Menggagas Peluang Perong

1.Keuntungan-Menjalankan-Bisnis-Budidaya-Porang2

1190566_porangmjk5

umbi_porang
Tanaman ini mempunyai nama latin Amorphopallus oncophyllus. Porang kerap menyebutnya bunga bangkai jawa, porang, suweg atau iles-iles. Sebelumnya, tanaman berumbi ini dianggap sebagai tanaman tak layak jual. Namun, ternya­ta, kebutuhan porang makin banyak lantaran kegunaannya cukup beragam. Salah satu manfaat tanaman ini digunakan sebagai bahan pengikat pembuatan tablet obat dan zat pengental dalam pembuatan sirup dan sari buah. Porang juga menjadi bahan makanan sehat, setelah diolah menjadi jeli seperti konyaku. Tak heran, dalam beberapa tahun terakhir ini, permintaan porang terus meningkat, baik dari dalam maupun luar negeri. Sayang, saat ini pasokan porang belum bisa mengimbangi permintaan.

Karena itulah budidaya porang sangat menjanjikan. Menanamnya pun tidak sulit, asal dapat mengikuti beberapa panduan yang banyak didapatkan dari berbagai saluran informasi bisnis pertanian.

Tanaman porang pada umumnya dapat tumbuh pada jenis tanah apa saja, namun demikian agar usaha budidaya tanaman porang dapat berhasil dengan baik perlu diketahui hal-hal yang merupakan syarat-syarat tumbuh tanaman porang, terutama yang menyangkut iklim dan keadaan tanahnya.

Selain itu, porang mempunyai sifat khusus yaitu mempunyai toleransi yang sangat tinggi terhadap naungan atau tempat teduh (tahan tempat teduh). Tana­man porang membutuhkan cahaya maksimum hanya sampai 40%. Tanaman porang dapat tumbuh pada ketinggian 0 – 700 M dpl. Namun yang paling bagus pada daerah yang mempunyai ketinggian 100 – 600 M dpl.

Untuk hasil yang baik, tanaman porang menghendaki tanah yang gembur/subur serta tidak becek (tergenang air). Derajat keasaman tanah yang ideal adalah antara PH 6 – 7 serta pada kondisi jenis tanah apa saja. Naungan yang ideal untuk tanaman porang adalah jenis jati, mahoni sono, dan lain-lain, yang pokok ada naungan serta terhindar dari kebakaran. Tingkat kerapatan naungan minimal 40% sehingga semakin rapat semakin baik.

Perkembangbiakan tanaman porang dapat dilakukan dengan cara generatif maupun vegetatif. Secara umum perkembangbiakan tanaman porang dapat dilakukan melalui berbagai cara yaitu antara lain, perkembangbiakan dengan katak. Dalam 1 kg Katak berisi sekitar 100 butir katak. Katak ini pada masa panen dikumpulkan kemudian disimpan sehingga bila memasuki musim hujan bisa langsung ditanam pada lahan yang telah disiapkan. Pada setiap pertemuan batang porang akan tumbuh bintil berwarna coklat kehitam-hitaman sebagai alat perkembangbiakan tanaman porang, inilah yang disebut katak.

Kemudian, perkembangbiakan dengan biji/buah. Tanaman porang pada setiap kurun waktu empat tahun akan menghasilkan bunga yang kemudian menjadi buah atau biji. Dalam satu tongkol buah bisa menghasilkan biji sampai 250 butir yang dapat digunakan sebagai bibit Porang dengan cara disemaikan terlebih dahulu.

Sementara perkembangbiakan dengan umbi menggunakan umbi yang kecil, ini diperoleh dari hasil pengurangan tanaman yang sudah terlalu rapat sehingga perlu untuk dikurangi. Hasil pengurangan ini dikumpulkan yang selanjutnya dimanfaatkan sebagai bibit. Dengan umbi yang besar, ini dilakukan dengan cara umbi yang besar tersebut dipecah-pecah sesuai dengan selera selanjutnya ditanam pada lahan yang telah disiapkan.

Cara menanam, setelah tanah diolah, lalu dibuat lubang tanam sedalam 15 cm dengan jarak tanam 45 x 120 cm atau 90 x 120 cm dan harus ada pohon pelindung sebagai naungan. Penanaman sebaliknya dilakukan pada musim hujan. Pemberian pupuk menggunakan pupuk an-organik yaitu NPK sebanyak 40 kg/ha, P2O5 sebany­ak 40 kg/ha, dan K2O sebanyak 80 kg/ha.

Tanaman porang tidak memerlukan perawatan khusus, tetapi akan tumbuh subur jika tanahnya digemburkan serta gulmanya dibersihkan. Porang dapat terke­na hama dan penyakit, pada musim hujan daunnya sering mendapat gangguan dari jamur Sclerotium Sp. sehingga daunnya menjadi layu. Hama yang sering menyerang porang adalah Rycholola Sp, Theretra Sp, sedangkan umbi sering diserang ulat Araecenes Sp. dan juga cacing Heterodera Marione. Pengendalian dapat dilakukan dengan menggunakan fungisida (Rydomil), insektisida (Thiodan), dan nematisida (Furan 3G).

Umur panen porang memang agak lama sekitar 3-4 tahun yang ditandai dengan layu atau matinya daun. Sedangkan produktivitas porang ialah 6-12 ton/ha umbi basah. Cara memanennya adalah dengan mengambil umbi yang paling besar dari tumbuhan tersebut. Umbi yang kecil dibiarkan saja di lahan pertanian agar pada saat musim hujan umbi tersebut dapat tumbuh lagi. Setelah umbi yang besar diambil dan dibersihkan dari tanah dan akar, umbi kemudian dipotong, diiris, lalu dijemur.

Cara mengiris menentukan kulaitas porang. Jika salah mengiris dan porang tidak kering pada saat penjemuran, maka akan timbul jamur. Timbulnya jamur pada irisan porang tentu saja akan merugikan. Nilai tukar rupiah akan menurun karena kualitas irisan porang tidak bagus dengan adanya jamur. Untuk diketahui, porang membutuhkan banyak sekali perhatian mulai dari menanam, memelihara, dan melestarikannya kembali.
(int)

Close Ads X
Close Ads X