Ketegangan Meningkat, Tiongkok Minta Korut dan AS Tahan Diri

Beijing – Pemerintah Tiongkok men­­­desak Amerika Serikat (AS) dan Korea Utara (Korut) untuk me­na­­han diri dari melakukan tindakan provokatif. Desakan ini muncul setelah semakin meningkatnya situasi di Semenanjung Korea.

Desakan terhadap AS di­sam­paikan langsung oleh Pre­­­siden Tiongkok Xi Jin-ping saat melakukan perbicangan melalui telepon dengan Donald Trump. Jin-ping menegaskan, tindakan provokatif hanya akan membuat situsi semakin tidak terkendali.

“(Tiongkok) berharap agar pihak-pihak terkait dapat me­nahan diri dan menghindari tindakan yang akan meningkatkan ketegangan di Semenanjung Korea,” kata Jin-ping dalam se­buah pernyataan yang dirilis Ke­menterian Luar Negeri Tiong­kok.

“Satu-satunya cara untuk mewujudkan denuklirisasi di Semenanjung Korea dan dengan cepat menyelesaikan masalah nuklir Korea Utara adalah agar setiap pihak terkait memenuhi tugasnya,” sambungnya, seperti dilansir Channel News Asia pada Senin (24/4).

Desakan Jin-ping ini sen­­diri muncul tidak lama sete­lah Korut melemparkan an­caman kepada AS. Dimana, Pyong­­yang mengancam akan meneng­­ge­lamkan kapal induk AS, USS Carl Vinson, dengan satu serangan.

Sebagai respon atas ancaman itu, AS melalui juru bicara Penta­gon Gary Ross telah meminta Korut untuk tidak melakukan tindakan sembrono.

”Kami meminta Korut un­tuk menahan diri dari tindakan provokatif, (tindakan) men­­des­­tabilisasi dan retorika dan untuk membuat pilihan strategis guna memenuhi kewajiban dan komitmen internasionalnya serta kembali ke perundingan serius,” kata Ross.

Bukan Senjata Nuklir
Terpisah, Australia menyata­kan Ko­rea Utara (Korut) harusnya fo­­kus pada pengembangan negara me­reka demi kesejahteraan rakyat dan bukan fokus pada pe­ngembangan senjata nuklir. Ini merupakan respon terbaru Australia atas ancaman yang dilemparkan Korut.

“Ancaman serangan nuklir Korut terhadap negara-negara lain menggarisbawahi lebih jauh perlunya rezim tersebut un­tuk meninggalkan senjata nuklir ilegal dan program rudal balistiknya,” ucap Menteri Luar Negeri Australia, Julie Bishop.

“Ini menghadirkan ancaman serius bagi tetangganya dan jika dibiarkan, ke wilayah yang lebih luas termasuk Australia. Pemerintah Korut harus lebih fokus pada investasi untuk kese­­jahteraan rakyatnya yang telah lama menderita, dan bukan sen­jata pemusnah massal,” sam­­bungnya, seperti dilansir Russia Today pada Senin (24/4).

Sebelumnya, Kementerian Luar Negeri Korut mengaku akan menyerang Australia dengan senjata nuklir jika Canberra terus secara membabi buta mengikuti garis kebijakan Amerika Serikat (AS).

Korut mengatakan. Bishop harus lebih berhati-hati dalam membuat pernyataan tentang Pyongyang dan ia lebih baik berpikir dua kali tentang konsekuensinya.

Ancaman Pyongyang mun­cul sebagai tanggapan atas per­nyataan Bishop sebelumnya yang dibuat pada hari Selasa, ketika dia mengatakan bahwa program senjata nuklir dan rudal Korut merupakan ancaman bagi ke­­amanan negara tersebut. Pe­­ngembangan rudal balistik antar benua yang mampu mencapai wilayah AS dengan muatan nuklir bisa juga menghantam wilayah Australia.

(snc)

Close Ads X
Close Ads X