Hal-hal Unik Tentang Bhikkhu Jinnadhammo Mahathera

bikhu
Candi Borobudur dan Prambanan, awal dimulainya perjalanan Yang Mulia Bhikkhu Jinadhammo Mahathera atau yang lebih akrab disapa Bhante “Jin”. Pada saat itu pengetahuan Buddha Dhamma masih sangat sulit untuk diperoleh, tidak seperti saat ini.
Berkat dukungan kamma, baik yang diperbuatnya di masa lalu, Bhikkhu Jinadhammo memulai pelajaran dhamma melalui majalah Lembaran Mutiara. Dari majalah Lembaran Mutiara,Bhikkhu Jinadhammo mulai mengenal apa yang disebut agama Buddha. Pertanyaan dulu yang pernah timbul saat melihat relief Candi Borobudur dan Prambanan; Siapakah yang membuatnya? Untuk apa bangunan tua itu dan apa manfaatnya?
Akhirnya terjawab, relief-relief dan patung-patung Buddha tersebut menggambarkan kebesaran agama  Buddha di Indonesia pada zaman dahulu kala, zaman dua kerajaan terbesar di Indonesia, yakni Sriwijaya dan Majapahit.
Kehidupan dahulu sebagai umat awam bernama Soenardi. Dia pernah mengikuti pelatihan militer selama enam bulan. Suatu peristiwa yang sangat membekas di pelatihan militer, rekan beliau yang mencuri senjatanya dipukuli hingga babak belur oleh atasannya. Kekerasan fisik yang terjadi ini sangat membekas di hatinya, sehingga memilih untuk mengundurkan diri dari pelatihan dan kembali ke rumah.
Banyak yang tidak tahu kalau Bhikkhu Jinadhammo juga ahli mencukur rambut. Keahliannya dipuji oleh seniornya dari Inggris yang terkenal, Bhikkhu Khantipalo, yang bertugas mengawasi Bhikkhu-Bhikkhu Internasional di Wat Bovoranives, Bangkok, Muangthai. “Kamu lebih hebat dari saya meskipun saya lebih senior. Kamu bisa mencukur rambut sendiri, sedangkan saya harus dibantu orang lain,” kata Bhikkhu Khantipalo suatu kali.
Tahukah Anda, dalam kesehariannya Bhikkhu Jinadhammo selalu dikunjungi umat yang mengalami dukha, bermasalah, dari muda sampai tua, dari yang minta berkah sampai yang meminta uang. Mungkin karena orang kurang mampu dan juga ada yang meminta uang karena malas bekerja. Dapat dibayangkan bagaimana kehidupan seorang Bhikkhu?
Ajaran Buddha berkembang di suku Karo,Desa Parangguam, Kecamatan Salapian, Kabupaten Langkat, berkat pembinaan dari Bhikkhu Jinadhammo Mahathera. Saat ini kesan bahwa ajaran Buddha hanya dipelajari suku tertentu, ternyata tidak berlaku lagi. Sebagai catatan, saat ini juga telah ada Bhikkhu dari suku karo.
Y.M. Maha Anayaka Sthavira Ashin Jinarakkhita Maha Thera, guru beliau ini memperjelas ajaran Buddha dhamma, membimbing hingga akhirnya Soenardi ditahbiskan sebagai Bhikku Jinadhammo.
Nasihat–Nasihat Bhikkhu Jinadhammo Mahathera
“Sedikit sekali manusia yang tahu berterima kasih. Jadilah orang yang selalu berterima kasih kepada setiap hal yang datang dan kepada semua orang yang pernah menjadi guru.”
“Umat Buddha banyak yang pandai liam keng dan menghafal sila di luar kepala, namun apakah sila-sila itu sudah dipraktikkan? Jangan sampai teorinya yang bagus tapi praktiknya tidak becus. Kalau Pañca Sila benar-benar dipraktikkan, orang dijamin masuk surga dan bisa menjadi orang suci.”
“Setiap orang punya kepintaran, tapi kepintaran itu tidak bekerja sendiri-sendiri. Kita harus saling mengisi dan dapat bekerja sama.””Kesadaran akan kebersamaan itu penting, terutama kerja sama tim dalam menyelenggarakan suatu acara agar berjalan baik dan sukses.”
“Ingat, jangan percaya dan terima bersih begitu saja perkataan orang, sekalipun dari orang yang sangat kita percaya. Setiap hal harus dibuktikan kebenarannya.”
“Jangan menilai sesuatu dari barang, persahabatan lebih diutamakan daripada pemberian barang.”
“Di dunia ini semua kondisi tidak tetap dan hendaknnya dapat diterima apa pun kondisinya, baik sakit maupun sehat, baik sedih maupun senang. Bila dapat menerima segala kondisi, maka kita dapat merasakan kebahagiaan.”
Anumodana, turut berbahagia atas 45 Vassa Bhikkhu Jinadhammo Mahathera, terima kasih atas kebaikkan hati Bhante, sehingga Buddha Dhamma dapat tumbuh kembali di Sumatera.
(sanif)

Close Ads X
Close Ads X