Strategi Menanamkan Akhlak Pada Siswa

Siswa Sekolah Dasar Islam (SDI) Makarimul Akhlak belajar tugas dan fungsi anggota Pengadilan Negeri Jombang, Jawa Timur, Senin (1/6). Kunjungan siswa SDI ke lembaga penegak hukum serta lembaga legislatif itu untuk menumbuhkan pengetahuan siswa didik terkait fungsi dan tugas anggota yudikatif dan penegak hukum selain teori di dalam kelas. ANTARA FOTO/Syaiful Arif/ed/pd/15
Siswa Sekolah Dasar Islam (SDI) Makarimul Akhlak belajar tugas dan fungsi anggota Pengadilan Negeri Jombang, Jawa Timur, Senin (1/6). Kunjungan siswa SDI ke lembaga penegak hukum serta lembaga legislatif itu untuk menumbuhkan pengetahuan siswa didik terkait fungsi dan tugas anggota yudikatif dan penegak hukum selain teori di dalam kelas. ANTARA FOTO/Syaiful Arif/ed/pd/15

Oleh : Hasrian Rudi Setiawan MPd I
Saat ini tawuran antar pe­lajar seprti sudah menjadi kegiatan rutinitas di kalangan pelajar, demikian pula rasa saling menghormati dan sopan santun siswa terhadap orang lain kelihatanya sudah mulai terkikis. Hal ini terjadi akibat kurangnya pendidikan akhlak diberikan kepada siswa.

Saat ini secara praktis setiap orang tua dan guru dalam pendidikan anak kelihatanya lebih me­ngutamakan aspek kognitif (pengetahuan) dibandingkan dengan menanamkan akhlak mulia pada anak. Pendidikan akhlak merupakan suatu usaha yang harus dilakukan oleh setiap unsur, baik itu orangtua, guru dan masyarakat dalam rangka untuk membentuk dan membina tabi’at, budi pekerti yang baik, mulia, dan terpuji. Mengutip pendapat Athiyah al-Abrasi bahwa dalam membentuk akhlak yang baik dikalangan siswa dapat dilakukan dengan cara latihan atau membiasakan berbuat baik.

Pendidikan akhlak bagi siswa sangat penting, sebab baik atau buruknya akhlak siswa menurut Toto Suharto merupakan cer­minan dari berhasil atau tidaknya pendidikan agama. Hal ini tidak dapat dipungkiri bahwa munculnya konfik, tawuran dan tindakan kekerasan yang dilakukan oleh para remaja adalah akibat ketidakberdayaan sistem pendidikan agama di Indonesia.

Sebab pendidikan agama selama ini hanya menekankan kepada proses pentransferan ilmu kepada siswa saja, belum pada proses transformasi nilai-nilai luhur keagamaan kepada siswa, untuk membimbingnya agar menjadi manusia yang berakhlak mulia.

Guru dalam mendidik siswa­nya harus mempunyai visi yang jelas. Dan salah satu visi yang utama harus dilakukan oleh guru dalam mendidik siswanya adalah menanamkan akhlak mulia. Sebab dari sejumlah fenomena permasalahan dikalangan pelajar yang terjadi dan semangkin bobroknya akhlak anak bangsa saat ini.

Kesemuanya itu tidak terlepas dari kurangnya peran guru dalam menanamkan akhlak mulia pada anak dan hal ini juga tidak dapat terlepas dari strategi guru dalam mendidik. Strategi adalah komponen yang memiliki pengaruh yang besar dalam mendidik siswa.

dengan menggunakan strategi yang tepat diharapkan nantinya akan sangat mempengaruhi tingkat pemahaman dan pengamalan nilai-nilai akhlak itu sendiri, terlebih apabila pengaruh terhadap tingkat kesadaran siswa dalam mengamalkan nilai-nilai luhur.

Ada beberapa strategi yang dapat digunakan untuk menanamkan akhlak pada anak, diantaranya adalah: Pertama, Keteladanan. Dalam menanam­kan akhlak mulia keteladanan merupakan strategi yang harus dilakukan bagi seorang pendidik.

Sebab dengan memberikan te­ladan yang baik kepada siswa, maka siswa akan termotivasi untuk melakukan perbuatan baik. Namun sebaliknya jika seorang pendidik tidak dapat menjadi teladan bagi siswanya maka jangan diharapkan siswa memiliki akhlak yang baik. Karena itu, orang tua, guru dan masyarakat disekitar tempat tinggal siswa memiliki pengaruh besar dalam menanamkan akhlak kepada siswa.

Kedua, Pembiasaan. Seorang pendidik harus selalu dapat mengarahkan siswanya untuk membiasakan melakukan akhlak yang baik, seperti membiasakan siswanya untuk mengucapkan atau menjawab salam setiap kali bertemu, membiasakan siswanya untuk hidup bersih dan tertib. Dengan cara menerapkan strategi pembiasaan pada siswa diharapkan siswa akan selalu melakukan ahklak yang mulia dimanapun ia berada. Sebab ada pepatah mengatakan “alah bisa karena terbiasa”.

Ketiga, Menciptakan sua­sana yang kondusif. Untuk menanamkan akhlak mulia pada siswa hendaknya seorang guru harus terlebih dahulu dapat menciptakan suasana yang kondusif. Suasana yang kondusif ini berkaitan dengan lingkungan yang baik bagi siswa. lingkungan akan sangat berpengaruh pada sikap dan tingkah laku siswa. Karena itu, dengan menempatkan siswa pada lingkungan yang baik maka siswa dapat memiliki akhlak mulia.

Keempat, Memberikan teguran langsung. Apabila siswa melakukan tindakan yang tidak sesuai dengan norma, adab dan ajaran agama maka sebaiknya guru menegur siswa tersebut dengan ucapan yang lemah lembut. Dalam menegur siswa hendaknya ditanyakan kepada siswa mengapa ia melakukan tindakan tersebut dan dalam menegur siswa hendaknya dibarengi dengan memberikan nasihat.

Namun sebaliknya jika siswa melakukan tindakan yang positif seorang pendidik juga harus memberikan reward (hadiah) berupa pujian kepada siswa. hal ini akan berfungsi sebagai penyemangat bagi siswa untuk melakukan akhlak mulia lainnya.

Kelima, Motivasi. Berikan selalu motivasi kepada siswa kapanpun dan dimanapun siswa berada untuk melakukan suatu kebaikan. Dengan cara selalu memotivasi siswa untuk melakukan perbuatan baik maka siswa akan selalu bersemangat untuk melakukan perbuatan baik. motivasi sangat penting untuk dilakukan, sebab setiap orang pasti butuh motivasi untuk dapat bersemangat melakukan tindakan tertentu.
*)Penulis Dosen FAI UMSU

Close Ads X
Close Ads X