Menjadi Pemimpin Bijaksana

“Bukan karena kelahiran seseorang dapat disebut “vassala: sampah masyarakat” bukan karena kelahiran seseorang disebut Brahmana tetapi karena perbuatan – lah seseorang menjadi mulia (brahmana) dan karena perbuatan pula seseorang menjadi hina (vassala)”. VASSALA SUTTA, SUTTA NIPATA.

Pemimpin yang berhasil, adalah pemimpin yang bijak, baik pikiran, tutur kata maupun perbuatannya. Tidak arogan dan menghalalkan segala cara untuk pemuasan nafsu indriawinya. Di dalam kitab suci CAKKAVATTI SIHANANDA SUTTA, Sang Buddha menyabdakan bahwa seorang pemimpin haruslah: I. Bertindak adil dan tidak membeda-bedakan antara satu kelompok dengan yang lainnya.

Dia harus mampu memperlakukan semua orang dengan adil, bebas dari diskriminasi dan bersifat universal. Yang dinilainya, bukanlah penampilan luar saja tetapi adalah apa yang dikontribusi / diperbuat oleh seseorang.

Pemimpin yang fanatik, tidak akan bertahan lama dan akan selalu dimusuhi oleh bawahannya. Tetapi pemimpin yang bijaksana, pola pikirnya sangat universal. Apapun yang dia nilai, selalu objektif dan bukan semata-mata dikarenakan oleh penampilan luar saja. Yang pasti, yang namanya kesuksesan akan selalu berada dalam genggamannya karena semua orang yang dipimpinnya, akan selalu hormat, segan dan kagum dengan sikapnya yang bijak.

“Orang bijaksana mengharapkan anak yang meningkatkan martabat keluarga dan mempertahankan martabat keluarga dan tidak mengharapkan anak yang merendahkan martabat keluarga; yang menjadi penghancur keluarga” KHUDDAKA NIKAYA, 252. II.

Tidak membenci salah satu atau lebih pengikutnya. Kebencian adalah salah satu dari akar kejahatan, yang mana cepat maupun lambat, pasti akan menghancurkan diri sendiri. Jika kita membenci seseorang, maka yang terlihat di diri orang tersebut adalah kejelekan saja walaupun dia berbuat baik.

Ibarat orang yang memakai kaca mata hitam (rayben), maka setiap hari yang dilihatnya adalah kegelapan (mendung) saja. Oleh karena itu, seorang pemimpin yang bijaksana harus terbebas dari kebencian.

Dirinya, harus penuh dengan metta (cinta kasih) dan karuna (welas asih). Dia harus mampu memperlakukan semua orang sebagaimana dia memperlakukan orang-orang yang dia cintai. Realita kehidupan ini, kebencian hanya bisa ditaklukkan dan cinta kasih. Kebencian akan semakin buruk dampaknya jika dilawan dengan kebencian. Pemimpin bijaksana, akan selalu mengarahkan dan menuntun orang-orang yang salah ke jalur yang benar dan bukannya membencinya. Apapun arah dari kebijakannya, telah terbebas dari kebencian dan dendam.

“Berkah dari kebajikan moral tidak pernah memudar, keyakinan juga membawa banyak kebaikan. Kebijaksanaan adalah mustika teragung bagi manusia; pencuri tidak pernah bisa mencurinya” SAMYUTTA NIKAYA I: 37. III. Tidak menunjukkan rasa takut apabila tindakannya benar secara hukum.

Seorang pemimpin yang bijaksana akan selalu menjunjung tinggi kebenaran dan tidak akan bisa ditakut-takuti atau diintervensi. Baginya, yang benar akan selalu dibenarkan dan yang salah akan tetap dikatakan salah, apapun konsekwensi yang terjadi. Dia tidak akan pernah mau melanggar hukum dan kebenaran adalah di atas segala-galanya. Siapapun yang salah, pasti diberikan sanksi dan yang benar, diberikan reward (hadiah).

“Apabila seseorang kasar, congkak, menghasut, menipu, licik dan tidak mau berbagi pada orang lain. Inilah yang membuat manusia ternodai, bukan karena makan daging. Kemarahan, kesombongan, keras kepala, keinginan jahat, licik, cemburu, angkuh, berkelompok dengan mereka yang jahat.

Inilah yang membuat manusia ternodai, bukan karena makan daging. Bermoral jelek, tidak membayar utang, bergunjing, menipu, bersaksi – dusta, berbuat jahat seperti itu kepada yang lainnya. Inilah yang membuat manusia ternodai, bukan karena makan daging”. SUTTA NIPATA: 244 – 246. IV.

Memahami dengan jelas hukum yang berlaku dan melaksanakannya bukan karena memiliki, melainkan berdasarkan alasan yang masuk akal dan wajar. Pemimpin bijaksana taat hukum dan tidak akan menggunakan kekuasaannya untuk melanggar hukum. Dia sangat menyadari bahwa hukum itu adalah rambu-rambu yang harus dipedomanin dan ditaati agar terbebas dari segala permasalahan. Realitanya, siapapun yang melanggar hukum, hidupnya pasti akan penuh dengan permasalahan. Di akhirnya, pasti akan selalu sial dan mudah tertimpah musibah atau bencana.

“Bagi seseorang yang memiliki ketekunan dalam semangat dan mempraktekkan dasar-dasar dari kesadaran, dihiasi dengan bunga kebebasan, akan damai dan tidak tercemari” THERAGATHA 100.
Jadilah pemimpin yang bijaksana dan jangan lupa dengan jabatan yang dimiliki.

Menjadi seorang pemimpin, bukanlah berarti bahwa diri kita lebih hebat atau sempurna jika dibandingkan dengan orang lain. Ini hanyalah masalah peluang atau kesempatan yang diberikan kepada kita. Jadi, jangan sombong atau arogan.

Jadilah pemimpin yang bijaksana, low profile, suka membantu, bermoral dan taat hukum, baik hukum Negara, hukum adat atau hukum agama.
Sabbe satta sabba dukkha pamuccantu – sabbe satta bhavantu sukhitata: semoga semua makhluk terbebaskan dari derita dan semoga semuanya senantiasa berbahagia, sadhu….sadhu…sadhu……

Close Ads X
Close Ads X