Indonesia Mulai Uji Coba Plasma Darah untuk Obat Covid-19

 

Plasma darah.Image : Freepik

 

Jakarta | Jurnal Asia
Rumah Sakit Pusat Angkatan Darat (RSPAD) Gatot Soebroto bekerja sama dengan lembaga penelitian dan laboratorium Lembaga Biologi Molekuler Eijkman dan produsen vaksin Bio Farma memulai penelitian untuk menguji coba plasma darah penyintas Covid-19 sebagai alternatif terapi pasien.

Meski demikian, peneliti mewanti-wanti bahwa jika berhasil terapi plasma darah tersebut bukanlah obat massal untuk Covid-19 dan kriteria donor plasma darah masih perlu diperjelas.

Baca Juga : Rampok Siswi SMA di Jl GM Panggabean, Eks Napi Asimilasi Ini Terkapar Ditembak Polisi

Profesor Amin Soebandrio, kepala LBM Eijkman, mengatakan bahwa pengobatan Covid-19 dengan memakai plasma darah penyintas tidak bisa dipakai untuk kalangan umum layaknya obat biasa.

“Perlu dicatat bahwa pengobatan ini sangat individual, tidak bisa dianggap sebagai mass treatment, seperti misalnya kita membuat obat ‘x’ dan bisa dipakai semua orang, dengan dosis yang sama misalnya tiga kali sehari satu tablet misalnya, tidak demikian,” katanya melansir BBCIndonesia, Selasa (28/4/2020).

Ia menegaskan, donornya harus dipastikan aman, produknya harus aman dan penerimanya harus dipastikan ketika menerima itu dia tetap aman. Jadi betul-betul individual, tidak bisa dianggap sebagai obat yang dipakai ramai-ramai.

Selain itu, kriteria pasien sembuh dari Covid-19, yang plasma darahnya dipakai dalam uji klinis ini masih harus diteliti lagi.

Saat ini pihaknya tengah menyusun protokol kesehatan yang aman bersama RSPAD Gatot Soebroto.

“Kami harus memastikan bahwa di dalam plasma darah donor tersebut terdapat cukup antibodi yang bisa menetralisir virus dalam tubuh pasien, untuk mengukur antibodi harus dilakukan dengan cara menantang dengan virusnya langsung. Jadi virus corona harus diam di dalam sel hidup, kemudian diberikan antibodi itu, kalau antibodi itu memang cukup kadarnya maka dia akan menghambat pertumbuhan virus di dalam sel,” kata Amin.

Mengingat uji klinis ini tidak akan menguji antibodi dalam plasma darah terhadap virus corona di dalam sel hidup, Amin mengatakan bahwa laboratorium untuk pengujian harus memiliki biosafety level 3 dan sudah bisa melakukan uji klinis terhadap manusia.

Di Indonesia, laboratorium sejenis ini hanya ada tiga dan semuanya berada di Pulau Jawa, yakni laboratorium milik Badan Penelitian dan Pengembangan Kementerian Kesehatan, laboratorium Eijkman, dan laboratorium di Universitas Airlangga, Surabaya.

Proses pengujian di laboratorium ini membutuhkan waktu “agak lama,” kata Amin. Setelah diuji, plasma darah siap diberikan kepada pasien. Namun tahapannya tidak berhenti sampai di situ saja,

“Setelah plasmanya siap kita mesti lihat pasiennya, itu tugas teman-teman di rumah sakit. Pertama harus memastikan bahwa pasien itu memiliki indikasi untuk mendapatkan plasma tadi. Jadi plasma ini tidak boleh digunakan untuk pencegahan, tidak boleh diberikan kepada orang yang sehat karena ia takut kena virus corona. Jadi hanya diberikan kepada pasien yang sedang dirawat karena Covid-19,” kata Amin.

Potensi sembuh virus corona dengan terapi plasma darah “cukup tinggi,” katanya.

Salah satu yang sudah menyumbangkan plasma darahnya untuk uji klinis tersebut adalah Ratri Anindyajati atau pasien 03. Ratri mengatakan bahwa awalnya ia tak langsung yakin akan berpartisipasi dalam penelitian tersebut.

Pihak rumah sakit, kata Ratri, sabar menanti sampai ia siap dan bersedia menjadi donor.

“Begitu plasma darah kita diambil, sakitnya itu seperti ada jarum masuk, jarumnya tebal banget sih, aku belum pernah lihat jarum pengambilan darah sebesar itu,” ujar Ratri.

Ratri menyumbang 200cc darah, yang tidak semuanya diambil secara langsung. Prosesnya dilakukan dalam dua kali putaran: pertama, ia menyumbang 100cc darah.

Darah merah yang keluar masuk ke sebuah mesin, di mana terdapat sebuah selang untuk menyaring plasma darah yang masuk ke tabung lain. Darah merah yang sudah keluar lalu masuk ke tubuhnya kembali. Pengambilan darah 100cc yang berikutnya pun dilanjutkan dengan proses yang sama.

“Jadi total aku duduk di situ 45 menitan, hampir 50 menit, tanganku kesemutan,” ujar Ratri.

Baca Juga : Polsek Medan Baru Bubarkan Acara Ulang Tahun di Deli Hotel

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) baru-baru ini mengatakan bahwa belum bisa memastikan bahwa mereka yang sembuh dari virus corona akan kebal dari virus tersebut. Ada kemungkinan mereka bisa terjangkit kembali, kata WHO.

Ketika seseorang terjangkit Covid-19, sistem kekebalan tubuh mereka merespons dengan menciptakan antibodi, yang menyerang si virus. Lama-kelamaan antibodi ini terkumpul dan bisa ditemukan di plasma, komponen cairan darah.

Selama ini penderita Covid-19 dinyatakan sembuh jika hasil tes swab tenggorokannya negatif selama dua pengujian dengan reagen virus corona secara berturut-turut. Namun, pakar biologi molekuler Ahmad Rusjdan Utomo mengatakan hal tersebut tidak lagi relevan.(nty)

 

One response to “Indonesia Mulai Uji Coba Plasma Darah untuk Obat Covid-19

Comments are closed.
Close Ads X
Close Ads X