Risa Suseanty Sang Ratu Downhill Kebanggaan Indonesia

19695_large

Risa Suseanty

Risa Suseanty1

Risa-Suseanty-Ratunya-Downhill-Tingkat-Asia1

url
Sejak kecil, kehidupan Risa Suseanty sudah lekat dengan olahraga. Risa kecil selalu menyukai pelajaran olahraga, bahkan semenjak duduk di taman kanak-kanak. “Pas TK, kalau lagi SKJ (Senam Kesegaran Jasmani, -red) aku selalu paling depan pegang peluit. Kalau pelajaran olahraga di SD tiap Jumat, aku juga selalu semangat dan serius banget,” aku Risa. Tak heran, Risa pun telah menjadi atlet bulu tangkis sejak usia tujuh tahun.

Awal karir
“Setelah dari umur tujuh tahun di bulu tangkis, kelas 2 SMP aku pindah ke sepeda,” kisah perempuan kelahiran Bandung ini. Ia beralih jenis olahraga karena merasa bosan dengan arena latihan bulu tangkis yang monoton. Sedangkan di bidang olahraga sepeda, terdapat berbagai track untuk latihan.

“Aku memang tertarik sama alam dan gunung, jadi senang banget kalau latihan sepeda. Bisa jalan-jalan karena tempat latihannya beda-beda,” tuturnya. Selain itu, menurut Risa, sudah banyak sekali pesaing di bulu tangkis. Jika lengah sedikit, banyak atlet bulu tangkis lain yang akan mengungguli.

Uniknya, saat Risa memutuskan untuk pindah haluan, ia langsung mengikuti kejuaraan. Risa bercerita, “Pertama kali pindah ke sepeda langsung ikut kejuaraan nasional dan langsung juara dua. Waktu itu aku kelas 2 SMP dan ikut karena iseng.”

Pada lomba pertama itu, Risa mendapatkan uang Rp 250.000, sebuah nominal yang cukup besar untuk tahun 1993. “Senang banget saat itu, aku langsung beli sepatu impianku yang harganya cukup mahal,” kisah Risa.

Usai kemenangannya yang pertama, Risa bersemangat untuk menekuni olahraga sepeda. Gayung bersambut, Ratna Riantiarno, seniman yang menjadi penyelenggara kejuaran pertama Risa, kerap menawarinya untuk mengikuti berbagai kejuaraan sepeda. Perlahan, Risa mulai meninggalkan dunia bulu tangkis. “Awalnya aku masih menjalani dua-duanya, baik bulu tangkis maupun sepeda. Tapi lama-lama capek,” ungkap perempuan yang mengidolakan Susi Susanti ini.

Risa yang kala itu bersekolah di SMP Labschool Jakarta, sudah terkenal sebagai seorang atlet di kalangan guru-guru dan teman-temannya. Ia beruntung karena pihak sekolah selalu mendukungnya. Di antaranya, setelah ikut kejuaraan di Australia pada 1994, pihak sekolah memanggilnya saat upacara bendera. “Tapi aku harus tetap menjaga nilai dan enggak ada keistimewaan apa-apa. Aku juga pernah dipanggil saat nilaiku turun,” kenangnya.

Memilih Downhill
Risa mulai menekuni kejuaraan sepeda jalur cross country tetapi akhirnya beralih ke downhill. Downhill merupakan sebuah kegiatan yang dilakukan dari tempat yang memiliki ketinggian tertentu dengan cara bersepeda dan menurun ke bawah.“Pertama kali masuk ke jalur downhill itu 1996, aku ikut All One Championship Asia,” kata Risa.

Saat itu Risa mengikuti dua jalur kejuaraan sekaligus, cross country dan downhill. Tak disangka, di kedua jalur tersebut ia menuai prestasi di peringkat yang sama, yakni peringkat kelima.

“Setelah itu aku lebih memilih downhill karena jalurnya yang lebih mudah dan tidak menyita waktu, meski kadang aku juga masih main cross country,” ucap istri dari Steven Wong, atlet sepeda asal Hongkong ini.

Hingga kini, Risa pun dikenal sebagai Ratu Downhill Indonesia dan ikon atlet sepeda perempuan di Indonesia. Berbagai kejuaraan telah Risa ikuti. Namun yang paling berkesan ialah saat mengikuti SEA Games ke-26 pada 2011 di Jakarta-Palembang.

“Dulu aku pernah main saat SEA Games 1997 di Jakarta dan mendapat emas. Sangat terharu saat 15 tahun kemudian aku masih bisa dapat emas dan tempatnya di Jakarta lagi,” cerita Risa.
Risa mengaku, ia kerap kali dilanda kejenuhan dan rasa ingin berhenti menjadi atlet. “Biasanya perasaan seperti itu muncul kalau lagi capek atau cidera. Sedih banget memang kalau cidera itu, melihat orang lain latihan dan kita tidak bisa latihan,” ungkap Risa yang pernah cidera parah patah tulang rusuk.

Namun Risa selalu menyemangati dirinya dengan hal-hal menyenangkan yang hanya bisa ia dapatkan saat menjadi atlet. “Momen tak terlupakan saat menjadi atlet adalah berdiri di podium dengan diiringi lagu Indonesia Raya dan pengibaran bendera merah putih. Hal itu yang selalu dirindukan dan diingat ketika sedang down,” pungkas Risa.

Perlunya Kedisiplinan
Tahun ini, Risa sedang mengurangi aktivitasnya menjadi atlet sepeda karena baru saja terkena cidera bahu. Selain latihan, Risa bersama suaminya sedang sibuk mengurusi bisnis baju dan spare part sepeda. Perempuan berambut pendek ini juga menjadi Program Development di Wimcycle Surabaya, mengurus event, dan juga melakukan evaluasi produk di akhir tahun. “Karena sepeda mungkin sudah duniaku, jadi kegiatanku di bidang lain tak jauh-jauh dan selalu berhubungan dengan sepeda,” tambahnya.

Menurut Risa, seorang atlet harus pandai memanfaatkan peluang usaha dan berinvestasi. Ia pun menyarankan untuk tetap sekolah dan memiliki rekam jejak akademis yang baik. “Kalau sudah pensiun, terus akademis jelek, mau jadi apa? Walau perhatian pemerintah sudah cukup bagus sekarang, atlet sendiri yang menentukan masa depannya,” ungkap Risa yang menjadi sarjana ekonomi dari STIE Dharma Agung, Bandung.

Perempuan kelahiran 25 Oktober 1980 ini sangat bersyukur menjadi seorang atlet. Ia dapat menjadikan hobinya menjadi sebuah pekerjaan, dan ia pun dapat membanggakan Indonesia. Risa berpesan, semua orang dapat menjadi atlet. Hanya saja, ada beberapa cabang olahraga yang harus dilatih sejak dini. “Kalau sudah lewat 20 tahun, ada beberapa cabang olahraga yang sulit ditekuni, seperti renang, bulu tangkis, dan tenis, itu harus sedari dini latihannya,”tuturnya.

Jika ingin menjadi atlet sepeda, tidak ada batasan umur. Namun orang itu harus sudah terbiasa olahraga dan latihan fisik. “Yang penting saat menekuni sesuatu itu harus disiplin. Dan menjadi seorang atlet itu harus rela latihan berkali-kali lipat lebih banyak daripada yang menjadikan olahraga sebagai hobi,” tutup Risa. Risa telah membuktikan bahwa kerja keras akan selalu berbanding lurus dengan kesuksesan. Nah, bagaimana dengan Anda? Apakah Anda juga sudah bekerja keras untuk menggapai mimpi?
(cn)

Close Ads X
Close Ads X