Jakarta | Jurnal Asia
Upaya Bank Indonesia (BI) memberikan stimulus sektor properti dan otomotif roda dua melalui pelonggaran kredit (loan to value/LTV) dirasa tidak akan berpengaruh secara signifikan membantu pelaku usaha sektor tersebut. Wakil Ketua Kamar Dagang dan Industri Indonesia (Kadin) Bidang Perbankan dan Finansial Rosan P. Roeslani memastikan kebijakan tersebut hanya sedikit dampaknya apabila daya beli masyarakat masih sangat lemah.
“Kalau dari properti hampir tiga tahun stagnan karena perekonomian kita tumbuhnya kurang signifikan. Sekarang perekonomian sedang mengalami koreksi maka otomatis permintaan properti terutama yang high end agak stagnan,” kata Rosan saat ditemui di Jakarta, Senin (25/5).
Terlebih jika melihat kondisi perbankan yang menganut sistem kebijakan ketat dan tidak bisa sembarangan menyalurkan kredit secara jor-joran. Menurutnya perbankan tahun ini cenderung berhati-hati dalam menempatkan portofolio kreditnya.”Ketika saya bicara dengan perbankan, kredit macet (non performing loans/NPL) memang ada kekhawatiran akan meningkat dan itu juga disebabkan dari sektor properti juga,” katanya.
Jika pemerintah ingin menggenjot sektor properti, Rosan berharap insentif ke perbankan juga harus diberikan. “Karena memang pada dasarnya daya saing kita sedang menurun jadi ke depan pemeringah juga harus memberikan insentif-insentif baik dari segi perbankan regulasinya supaya roda perekonomian kita menjadi lebih baik,” katanya. (cnn)