Udang dan Tuna RI Diekspor ke AS dan Jepang

Pekerja membersihkan udang windu sebelum dikirim untuk ekspor di Pabean udik, Indramayu, Jawa Barat, Sabtu (4/6). Udang windu yang diekspor ke sejumlah negara seperti Amerika dan Jepang tersebut dijual seharga Rp150 ribu per kg. ANTARA FOTO/Dedhez Anggara/foc/16.
Pekerja membersihkan udang windu sebelum dikirim untuk ekspor di Pabean udik, Indramayu, Jawa Barat, Sabtu (4/6). Udang windu yang diekspor ke sejumlah negara seperti Amerika dan Jepang tersebut dijual seharga Rp150 ribu per kg. ANTARA FOTO/Dedhez Anggara/foc/16.

Jakarta – Kekayaan alam Indonesia ternyata bukan hanya isapan jempol belaka. Hasil laut Indonesia yang melimpah membuat negara-negara di dunia rajin melakukan impor. Terbukti dari nilai ekspor udang Indonesia mencapai US$ 1 miliar per tahunnya. Adapun negara tujuan ekspor udang terbesar adalah Amerika Serikat (AS), Jepang, dan juga China.

Ketiga negara tersebut rajin mengimpor udang dari Indonesia dalam bentuk kupas dan tanpa kepala di mana AS menguasai 40% tujuan ekspor udang Indonesia. “Kalau dari sisi volume udang kita paling banyak. Udang kalau ekspor secara volume bentuk potong kepala saja dikupas kemudian beku. Atau potong kepala beku kemudian ekspornya dalam blok dibungkus karton.

Produk olehan udang lain seperti tempura. Dari nilai udang paling besar. Paling besar itu ke Amerika Serikat (AS), kedua masih ke Jepang, ketiga sih China,” ujar Dirjen Penguatan Daya Saing Produk Kelautan dan Perikanan (PDSPKP) Kementerian Kelautan dan Perikanan, Nilanto Perbowo saat berbincang dengan detikFinance di kantornya, Jakarta Pusat.

Sentra penghasil udang di Indonesia tersebar di berbagai titik dari barat hingga timur Indonesia. Udang yang diekspor merupakan udang laut dan udang budidaya. “Di Indonesia banyak, Lampung, kemudian Makassar, Kalimantan Timur, juga Pulau Jawa udang budidaya. Kalau udang laut terus terang dari Arafura masih paling banyak,” kata Nilanto.

Ikan Tuna juga tidak ketinggalan menjadi komoditas ekspor hasil laut yang dikirim ke negeri seberang. Ikan Tuna yang sebagian besar didapatkan di Indonesia timur sebagian besar dieskpor ke AS dalam bentuk beku.

Nilai ekspor Tuna ke AS dan beberapa negara tujuan lainnya mencapai US$ 700 juta per tahunnya. “Mayoritas ke Amerika Serikat (AS) negara tujuan ekspor kita terbesar ke Amerika Serikat. Kita untuk kelompok tuna beku market sharenya paling gede. Total tuna di atas US$ 700 juta per tahun,” kata Nilanto.

Tidak hanya itu, kepiting dan rajungan juga menjadi hasil laut Indonesia yang rajin diekspor ke berbagai negara. Kepiting dan rajungan umumnya diekspor dalam keadaan tanpa cangkang.
Industri pengolahan kepiting dan rajungan di Indonesia juga cukup menjanjikan dengan daya serap tenaga kerja yang cukup tinggi.

“Kelompok ketiga adalah kelompok kepiting sama rajungan. Umumnya di-pasteurized kemudian didinginkan. Sudah menjadi daging saja, cangkangnya nggak makanya itu menyerap tenaga kerja banyak,” ungkap Nilanto.

Dari segi volume ekspor hasil laut, rumput laut menjadi juara utama dengan total ekspor lebih dari 1.000 ton per tahun. Rumput laut umumnya dieskpor dalam bentuk kering ke berbagai negara di dunia.

“Kalau dari volume paling besar rumput laut. Karena rumput laut kebanyakan dieskpornya dalam bentuk kering. Sehingga secara tonase besar dia. Secara volume mengalahkan udang kalau nilai masih udang. Rata-rata 1.000 ton per tahun,” jelas Nilanto.

Ikan Tuna Paling Banyak Dikonsumsi
Potensi hasil laut yang melimpah membuat hasil olahan ikan di Indonesia terdiri dari berbagai jenis. Angka konsumsi ikan masyarakat Indonesia juga mengalami peningkatan terus setiap tahunnya.

Di tahun ini, angka konsumsi ikan masyarakat Indonesia sudah mencapai 40 kilogram (kg) per kapita per tahun, meningkat dibandingkan tahun lalu 38 kg per kapita per tahun. Ratusan bahkan ribuan jenis ikan terdapat di laut Indonesia yang tersebar dari ujung barat hingga ujung timur. Namun, ada beberapa jenis ikan yang paling banyak dikonsumsi orang Indonesia, yaitu ikan tuna, cakalang, dan tongkol yang masih dalam satu famili.

“Konsumsi ikan dalam negeri kalau ikan segar tuna, cakalang, tongkol. Dimasak macam-macam dibalado ada juga yang dipindang. Itu paling besar. Penjualan paling besar itu kelompok tuna, cakalang, tongkol,” terang Dirjen Penguatan Daya Saing Produk Kelautan dan Perikanan (PDSPKP) Kementerian Kelautan dan Perikanan, Nilanto Perbowo. Jumlah konsumsi masyarakat Indoensia terhadap jenis ikan tersebut mencapai 4,5 kg per kapita per tahun mengalahkan konsumsi terhadap jenis ikan lainnya.

Setelah tongkol, ikan kembung menjadi favorit kedua masyarakat Indonesia untuk dikonsumsi. Berbagai olahan juga dapat dipilih mulai dari dikonsumsi dalam bentuk segar hingga dimasak pindang. “Paling banyak selain tuna, tongkol, cakalang ada kembung. Mereka itu kebanyakan dikonsumsi dalam bentuk segar maupun pindang. Pindang itu luar biasa besar,” tutur Nilanto.

Sentra penghasil beberapa ikan yang paling banyak dikonsumsi orang Indonesia terdapat di wilayah Indonesia Timur. Di Indonesia bagian timur, masyarakat lebih suka mengonsumsi ikan yang telah diasapi agar bisa lebih tahan lama.

“Paling besar Indonesia bagian timur. Di sana tongkol cakalang dikonsumsi dalam keadaan segar itu di Sumatera, Jawa, Kalimantan. Kemudian di Indonesia bagian timur banyak diasap banyak dipindang. Kalau yang segar paling banyak dikonsumsi di Sumatera, Kalimantan, Pulau Jawa plus dipindang,” ucap Nilanto. (dtf)

Close Ads X
Close Ads X