Lestarikan Budaya | PSMTI Gelar Festival Barongsai dan Bakcang 2015

Pembuat Kue Bak Cang, Tjan A Hiang membuat Bak Cang yang akan dijual seharga Rp20.000 per buah di Jalan Ketapang 7, Pontianak, Kalbar, Jumat (19/6). Bak Cang yang terbuat dari beras ketan dan daging tersebut, merupakan penganan khas Tionghoa yang disajikan serta disantap dengan keluarga besar seusai melaksanakan tradisi mandi bersama di Sungai Kapuas saat Festival Peh Cun yang diperingati pada Sabtu (20/6). ANTARA FOTO/Jessica Helena Wuysang/ss/kye/15
Pembuat Kue Bak Cang, Tjan A Hiang membuat Bak Cang yang akan dijual seharga Rp20.000 per buah di Jalan Ketapang 7, Pontianak, Kalbar, Jumat (19/6). Bak Cang yang terbuat dari beras ketan dan daging tersebut, merupakan penganan khas Tionghoa yang disajikan serta disantap dengan keluarga besar seusai melaksanakan tradisi mandi bersama di Sungai Kapuas saat Festival Peh Cun yang diperingati pada Sabtu (20/6). ANTARA FOTO/Jessica Helena Wuysang/ss/kye/15

Medan | Jurnal Asia
Lestarikan budaya tradisional, Paguyuban Sosial Marga Tionghoa (PSMTI) menggelar Festival Bakcang dan Barongsai, Sabtu (20/6) di Komplek CBD Polonia Medan. Festival yang dimulai pada pukul 11.00 WIB ini akan diisi sejumlah atraksi kebudayaan Tionghoa.

Sekretaris PSMTI Sumut, Joko Dharmadi mengatakan, festival Bak­cang dan Barongsai tersebut akan berlangsung selama sehari dari pukul 11.00 WIB hingga 22.00 WIB. PSMTI didukung oleh sejumlah organisasi dian­taranya, Perwakilan Umat Bud­dha Indonesia (Walubi), Majelis Tinggi Agama Khonghucu (Mata­kin), Persatuan Islam Tionghoa Indonesia (PITI), serta Lembaga Ko­munikasi Umat Buddha Indo­nesia (LKUBI).

“Mengawali perayaan Bak­cang, sekitar pukul 11.30-12.30 WIB kita adakan lomba men­dirikan telur. Pada bulan 5 tang­gal 5 kalender Lunar dan saat ma­tahari berada pas di atas kepala (12.00 WIB), telur akan mudah didirikan karena gravitasi bumi lebih seimbang,” katanya.

Selain lomba mendirikan telur, ka­tanya, festival juga diramaikan de­ngan 65 stand kuliner. Ke­mudian, kompetisi Barongsai se-Sumatera Utara yang akan diikuti sekitar 10 tim Barongsai, Kaligrafi Tiong­hoa, musik tradisional Tiong­hoa, Senam Peremajaan-Haqi, kompetisi ikat dan makan Bakcang.

Joko menambahkan, pera­ya­an Bakcang ini merupakan ke­budayaan Tionghoa yang su­dah ada ribuan tahun lalu. Se­bagai ge­nerasi penerus etnis Tiong­hoa, ucapnya, sudah sepan­tas­­nya perayaan Bakcang ini diles­tarikan, dipertahankan dan dikembangkan.

“Salah satu misi dari PSMTI adalah menjaga kelestarian bu­daya Tionghoa. Kami ingin mem­perkenalkan tradisi ini ke­pada masyarakat luas sehingga perayaan Bakcang menjadi kha­sanah dari keberagaman budaya yang ada di Indonesia,” tuturnya.

Ia mengatakan, perayaan ini tentunya tidak akan mengganggu jalannya kegiatan puasa yang dijalankan oleh umat Muslim. Kami selalu menghormati dan menghargai agama, serta kebudayaan suku lainnya”.

“Di sini kita juga dibantu oleh PITI. Ini membuktikan salah satu keberagaman yang kita bina. Selain itu, Bakcang yang kita sediakan juga vegetarian, jadi halal bisa dimakan siapapun. Untuk itu, kepada masyarakat Kota Medan diharapkan dapat meramaikan festival ini,” katanya.

Ditambahkannya, diren­ca­na­kan pada malam hari se­le­pas sholat Tarawih, Wali Kota Me­dan, Drs H T Dzulmi El­din S,M.Si akan hadir untuk me­nyak­sikan perayaan Bakcang ini. “Kalau beliau tidak sibuk dan ber­halangan, beliau akan datang ke acara ini,” tandasnya. (netty)

Close Ads X
Close Ads X