Rupiah Tertekan | Impor dan Ekspor Sumut Kian Terpuruk

Medan | Jurnal Asia
Pelemahan Rupiah kian mengalami puncak, Senin (3/8) Rupiah tercatat menembus level Rp13.480 per USD. Pelemahan tersebut tentu membawa pengaruh yang sangat tajam pada dunia usaha, khususnya pada ekspor dan impor Sumatera Utara (Sumut) yang kian terpuruk.

Badan Pusat Statistik (BPS) Sumut mencatat, dihitung dari akumulasi sepanjang Januari hingga Juni 2015 nilai ekspor Sumut mencapai USD3,81 miliar atau mengalami penurunan sebesar 19,31 persen dibanding dengan periode yang sama pada tahun sebelumnya. Di mana nilainya tercatat sebesar USD4,72 miliar.

Sementara untuk nilai impor hingga Juni 2015, totalnya mencapai USD1,98 miliar, mengalami penurunan 23,41 persen dibanding periode yang sama tahun lalu. Untuk total nilai impornya tercatat sebesar USD2,58 miliar.

Pengamat ekonomi dari Fakultas Ekonomi USU, Wahyu Aryo Pratomo mengatakan, kinerja ekspor impor Sumut belakangan ini memang terus mengalami penurunan. Turunnya nilai impor disebabkan oleh beberapa faktor.

“Faktor pertama, masih rendahnya harga komoditas utama Sumut seperti karet dan sawit. Tentunya kondisi ini memperburuk nilai ekspor kita,” katanya kepada Jurnal Asia, Senin (3/8).
Faktor lainnya, lanjutnya, adalah nilai tukar yang kian melemah menyebabkan biaya impor bahan baku dan bahan penolong kita semakin mahal. Padahal ekspor kita umumnya membutuhkan bahan baku dan bahan penolong.

“Jenis barang ini merupakan barang impor utama, jadi melemahnya nilai tukar tidak akan mendorong ekspor kita. Ketika ekspor kita melemah maka akan berdampak pada penerimaan devisa kita,” tuturnya.

Sementara, Kepala Bidang Statistik BPS Sumut, Bismark S Pardamean mengatakan, untuk nilai ekspor yang turun hingga 19,31 persen menjadi USD3,81 miliar ini disumbang dari penurunan ekspor lemak dan minyak hewan/nabati USD372,01 juta atau turun 18,89 persen. Kemudian, ekspor karet dan barang dari karet turun hingga 26,36 persen menjadi USD214,73 juta.

“Secara akumulasi, di periode ini ada tujuh komoditi unggulan yang mengalami penurunan ekspor yakni, kayu, barang dari kayu, bahan kimia organik, ikan dan udang, tembakau, berbagai produk kimia, karet dan barang dari karet seta lemak dan minyak hewan. Tetapi ada juga yang mengalami peningkatan nilai ekspor yakni buah-buahan, kopi, teh, rempah-rempah, sabun dan preparat pembersih,” ucapnya.

Sedangkan untuk nilai impor Sumut, lanjutnya, sepanjang Januari hingga Juni 2015 mencapai USD1,98 miliar dan mengalami penurunan sebesar 23,41 persen dibanding dengan periode yang sama pada tahun lalu. Nilai impor dari golongan baran modal dan bahan baku penolong mengalami penurunan tertinggi yakni 25,96 persen dengan nilai USD412,68 juta.
Kemudian, impor barang modal mengalami penurunan sebesar USD121,05 juta atau 29,89 persen. Dan barang komsumsi mengalami penurunan sebesar 12,10 persen menjadi USD71,47 juta. (netty)

Close Ads X
Close Ads X