Pungutan Dana Sawit per April 2016 Capai Rp4 Triliun

Jakarta | Jurnal Asia
Badan Pengelola Dana Per­kebunan Kelapa Sawit (BP­DPKS) bekerja sama dengan PT Sucofindo meluncurkan layanan elektronik pembayaran pungutan dana sawit.Itu ber­tujuan untuk menjamin akuntabilitas, dan memberikan kemudahan para eksportir untuk membayar dana pungutan sawit.

Direktur Utama BPDPKS Bayu Krisnamukti menjelaskan pungutan sawit tidak hanya digunakan untuk menstabilisasi harga sawit dan diversifikasi energi, tapi juga mendukung program replanting (peremajaan) petani sawit kecil.

“Layanan elektronik ini merupakan komitmen BPDPKS dalam menjamin akuntabilitas, kemudahan, dan kepastian,” ujar Krisna dalam peluncuran layanan elektronik pungutan dana sawit, di Gedung Dhanapala, Jakarta, Kamis (26/5).

Bayu menuturkan, dalam layanan elektronik nantinya dana sawit akan dipungut melalui sistem secara online. Sehingga eksportir bisa membayarkan pungutan dana sawit tanpa harus datang ke kantor BPDPKS. “Dalam layanan ini eksportir maupun pemerintah juga dapat melihat langsung pembayaran yang telah dilakukan,” pungkasnya.

Pungutan dana sawit secara online juga dapat dukungan dari tiga bank yaitu Bank Mandiri, Bank BRI, dan Bank BNI. Sementara itu, Direktur Jenderal Perbendaharaan Kementerian Keuangan Marwanto Harjowiryono mengatakan era teknologi informasi adalah suatu yang tidak bisa dihindari.

Sehingga, Marwanto menyambut baik dengan adanya layanan elektronik pemungutan dana sawit. “Teknologi informasi layanan ini juga sejalan dengan kebijakan nasional dalam tingkatkan kecepatan akurasi dan akuntanbilitas dalam pugutan dana sawit,” tutur Marwanto.

Selain itu, Badan Pengelola Dana Pungutan Kelapa Sawit (BPDPKS) hingga akhir April 2016 berhasil mengumpulkan dana pungutan dana sawit sebesar Rp 4 triliun. Direktur Utama BPDPKS Bayu Krisnamukti menjelaskan, jumlah itu ditopang oleh ekspor sawit Indonesia dalam empat bulan pertama tahun ini sebanyak 11 juta ton.

Dari ekspor 11 juta ton tersebut, sebanyak 85 persen atau 1,3 juta ton tiap bulannya adalah produk turunan. Sisanya 15 persen atau adalah crude palm oil (CPO) yang ekspor 350.000 ton tiap bulannya. “Keberadaan pungutan dana sawit Ini juga memberikan informasi yang lebih rinci tentang ekspor,” ujar Bayu.

Selama ini, daerah yang paling berkontribusi dalam ekspor produk sawit antara lain yang diekspor melalui pelabuhan Dumai Riau sebanyak 3,7 juta ton, Derawan Kalimantan Timur 1,1 juta ton, Teluk Bayur Sumatera Barat 0,7 juta ton dan Lampung 0,5 juta ton.

Selain itu hingga bulan April ini, negara tujuan ekspor produk sawit Indonesia antara lain India 1,1 juta ton, China 0,6 juta ton, Pakistan 0,4 juta ton dan Belanda 0,3 juta ton.“Khusus untuk jadi Pakistan ini Indonesia menjadi pengekspor sawit terbesar ke negara itu, dulu hanya 10 persen, Skarang kiuta 70 persen,” pungkas Bayu. Bayu menerangkan, selain kegiatan ekspor BPDPKS juga mendukung program biodiesel. Selama tahun 2016 BPDPK mendukung 874.0000 ton kelapa sawit untuk biodiesel.
(kcm)

Close Ads X
Close Ads X