Jakarta – PT Aneka Tambang Tbk (ANTM) atau Antam membukukan laba bersih sebesar Rp64,81 miliar (audited) untuk kinerja tahun 2016. Pencapaian profitabilitas tersebut naik tajam, dibandingkan rugi bersih sebesar Rp1,44 triliun, yang Antam tanggung pada 2015.
Direktur Utama Antam, Tedy Badrujaman mengatakan, laba setelah pajak yang perseroan bukukan merupakan berkat dukungan dari kenaikan laba usaha dari posisi rugi sebesar Rp701,44 miliar menjadi Rp8,16 miliar pada 2016.
Kemudian, perusahaan pelat merah ini juga mampu menaikkan tingkat efisiensi, menjadi Rp48,7 miliar, atau setara dengan pencapaian 134 persen dari target tahun lalu yang sebesar Rp36,4 miliar.
Di samping itu, ujar dia, emiten berkode ANTM ini membukukan nilai kas dan setara kas sebesar Rp7,62 triliun sepanjang tahun lalu. Walaupun, dari laporan keuangan perseroan terlihat, pada 2016 total penjualan perseroan justru turun 13,39 persen secara year on year (yoy). Dari posisi Rp10,53 triliun, Antam membukukan total penjualan menjadi Rp9,12 triliun pada 2016.
“Dengan optimalnya operasi pabrik feronikel, pada 2016 volume produksi dan penjualan feronikel perseroan mencatatkan rekor tertinggi sepanjang kami berdiri. Kemudian, tren kinerja operasional komoditas lain, seperti bijih nikel dan emas itu, on track target sehingga mendukung pencapaian profitabilitas pada 2016,” ungkap Tedy dalam keterbukaan informasi di Bursa Efek Indonesia di Jakarta.
Adapun, dengan estimasi peningkatan produksi dan penjualan pada 2017, Antam meyakini akan memiliki masa depan yang solid untuk memberikan imbal hasil yang baik kepada pemangku kepentingan. Hal itu, dengan asumsi bahwa harga komoditas yang positif, serta selesainya proyek hilirisasi dalam 1-2 tahun ke depan.
“Untuk tahun ini, Antam menargetkan peningkatan produksi dan penjualan komoditas utama feronikel dan emas,” tegas dia.
Lebih lanjut Tedy memaparkan, dari bisnis feronikel perseroan menargetkan volume produksi menjadi 24.100 ton nikel dalam feronikel (Tni). Target tahun 2017 itu, lebih tinggi 19 persen dibandingkan dengan produksi tahun 2016 sebesar 20.293 TNi.
Sementara, untuk bisnis komoditas emas, Antam menyasar total produksi dapat menyentuh 2.270 kg dari tambang emas Pongkor dan Cibaliung. Sehingga, jelas Tedy, target yang perseroan pasang untuk produksi emas akan lebih banyak dibandingkan realisasi produksi emas sebesar 2.209 kg pada 2016.
“Selain itu, kami akan terus fokus mengenai konstruksi proyek hilirisasi guna meraih pertumbuhan. Adapun, hingga kini konstruksi pabrik reronikel Haltim yang telah mulai dari segi pembangunannya masih berjalan sesuai rencana,” ungkap dia.
Di sisi lain, Tedy juga menambahkan, perusahaan yang ia pimpin ini tengah melakukan finalisasi persiapkan proyek hilirisasi lanjutan guna memanfaatkan cadangan bijih nikel dan bauksit yang perseroan miliki.
Oleh sebab itu, perusahaan tengah berkonsentrasi dalam hal pembangunan pabrik feronikel line dua dan tiga. Serta tutur dia, Antam cukup aktif dalam meningkatkan nilai tambah melalui hilirisasi baik dengan skema pendanaan internal ataupun bekerja sama dengan mitra strategis.
“Dalam hal komoditas bauksit, saat ini kami akan fokus untuk pembangunan pabrik Smelter Grade Alumina Re,” tegas Tedy.
(id)