Medan | Jurnal Asia
Pendidikan pranikah diharapkan dapat mewujudkan keluarga yang baik, sejahtera, bertanggung jawab, serta langgeng, kata Pakar Pendidikan Universitas Negeri Medan (Unimed) Dr Mutsohito Solin, MPd.
“Sebab, selama ini banyak ditemui orang yang telah bekeluarga mengalami prahara rumah tanggga, yakni mengalami peceraian, pertengkaran dan kekerasan dalam rumah tangga (KDRT),” katanya di Medan, Kamis (19/11), saat diminta tanggapannya mengenai pendidikan pranikah.
Melalui pendidikan pranikah, menurut dia, seseorang yang akan melepas masa lajangnya diberikan nasihat atau bimbingan agar nantinya bisa menciptakan rumah tangga sejahtera dan bahagia.
“Menciptakan keluarga yang harmonis adalah sangat didambakan bagi setiap orang yang telah berumah tangga,” ujar Solin. Namun, lanjut, pendidikan pranikah juga tidak sepenuhnya menjamin terciptanya rumah tangga yang kokoh, karena juga tergantung kepada manusianya.
“Meskipun orang tersebut telah mengikuti pendidikan pranikah, bisa saja terjadi hal-hal yang tidak diingini dalam kehidupan berumah tangga,” kata staf pengajar Unimed itu.
Solin menambahkan, banyaknya perceraian dalam usia perkawinan muda tidak hanya disebabkan permasalahan ekonomi, tetapi juga faktor kepribadian dan kurangnya pendidikan agama, usia yang kurang matang dalam berumah tangga dan egoisme di antara suami dan isteri.
“Jadi, kasus perceraian yang terjadi di negeri ini bukan sekadar fenomena sosial, tetapi perlu dicermati secara mendalam dan harus mendapat kajian dari pemerintah,” kata Ketua Dewan Pendidikan Kota Medan itu.
Kementerian Agama mencatat tidak kurang dari 212.000 kasus perceraian terjadi per tahun, melambung dari angka 50.000 pada 10 tahun yang lalu. Kasus perceraian telah merambah ke semua lini, tidak hanya menimpa keluarga yang pas-pasan, namun juga yang memiliki perekonomian mapan.
(ant)