Mirisnya Pendidikan di Daerah Pesisir

Oleh : Seli Alfianti

Kondisi pendidikan anak-anak di kawasan pesisir sejumlah pulau di Indonesia yang sangat memperhatinkan. Beberapa permasalahan sehingga kesempatan anak pesisir tertinggal dalam menuntut ilmu, antara lain soal sarana dasar pendidikan yang minim, dan keterbatasan wawasan tentang pentingnya pendidikan di kalangan orang tua.

Selain itu, permasalahan mendasar lainnya ketika anak-anak pesisir ikut dilibatkan orang tua mencari nafkah untuk menopang pemenuhan kebutuhan hidup sehari-hari. Mereka akhirnya mengabaikan pendidikan.

Nelayan merupakan suatu fenomena sosial yang sampai saat ini pembahasan yang cukup menarik, mulai dari pemukiman yang kumuh sampai ke tingkat pendapatan dan pendidikan yang rendah. Penghasilan yang mereka dapatkan digunakan untuk kehidupan sehari-hari dan biaya anak sekolah. Penduduk di wilayah pesisir pantai memiliki tingkat ekonomi yang relatif rendah.

Kondisi inilah yang mengundang kepedulian Syahbandar PPI Pomako Andi Abdul Gaffar. Ia kini mulai menampung dan menuntun anak-anak pesisir di wilayah itu agar bisa mendapatkan pendidikan seperti anak usia sekolah lainnya.

Gaffar berinisiatif memanfaatkan bekas Kantor Polairud Polres Mimika, sebagai gedung sekolah alternatif sementara. Meski kondisi bangunan yang sudah nyaris roboh, sekolah tersebut kini menampung 38 siswa tingkat SD dan TK.

Sejak sekolah alternatif tersebut dibuka pada Juli 2017 lalu, saat ini sudah ada 12 pengajar sukarela yang membantu memberikan layanan pendidikan. Beberapa diantara mereka bekerja di kapal ikan, yang kemudian bersosialisasi kepada para pengusaha agar dapat membantu pengembangan sekolah itu.

Desa Jaring Halus Kecamatan Secanggang Kabupaten Langkat Sumatera Utara, hampir semua anak di desa ini putus sekolah. Hal tersebut dikarenakan rendahnya perekonomian dan kemauan untuk belajar.

Di desa ini banyak anak-anak yang putus sekolah dan lebih memilih bekerja sebagai nelayan,. Lingkungan masyarakat yang sudah mengenalkan cara mendapatkan uang sehingga merubah perilaku anak-anak yang seharusnya mengemban dunia pendidikan. Hampir 65% anak yang menyelesaikan sekolah lanjutan tiingkat pertama tidak melanjutkan sekolahnya lagi.

Peran keluarga dalam melihat pendidikan sebagai hal penting bagi masa depan anak pesisir. Di desa jaring halus sebagian besar orangtua menggangap pendidikan itu kurang penting. Seharusnya orang tua dan pemerintah harus lebih memperhatikan pendidikan.

Walapun mereka tinggal di daerah pesisir, namun yang namanya pendidikan amatlah penting. Melihat rendahnya minat belajar anak-anak yang berada diwilayah pesisir ini, maka didirikanlah rumah baca di desa jaring halus. Rumah baca ini didirikan oleh beberapa mahasiswa yang peduli terhadap pendidikan, walaupun bukan dari daerah tempat tinggalnya.

Gerakan peduli terhadap pendidikan di Indonesia saat ini sangatlah penting. Apalagi bagi kaum muda yang melihat mirisnya anak-anak yang tidak bisa sekolah atau putus sekolah. Padahal anak-anak tersebut memiliki cita-cita dan mimpi yang tinggi untuk dicapai.

Namun sayangnya mereka tidak bisa berbuat apa-apa karena beberapa faktor. Pendidikan seharusnya menjadi perhatian penting dalam masyarakat pesisir dan seharusnya diprioritaskan pada masayarkat pesisir. Semoga anak-anak masyarakat pesisir dapat bersekolah dan mengenyam pendidikan sampat ke tingkat perguruan tinggi.

*) Penulis adalah Alumni FKIP UMSU

Close Ads X
Close Ads X