Mahasiswa Berkebutuhan Khusus Diprioritaskan Dapat Beasiswa

Sejumlah siswa anak berkebutuhan khusus penyandang tuna netra dengan didampingi guru pendamping mengerjakan soal mata pelajaran Bahasa Indonesia saat ujian nasional (UN) di SMPLB-A YPAB di Surabaya, Jawa Timur, Senin (4/5). Ujian nasional tingkat SMP/Mts tersebut berlangsung selama empat hari dengan empat mata pelajaran yang diujikan, yakni Bahasa Indonesia, Matematika, Bahasa Inggris, dan IPA. ANTARA FOTO/M Risyal Hidayat/Rei/nz/15.

Magelang – Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi (Kemristekdikti) memberikan beasiswa kepada setiap mahasiswa berkebutuhan khusus, asal memiliki prestasi tinggi yang sesuai dengan ketentuan.

“Setiap tahun ada, cuma tahun ini kita lebih prioritaskan, kita lebih sosialiasi. Pokoknya asal perguruan tinggi menerima anak berkebutuhan khusus, langsung kita beri bantuan beasiswa,” kata Sekretaris Dirjen Pembelajaran dan Kemahasiswaan Kemristekdikti Sutrisna Wibawa di Magelang, Rabu (15/3).

Ia mengatakan hal itu usai berbicara di hadapan sekira 600 mahasiswa Universitas Tidar Magelang, Jawa Tengah, dalam acara Motivasi Mahasiswa Bidikmisi dengan tema “Membangun Generasi Cerdas, Bermartabat, Berkepribadian Unggul, dan Berkarakter”.

Ia menyebut jumlah bantuan beasiswa yang diterima mahasiswa berkebutuhan khusus sama dengan mahasiswa normal yang menjadi penerima beasiswa.

Jumlah beasiswa Bidikmisi Kemristekdikti untuk alokasi biaya hidup mahasiswa pada 2017 naik dari Rp600.000 per mahasiswa per bulan menjadi Rp650.000, sedangkan biaya kuliah tetap Rp2.400.000 per semester.

Ia mengatakan tentang syarat akademik beasiswa Bidikmisi untuk mahasiswa berkebutuhan khusus yang sama dengan mahasiswa normal.

“Kebetulan kan orangnya saja yang berkebutuhan khusus, tetapi prestasinya harus mengikuti yang ada dipersyaratkan di perguruan tinggi,” katanya.

Ia menjelaskan juga tentang tujuan beasiswa dari pemerintah itu yang untuk memberikan kesempatan seluas-luasnya kepada semua kalangan masyarakat dalam mendapatkan pendidikan hingga perguruan tinggi. Ia menyebut relatif tidak banyak mahasiswa berkebutuhan khusus yang menjalani pendidikan di perguruan tinggi.

“Kita tidak memberi kuota, tetapi berapapun yang ada, mau kita biayai. Mereka yang kebutuhan khusus itu, pengalaman tidak banyak, tetapi harus memenuhi syarat akademik. Ini kita sosialisasikan supaya teman-teman yang berkebutuhan khusus punya semangat untuk berprestasi,” katanya.

Pada kesempatan itu, Sutrisna juga menyebut tidak banyak jumlah mahasiswa yang gagal memperoleh beasiswa Bidikmisi lanjutan karena tidak mampu mempertahankan atau meningkatkan indeks prestasinya.

Ia menyebut data pada 2014 dan 2016 terkait dengan mahasiswa yang gagal memperoleh beasiswa lanjutan itu sekira 2,4 persen karena IP-nya di bawah 2. Umumnya mahasiswa penerima beasiswa Bidikmisi memiliki IP lebih dari 3 dengan jumlah mereka yang mencapai 80 persen.

“Kalau hanya 2,4 persen masih wajar, tetapi secara umum berhasil,” katanya. (ant)

Close Ads X
Close Ads X