Medan | Jurnal Asia
Harga karet ekspor jenis SIR 20 hingga saat ini masih bertahan rendah hanya dikisaran USD1,47 dari pernah mencapai USD5,75per kilogram (kg). Kondisi tersebut belum beranjak membaik meski dolar AS menguat yang mencapai Rp13.000 per dolar AS.
Sekretaris Eksekutif Gabungan Perusahaan Karet Indonesia (Gapkindo) Sumut, Edy Irwansyah mengatakan, penguatan dolar AS terhadap Rupiah belum berpengaruh pada kenaikan harga ekspor komoditas khususnya karet. Padahal, katanya, biasanya jika dolar AS mengalami penguatan seperti dewasa ini sudah mencapai Rp13.000 per satu dolar AS, eksportir akan untung.
“Harga jual karet sekarang USD1,45 per kg dan ini belum pulang modal. Bagaimana ekspotir mau untung,” katanya di gedung BI Jalan Balai Kota Medan, Selasa (4/3).
Sebenarnya, lanjut Eddy, penurunan harga itu dipicu krisis global yang menyebabkan negara pembeli utama seperti AS, Jepang dan Tiongkok mengurangi pembelian akibat industri otomotif juga sedang lesu. Dan harga semakin tertekan, karena harga minyak mentah juga lagi melemah akibat produksi Amerika Serikat masih banyak.
“Murahnya harga minyak mentah berkisar USD50 per barel membuat harga karet sintetis ikut melemah. Murahnya harga sintetis menyebabkan industri beralih ke sintetis sehingga pembelian karet alam tetap melemah,” tegasnya.
Gapkindo berharap, Pemerintah mencari solusi antara lain dengan mengundang investor membuka pabrik bahan jadi karet mulai ban dan lainnya. Selama ini, ekspor karet Sumut, 70 persen diserap industri otomotif.
Kepala Bank Indonesia (BI) Sumut, Difi A Johansyah, menyebutkan, berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) Sumut, ekspor di Januari juga mengalami penurunan sebesar 12,80 persen dibandingkan Januari 2014 dan turun 7,66 persen dari Desember 2014. Posisi Januari 2015, nilai ekspor Sumut mencapai USD627,928 juta.
Bukan hanya ekspor yang turun, tetapi nilai impor Sumut di Januari 2015 juga mengalami penurunan apabila dibandingkan dengan Januari tahun 2014 dan termasuk dari angka Desember 2014. Nilai impor Sumut pada Januari 2015 sebesar USD357,601 juta atau turun 18,29 persen dari Januari 2014 yang sudah mencapai USD437, 660 juta. “Dan jika dibandingkan impor Desember 2014 yang sebesar USD22, 807 juta, juga mengalami penurunan 15,42 persen,” tuturnya. (netty)