Jakarta – Budidaya menjadi salah satu upaya pemerintah untuk meningkatkan produksi perikanan dalam negeri. Melalui Direktorat Jenderal Budidaya Kementerian Kelautan dan Perikanan, sejumlah program optimalisasi budidaya dilakukan.
Direktur Jenderal Budidaya Perikanan, Slamet Soebjakto mengatakan, saat ini nilai tukar usaha pembudidaya ikan meningkat dari yang semula 105,8 pada Februari 2014 lalu menjadi 109,83 pada Februari 2017.
“Ini hal yang cukup menggembirakan. Karena Nilai Tukar Usaha Pembudidaya ini menunjukkan bahwa margin atau keuntungan pembudidaya sudah semakin naik. Ini artinya peningkatan pendapatan pembudidaya semakin naik,” kata Slamet dalam jumpa pers di kantornya, Jakarta, Senin (20/3).
Menurutnya hal ini dikarenakan adanya sejumlah program-program perikanan budidaya yang dilakukan. “Seperti adanya bantuan-bantuan benih dari masyarakat yang di 2016, kita sudah mencapai 187 juta ekor benih yang kita berikan ke pembudidaya,” tambahnya.
Peningkatan nilai tukar usaha pembudidaya juga didorong ditekannya biaya pakan yang selama ini menjadi komposisi termahal produksi budidaya. Ketersediaan pakan murah dilaksanakan oleh program pakan ikan mandiri.
Produksi pakan ikan mandiri dari tahun ke tahun mengalami kenaikan. Di tahun 2016 produksinya bahkan meningkat hingga 300% atau sebesar 62.160 ton pakan mandiri.
“Kemarin kita sudah buat SK, pakan ikan mandiri harganya Rp6 ribu untuk yang jenis tenggelam, dan Rp 7 ribu untuk pakan yang terapung. Itu maksimum. Kenyataannya di masyarakat ada yang Rp 4700 atau Rp 4750. Tapi kita terapkan maksimal harganya Rp 6.000. Ini supaya enggak jor-joran seperti pakan-pakan yang lain,” ucap dia.
Produksi pakan ikan mandiri yang naik sendiri didorong oleh adanya peningkatan produksi ikan dalam negeri sebagai bahan bakunya. Hal ini terbukti dari meningkatnya penggunaan tepung ikan dalam negeri selama 3 tahun terakhir dan menurunnya impor tepung ikan.
“Kalau dilihat, tepung ikan yang diimpor rata-rata penurunannya mencapai 15,9% dalam tiga tahun terakhir. Dan imbasnya penggunaan tepung ikan lokal naik 25,4% (data 2014-16),” tutur dia.
“Ini juga berdampak langsung dari pemberantasan illegal fishing yang dilakukan bu Menteri. Ikan makin banyak, produksi tepung ikan dalam negeri makin banyak, impor jadi turun,” pungkasnya.
(dtf)