Pasar Jerman Lirik Kopi, Kakao dan Teh RI

Pekerja memproses daun teh petik di Pabrik Pengolahan PT Perkebunan Nusantara (PTPN) IV Kebun Tobasari, Simalungun, Sumatra Utara, Sabtu (2/7). Dewan Teh Indonesia menyatakan, potensi ekspor teh nasional masih mencapai 60 persen, dari total produksi sekitar 120 ribu ton per tahun. ANTARA FOTO/Irfan Anshori/kye/16
Pekerja memproses daun teh petik di Pabrik Pengolahan PT Perkebunan Nusantara (PTPN) IV Kebun Tobasari, Simalungun, Sumatra Utara, Sabtu (2/7). Dewan Teh Indonesia menyatakan, potensi ekspor teh nasional masih mencapai 60 persen, dari total produksi sekitar 120 ribu ton per tahun. ANTARA FOTO/Irfan Anshori/kye/16

Jakarta – Komoditas kopi, kakao, dan teh lokal paling banyak mendapat perhatian pelaku usaha di luar negeri. Buktinya, ketga komoditas tersebut banyak dicari para pembeli dalam ajang COTECA 2016 di Jerman. COTECA merupakan pameran dua tahun sekali untuk sektor kopi, teh, dan kakao internasional.

Kali ini, pameran memasuki tahun ke empat. COTECA menghadirkan berbagai produk, mulai dari material mentah hingga produk jadi. Pameran ini diikuti oleh 400 peserta dari 40 negara seperti, Taiwan, China, Thailand dan Jepang.

Pemerintah menargetkan akan meraup banyak transaksi dalam ajang tersebut. Produsen bubuk minuman cokelat Koawach asal Jerman, bakal mengimpor 100 ton kakao organik varietas trinitario dari Flores dan Aceh. Nantinya komoditas tersebut akan dipasarkan di Jerman.

“Estimasi total transaksi dan kontak dagang Paviliun Indonesia sebesar US$ 5,45 juta. Produk yang paling diminati adalah kakao organik, teh organik (teh hijau dan teh oolong), dan kopi (biji kopi hijau dan specialty),” kata Arlinda Direktur Jenderal Pengembangan Ekspor Nasional (PEN) Kementerian Perdagangan Arlinda dalam rilis, Rabu (21/9).

Sekadar informasi, Koawach memasok produk ke lebih dari 200 toko dan kafe di Jerman serta menjual produknya secara online. Memulai usaha sejak 2014, Koawach dengan produk premiumnya menggunakan bahan baku 100% kakao organik dan mengusung fair trade.

Koawach membutuhkan kakao varietas Trinitario sebanyak 200 ton per tahun, yang selama ini disuplai dari Kolombia. Koawach tengah mencari alternatif untuk memasok 50% dari kebutuhan bahan baku untuk produksi.

Selain kakao organik, produk yang diminati adalah gula kelapa organik, bumbu organik, serta teh hijau dan teh hitam organik. Teh hijau dan teh hitam dalam bentuk tea bag cut juga meraih pesanan sejumlah 30 ton dari pembeli Jerman untuk 2017.

“Sertifikasi organik penting untuk dimiliki sebab perusahaan yang bersertifikat organik memiliki peluang lebih besar untuk memasok produk ke Eropa. Pembeli yang datang adalah pembeli pasar ceruk yang mencari produk untuk dipasarkan di toko-toko premium, dengan harga di atas kebanyakan retailer,” tambahnya. (ant/kc)

Close Ads X
Close Ads X