Kawal Tahanan Ngeri-ngeri Sedap

Medan – Menjadi pengawal tahanan (waltah) adalah profesi yang dilakoni Taufik H. Hutabarat sehari-hari. Ia pun mengaku, sering deg-degan dalam menjalankan tugasnya tersebut, sebagai abdi negara Kejaksaan Tinggi Sumatera Utara (Kejatisu). Betapa tidak, rasa was-was selalu menghantui diri dan rekan sejawat, untuk menjaga para tahanan supaya tidak kabur ataupun terjadi sesuatu yang tak diinginkan.

Kepada Jurnal Asia yang menemuinya di PN Medan, Taufik bertutur bahwa andaikan hari bisa diubah sekehendak hati, ingin rasanya menjadikan malam lebih panjang, agar bisa berkumpul bersama keluarga sebelum pagi tiba.

Taufik yang lulusan Kejaksaan pada tahun 2010 tersebut, sudah ditugaskan untuk menjadi Waltah Tipikor sejak tahun 2013. Rutinitas menjadi seorang Waltah dimulai pukul 08.00 Wib dan pulang tidak menentu.

“Kalau sidang Tipikor ini kan kebanyakan mulainya menjelang sore. Terkadang sidang itu baru selesai sampai Maghrib, bahkan kadang-kadang hingga malam. Jadi kita harus bersabar menunggu,” kata Taufik, Senin, (26/3).

Disebutkan Taufik, sekira pukul 10.00 Wib dirinya harus sampai di Rutan Tanjunggusta untuk menjemput para tahanan Tipikor yang akan bersidang, dan harus tiba di PN Medan sebelum menjelang siang. Tahanan Tipikor biasa menunggu sidang di ruang tunggu pengunjung di lobi utama PN Medan.

Di sela-sela menunggu sidang selesai, Taufik sering teringat anak dan istri yang juga sedang menanti di rumah tatkala hari menjelang senja. PNS yang menetap di Jalan Setia Budi Medan tersebut mengaku, banyak bersyukur dengan pekerjaan sekarang.

(Bersambung ke halaman 11)

Taufik menuturkan, selama dirinya mengawal tahanan Tipikor, tidaklah begitu sulit menjaga saat bersidang di PN Medan. Meski demikian, pengawasan tetap ketat agar tidak meloloskan diri.

“Berbeda dengan tahanan pidana umum, yang setiap saat harus ekstra kita awasi. Kalau mereka ini, selama mengikuti sidang biasanya banyak yang datang menjenguk. Mulai dari istri, anak maupun kerabat lain,” pungkas Taufik.

Sembari menunggu panggilan sidang, tahanan Tipikor biasanya bercengkrama dengan keluarga. Sedangkan Taufik akan terus mengawasinya jangan sampai ada tahanan yang berusaha kabur.

“Kita harus tetap sigap. Gak bisa kita biarkan begitu saja. Apalagi tahanan Tipikor ini kan tidak diborgol. Kita kan tidak tahu, bisa saja terjadi hal yang tidak diinginkan. Kalau mereka kabur, itu kan menjadi tanggung jawab saya,” ungkap Taufik.

Untuk itu, pria yang sudah lima tahun bekerja sebagai Waltah Tipikor di Kantor Kejaksaan Tinggi Sumatera Utara (Kejatisu) ini sangat mencintai pekerjaannya sebagai Waltah. Terlebih mengawal tahanan Tipikor.

“Tahanan Tipikor ini kan rata-rata berpendidikan tinggi. Jadi di sela-sela sebelum sidang, mereka juga mau bertukar pikiran dengan kita. Mereka gak sungkan-sungkan. Hitung-hitung dapat juga tambahan ilmu,” kata Taufik.

Meski ia sering pulang malam, namun Taufik tidak pernah merasa terbebani dengan pekerjaannya. Bagi dia, selama ikhlas menjalani, Allah SWT akan meringankan langkah. “Kadang begitu saya sudah sampai rumah, anak- anak sudah pada tidur. Tapi mereka sudah paham dengan pekerjaan saya. Kuncinya keikhlasan,” tandas Taufik. (markus/put)

Close Ads X
Close Ads X