Stimulus Eropa Tak Sedahsyat AS di 2008

Jakarta | Jurnal Asia
Menteri Keuangan Bambang Brodjonegoro menyebut kebijakan stimulus oleh bank sentral Uni Eropa (ECB) melalui pembelian obligasi besar-besaran atau quantitative easing (QE) tidak sebanding dengan kebijakan serupa di AS pada 2008. Oleh karena itu, dampaknya juga tidak akan sama.“Kami semalam dengan parlemen membahas intensif mengenai global economy. Kami membahas intensif mengani dampak dari kebijakan ECB,” tutur Bambang, Selasa (27/1).

Bambang menilai, kebijakan ini tak terlalu berpengaruh besar pada perekonomian dunia, termasuk Indonesia. Ada dua hal yang menjadi faktor mengapa kebijakan ini tak sedahsyat yang dikeluarkan AS di 2008 silam.

Pertama, menurut Bambang, adalah ukurannya. QE yang dikeluarkan Eropa adalah berupa pembelian obligasi pemerintah senilai 60 miliar euro (Rp 720 triliun) per bulan. Sementara di AS, jumlahnya mencapai US$ 100 miliar (Rp 1.200 triliun) per bulan.

“Ekonomi AS memang lebih besar. Setelah revisi pertama QE di 2010, jumlahnya berkurang menjadi US$ 80 miliar (Rp 960 triliun). Itu pun masih lebih besar dibandingkan QE di Eropa,” papar Bambang.

Faktor kedua, lanjut Bambang, adalah ekonomi Tiongkok yang terkoreksi. Ketika AS melakukan QE, ekonomi Tiongkok masih tumbuh 2 digit sehingga mampu menopang perekonomian global.
“Namun tahun ini agak berbeda. QE Eropa lebih rendah, dan sayangnya Tiongkok moderating pertumbuhan ekonominya. Jelas pengaruh QE Eropa, tidak akan sama dengan apa yang dilakukan AS,” terangnya. (dtf/ant)

Close Ads X
Close Ads X