Peluang Investasi Sektor TPT Masih Tinggi

Penjual bahan kain menata dagangannya di Pusat Grosir Tanah Abang, Jakarta, Jumat (14/9). Fluktuasi nilai tukar Rupiah terhadap Dolar Amerika Serikat yang sempat mencapai Rp14.900 per dolar membuat beberapa harga bahan kain mengalami kenaikan mulai Rp 2.500-Rp 5.000 per meter, terutama bahan impor seperti bahan renda dan batik yang kebanyakan berasal dari luar negeri. ANTARA FOTO/Muhammad Adimaja/ama/18

Bandung | Jurnal Asia

Menteri Perdagangan (Mendag) Enggartiasto Lukita menemui pelaku usaha sektor tekstil dan produk tekstil (TPT) di Hotel Four Point, Jalan Ir H Juanda, Kota Bandung, Jumat (14/9). Enggar mengatakan, masih ada peluang besar untuk investasi di sektor TPT, terutama guna memenuhi kebutuhan dalam negeri.

Saat ini, baru 30 persen kebutuhan dalam negeri yang dapat dipenuhi oleh industri. Sisanya, kebutuhan tersebut diperoleh melalui impor, termasuk dari China.
“Kebutuhan domestik yang begitu besar yang belum semua diisi oleh industri dalam negeri, penuhi itu,” jelas Enggar usai pertemuan.

Salah satu penyebab masih rendahnya pemenuhan kebutuhan dalam negeri adalah kemampuan pelaku usaha. Mereka mengakui belum sanggup untuk memenuhi kebutuhan karena kemampuan produksi yang masih rendah.

Padahal, Enggar menambahkan, saat ini industri TPT tengah ber­kem­bang. Oleh karena itu, ia berkomitmen un­tuk terus mendorong generasi baru yang lebih peduli akan potensi ter­sebut. Tidak hanya untuk kebutuhan da­­lam negeri, pengembangan industri TPT juga harus mengakomodasi ekspor.

Dengan masih rendahnya pro­duktivitas produsen dalam negeri, Enggar menjelaskan, tidak mungkin untuk menghentikan impor dalam jangka waktu dekat. “Tidak mungkin kita hentikan pada saat kebutuhannya ada tidak terisi barang, dari luar masuk. Satu-satunya cara yang paling efektif adalah tingkatkan produksi dalam negeri untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri dulu,” ujarnya.

Menurut Enggar, kebutuhan do­mestik atas sektor TPT naik setiap ta­hunnya dari 4,5 kilogram (kg) per kapita menjadi 6,5 kg per kapita. “Artinya kali 260 juta (orang Indonesia) sudah berapa juta ton.

Sementara yang ter­penuhi sampai saat ini untuk 60 orang, artinya masih diimpor (sisanya),” ujar Enggar.

Namun, Ketua Umum Asosiasi Pertekstilan Indonesia (API)  Ade Sudrajat memiliki target lain. Di tengah belum terpenuhinya pasar domestik, ia meningkatkan target ekspor. Pasalnya, permintaan dari dunia terus meningkat.

“Ekspor kita selama dua tahun terkahir ini meningkat terus. Tahun 2017 naik lima persen dan tahun ini naik lagi delapan persen,” katanya.

Dengan kondisi pasar yang terus membutuhkan produk TPT, Ade mengakui peluang investasi akan terus membesar. “Kalau bisa dalam negeri 100 persen. Ekspor juga kita tingkatkan jadi 30 miliar dolar AS,” ujar Ade. (rep-van)

Close Ads X
Close Ads X