Petani Sebatik Nikmati Kenaikan Harga Sawit

Petani menumpukkan tandan buah segar kelapa sawit, di perkebunan sawit rakyat kawasan Desa Drien Leukiet, Kuala Batee, Kabupaten Aceh Barat Daya, Aceh, Senin, (3/10). Harga tandan buah segar kelapa sawit pada tingkat petani sejak sepekan terakhir mulai naik dari Rp. 1300 menjadi Rp. 1500 per kg. (ANTARA FOTO/ Suprian/Apls/ama/16
Petani menumpukkan tandan buah segar kelapa sawit, di perkebunan sawit rakyat kawasan Desa Drien Leukiet, Kuala Batee, Kabupaten Aceh Barat Daya, Aceh, Senin, (3/10). Harga tandan buah segar kelapa sawit pada tingkat petani sejak sepekan terakhir mulai naik dari Rp. 1300 menjadi Rp. 1500 per kg. (ANTARA FOTO/ Suprian/Apls/ama/16

Nunukan – Petani kelapa sawit di Keca­ma­tan Sebatik Kabupaten Nu­­­nukan Kalimatan Utara menga­ku mulai bernapas lega ka­rena harga sawit di wilayah perbatasan mulai merangkak naik enam bulan terakhir.

Sebelumnya mereka menga­ku masih bergantung kepada Ta­wau Malaysia untuk menjual hasil kebun mereka. Mereka terpaksa menjual sawit mereka dengan harga lebih murah ke ne­gara tetangga karena be­lum adanya perusahaan di Kabu­paten Nunukan yang mampu menampung hasil kebun mereka.

“Satu ton di Tawau hanya di­hargai 400 ringgit (sekitar 1.240.000). Kalau disini 1.350.000,” ujar salah satu petani sa­wit di desa Setabu Asri, Senin (24/10). Asri mengaku harga 400 ring­­­­­­g­it di­a­kuinya lebih baik dibandingkan enam bulan sebelumnya.

Pe­mi­lik kebun 2 hektar tersebut me­nga­ku, sebelumnya cukong di Malaysia hanya menghargai sawit mereka 1.700 ringgit atau sekitar 527.000 tukaran 1 ringgit 3.100 rupiah per ton. Itupun belum dipotong ongkos angkut menuju Tawau Malaysia. “Dulu kita tidak bisa berbuat apa apa karena kita hanya bisa menjual sawit ke sana,” imbuh Asri.

Kenaikan harga sawit dari 170 ringgit menjadi 400 ringgit menurut Asri dikarenakan ada­nya salah satu pabrik di Sebatik yang sudah mulai uji coba be­roperasi. Keberadaan pabrik tersebut diakui Asri berpengaruh terhadap persaingan harga sawit di Sebatik.

Meski demikian, petani yang sudah 5 tahun menggeluti sa­wit tersebut mengaku tidak semua petani sawit di Sebatik menjual sawit mereka ke pabrik, tetapi sebagian dari mereke tetap memilih menjual ke Tawau Malaysia dengan berbagai ala san. “Di sini ada dua pabrik yang satu sudah beroperasi. Sejak adanya pabrik itu memang harga naik karena petani bebas mau menjual kemana,” kata Asri.
(kcm)

Close Ads X
Close Ads X