusaha tambang tersebut menyusun rencana melenyapkan Kuna. Tak tanggung-tanggung, ia menyiapkan uang Rp2,5 miliar sebagai upah jasa membunuh korban.

“Baru Rp50 Juta yang diterima tersangka eksekutor. Rinciannya adalah Rp30 Juta bagi penembak, dan Rp20 Juta untuk joki sepeda motor,” ujarnya.

Radha Krisna (58) salah seorang paman korban sebelumnya juga telah mengendus adanya motif dendam dalam pembunuhan yang dialami keponakannya itu. “Memang dia orangnya vokal. Kalau gak benar dia sampaikan,” kata dia.

Bahkan, dirinya juga membeberkan bahwa kritikan korban terhadap tersangka bukan sembarangan tanpa fakta. Korban diduga punya data mengenai kebobrokan moral tersangka RJ, yang oleh karena itu dinilai korban sangat tidak layak memimpin organisasi keagamaan.

Tudingan keras dari paman korban Radha Krisna bahkan sebelumnya sempat mendapat sanggahan dari Lembaga Parisada Hindu Dharma Indonesia (PHDI) Sumatera Utara. Organisasi ini menggelar konferensi pers, Sabtu (21/1). Bahkan, dikabarkan almarhum Rawi juga sempat datang dalam konferensi pers itu.

Antiklimaks, keesokan harinya malah Rawi ditemukan tewas, bahkan polisi juga membekuk ketua Lembaga PHDI Sumut, berinisial RJ.

Keluarga TSK Histeris
Di lokasi yang sama, di ruang kamar mayat Rumah Sakit Bhayangkara Jl KH Wahid Hasyim Medan, seakan menjadi saksi penderitaan pedih yang dialami keluarga korban maupun tersangka‎. Bila Rabu (18/1) kemarin, keluarga Indra Gunawan alias Kuna (45) yang meluapkan tangis duka cita atas kepergiannya.

Selang tiga hari kemudian, giliran keluarga Rawindra alias Rawi (40) yang menangis histeris di depan ruang Kamar Mayat rumah sakit. Kesedihan keluarga seketika jadi tontonan ketika adik Rawi, bernama Reka seolah meledak tidak mampu mengendalikan emosinya, dan mengucapkan sumpah serapah.

“Kalian semua pembunuh. Kenapa dikasih mati, belum tentu dia pelakunya. Kenapa kalian bunuh dia, anee (abang) bunuh nyamuk saja tidak berani,” tangis Reka.

Dirinye menyesalkan, tersangka Rawi bila memang terlibat pembunuhan Kuna, mengapa Rawi harus ditembak mati, peluru menembus dada dan perutnya.

“Kalau dia bersalah tangkaplah, tapi jangan dibunuh. Penjarakan aja dia lima puluh tahun. Gak kasihan kalian sama anaknya ada tiga, dia orang miskin, tukang parkir,” tangis Reka sembari berulang mengatakan Ane kenapa pergi.

Tak ada yang menenangkan adik tersangka yang menangis sejadi-jadinya, sejumlah orang hanya bisa melihat kesedihan wanita ini.‎ Sementara di rumah duka tersangka di Jl Waru No 63 Medan, sejumlah pelayat terus berdatangan di rumah Ketua salah satu organisasi kepemudaan (OKP) di Petisah ini.

“Dia terkenal bagus di tetangga, gak pernah ada masalah, kami gak menyangka kejadian ini, “ ujar salah seorang keluarga, Lecemi (70).

Tersangka Rawi, kata dia, meninggalkan tiga orang anak yakni Viriel (10) Trisa (9) dan Verun Dewi (1,5) beserta satu orang istri bernama Lia Boru Tampubolon. “Kalau jenazah datang hari ini, rencana besok ada ritual (pemakaman) yang dilakukan, sekarang ini belum tahu kapan, kami lagi berduka,” kata dia.

Apresiasi Kinerja Polisi
Terkait terungkapnya kasus pembunuhan Kuna, Perhimpuan Pemuda Hindu Sumatera Utara (Sumut) mengapresiasi kinerja polisi.

“Saya berterima kasih kepada Kapolda. Pelaku ditangkap kurang dari seminggu, kinerja polisi benar-benar optimal,” kata Mohan Ketua Perhimpunan Pemuda Hindu Sumut kepada wartawan.

‎‎Selain itu dirinya juga menyampaikan terima kasih kepada berbagai pihak yang ikut mendesak pihak kepolisian dalam mengungkap kasus ini. “Saya mendapat kabar ini dari KNPI, kalau pelakunya sudah tertangkap,” kata Mohan.

Dirinya juga tidak heran, kalau Ketua Lembaga Keagamaan terlibat dalam pembunuhan ini. “Sewaktu korban hidup, sering memberitahukan mengenai permasalahan di Majelis Tinggi Agama Hindu,” ujar dia.

Terkait apakah dalang pembunuhan Kuna, terhenti di tersangka RJ alias Raja, Mohan menyatakan menyerahkan penyelidikan sepenuhnya kepada pihak berwajib. (bowo)

Close Ads X
Close Ads X