Dipuji, Bali Mampu Tekan Jumlah Kasus Positif Covid-19 Meski Tak Lakukan PSBB

Polisi adat di Bali memeriksa suhu tubuh pengendara motor.Getty Images

 

Bali | Jurnal Asia
Otoritas Bali dipuji mampu menekan kasus Covid-19 walau tidak satupun kota dan kabupaten di provinsi itu menerapkan pembatasan sosial berskala besar (PSBB).

Namun, hari ini, Jumat (15/5/2020) Kota Denpasar, Bali, mulai memberlakukan pembatasan kegiatan masyarakat (PKM) untuk mencegah penyebaran Covid-19.

Hingga sekarang, pemerintah Bali menyebut terdapat 337 kasus positif Covid-19 di seluruh wilayah mereka. Angka itu terbanyak ke-10 di antara provinsi lainnya.

Baca Juga : Henri Dibunuh di Bengkel Cat Mobil Kenalannya, Warga Sebut Pemilik Bengkel Menghilang!

PKM yang diterapkan di Denpasar diklaim otoritas setempat tidak akan menghentikan
roda perekonomian. Kebijakan itu disebut hanya untuk memastikan kepatuhan terhadap protokol kesehatan oleh pelaku usaha hingga pengelola perkantoran.

Ketua Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19, Doni Munardo, sebelumnya menyebut Bali berhasil menekan kasus corona baru lewat kearifan lokal. Doni menilai mereka mampu memanfaatkan desa adat untuk menanggulangi penyebaran penyakit itu.

Presiden Joko Widodo bahkan meminta pemerintah daerah lain untuk meniru Bali. Padahal, karena rutin didatangi turis mancanegara, Bali disebutnya berpotensi sangat terdampak pandemi Covid-19.

Walau begitu, pujian untuk Bali itu diragukan pakar virologi dari Universitas Udayana, I Gusti Ngurah Kade Mahardika.

Mahardika menduga jumlah kasus positif di Bali jauh lebih tinggi dari angka yang diumumkan pemerintah. Alasannya, menurut dia, pemerintah Bali selama ini tidak gencar menelusuri kontak pasien positif Covid-19.

“Datanya segitu mungkin benar karena segitu yang terdeteksi. Dari segi virologi, 300-an kasus itu sangat rendah,” katanya melansir BBC, Jumat (15/5/2020)

“Tracing itu tidak terjadi. Kalau benar sudah dilakukan penelusuran, sampaikan ke publik bahwa si A terpapar oleh B, B terpapar oleh C.”

“Itu tidak pernah disampaikan. Bahasa yang digunakan adalah sekian persen transmisi lokal, tapi siapa yang menularkan, di mana dan apa langkah penanggulangan selanjutnya,” tutur pakar virologi ini.

Portal resmi Pemprov Bali hanya mencantumkan jumlah kasus positif, orang dalam perawatan, mereka yang telah sembuh maupun meninggal.

Rincian data itu berbeda dengan publikasi harian gugus tugas pemerintah pusat yang juga memuat data pasien dalam pemantuan (PDP) dan orang dalam pengawasan (ODP).

Namun otoritas Bali justru mengklaim giat menelusuri kontak pasien positif Covid-19. Prosedur itu dilakukan lewat Desa Adat, kata Ni Nyoman Sri Budayanti, Ketua Tim Lab Pemeriksaan Kasus Covid-19 Bali.

“Pemerintah Bali rajin melakukan tracing karena ada sistem desa adat dan pemuka agama yang bisa diajak berkolaborasi,” tuturnya.

Sri mengatakan, jumlah tes PCR yang dilakukan Bali tidak lebih besar ketimbang daerah lain. Akan tetapi, kata dia, pemeriksaan spesimen secara cepat menjadi kunci deteksi kasus Covid-19 di Bali.

Sri berkata, setiap hari Laboratorium RS Sanglah menerima sekitar 300-400 spesimen. Hingga 8 Mei lalu, pihaknya telah memeriksa 4.722 spesimen warga Bali.

Merujuk data pemerintah per 14 Mei, tingkat kesembuhan pasien Covid-19 di Bali adalah salah satu yang tertinggi secara nasional. Dari total 337 pasien, 223 di antaranya dinyatakan sembuh.

Adapun jumlah kematian akibat Covid-19 di Bali juga yang terendah secara nasional, setelah Kalimantan Utara (1 kasus), Kalimantan Barat (3), Sulawesi Tenggara (3), dan Kalimantan Timur (3).

Di tingkat global, menurut data yang dihimpun situs Worldmeter, Indonesia adalah salah satu negara dengan tingkat tes Covid-19 paling rendah di dunia, yaitu 619 tes di setiap 1 juta penduduk.(nty)

 

Close Ads X
Close Ads X