Jakarta | Jurnal Asia
Pemerintah batal mengumumkan kebijakan Daftar Negatif Investasi (DNI) pada Rabu (10/2). Pasalnya, ada beberapa materi yang perlu direvisi kembali. “Tadi telah dilakukan pembahasan pada tingkat paripurna, bahwa diputuskan untuk DNI tidak jadi disampaikan pada hari ini karena ada beberapa hal yang direvisi,” ujar Sekretaris Kabinet, Pramono Anung, usai sidang kabinet paripurna di Istana Presiden, Rabu (10/2).
Rencananya, pengumuman DNI akan disampaikan pada Kamis (11/2), pukul 14.00 WIB. “Besok (hari ini-red) detailnya disampaikan jam 2 siang di tempat ini, karena banyak perubahan. Ada beberapa yang diminta Presiden untuk direvisi,” kata Pramono.
Dia menambahkan, kebijakan DNI yang akan diluncurkan menitikberatkan pada beberapa prinsip dasar, yaitu melindungi Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM), yaitu proyek dengan nilai di bawah Rp10 miliar tak disentuh, memotong mata rantai, oligarki, dan kartel di beberapa sektor, membuat hal-hal yang dibutuhkan rakyat menjadi lebih murah, antisipasi persaingan global.
Kemudian, membuka lapangan pekerjaan, membuat perusahaan nasional memiliki daya saing yang kuat, serta membuat manajemen menjadi lebih modern. “Daya saing menjadi kuat dan iklim investasi menjadi lebih menarik,” kata Pramono
Sementara itu, Menteri Koordinator Perekonomian, Darmin Nasution mengatakan ada dua materi perlu direvisi kembali. Namun, Darmin enggan merinci lebih jauh tentang materi yang direvisi itu. “Aku nggak pernah hitung itu, banyak soalnya. Yang tidak dirinci hanya yang dicadangkan pada UMKM, kalau itu kan nggak pernah diutak-atik banyak soalnya,” tutur Darmin.
Revisi aturan Daftar Negatif Investasi (DNI) sangat ditunggu oleh para investor global. Darmin mengatakan revisi ini akan mengarah kepada keterbukaan penanaman modal di dalam negeri pada beberapa sektor tertentu. “Tentu saja karena lebih terbuka kepada penanaman modal maka itu berarti kesempatan daya tarik untuk berinvestasi akan lebih tinggi,” ujar Darmin.
Ini juga akan memberikan dampak positif terhadap Indonesia karena dengan begitu akan mendorong investasi ke dalam negeri dalam jumlah yang lebih besar. “Investasi akan lebih tinggi. Tapi saya belum bisa perkirakan,” imbuhnya.
Beberapa sektor yang sempat masuk dalam pembahasan sebelumnya adalah farmasi, film, e-commerce, dan yang lainnya. Darmin belum bisa menjelaskan lebih lanjut karena harus menunggu hasil rapat. “Posisinya sudah ada, saya belum mau jelaskan secara lebih detil, nanti kalau tiba-tiba ada perubahan kan susah,” pungkasnya. (dc)