Mesir Semakin Bergolak

16 Tewas, Morsi Siap Dialog (kecil) 

BERGOLAK. Pengunjuk rasa anti- Mursi membawa spanduk bertuliskan "pergi" sementara meneriakkan yel-yel anti-Mursi dan anti- Ikhwanul Muslimin di Lapangan Tahrir, Kairo, Mesir, Jumat (28/6). Otoritas keagamaan Mesir yang berkuasa mengingatkan kemungkinan terjadinya "perang sipil" dan menyerukan untuk tetap tenang setelah seorang anggota Ikhwanul Muslimin terbunuh menjelang aksi protes besar-besaran untuk mendesak berhentinya Presiden Mursi.
Pengunjuk rasa anti-Mursi membawa spanduk bertuliskan “pergi” sementara meneriakkan yel-yel anti-Mursi dan anti-Ikhwanul Muslimin di Lapangan Tahrir, Kairo, Mesir, Jumat (28/6). Otoritas keagamaan Mesir yang berkuasa mengingatkan kemungkinan terjadinya “perang sipil” dan menyerukan untuk tetap tenang setelah seorang anggota Ikhwanul Muslimin terbunuh menjelang aksi protes besar-besaran untuk mendesak berhentinya Presiden Mursi. ANTARA FOTO/REUTERS/Asmaa Waguih/ox/13.

 

Kairo | Jurnal Asia

Mesir kembali bergolak. Hingga Senin (1/7) sore, 16 orang dilaporkan tewas seiring terjadinya aksi demo besar-besaran untuk menyerukan pengunduran diri Presiden Mohamed Morsi. Kerusuhan itu sekaligus menandai ulang tahun pertama terpilihnya Presiden Morsi secara demokratis.

Kementerian Kesehatan Mesir menyatakan, sedikitnya 16 orang tewas dalam aksi-aksi demo besar-besaran tersebut. Ini termasuk delapan orang yang tewas dalam bentrokan antara para pendukung dan penentang Presiden Mohamed Morsi di Kairo.

Sementara tiga orang tewas di provinsi Assiut dan satu orang masing-masing tewas di provinsi Fayoum, Beni Sueif dan Kafr el-Sheikh. Tidak disebutkan identitas para korban dan bagaimana mereka bisa tewas.

Kementerian Kesehatan juga menyatakan, seorang demonstran juga tewas dalam aksi demo yang digelar di luar istana kepresidenan di Kairo. Seorang demonstran lainnya tewas akibat luka-luka yang dideritanya dalam kerusuhan di kota Alexandria..

Para demonstran menyerang kantor pusat Ikhwanul Muslimin di Kairo. Tayangan televisi menunjukkan, gedung tersebut dibakar sementara puluhan orang menyerbunya, melemparkan batu-batu dan bom molotov. Para pendukung Ikhwanul Muslimin pun berhadapan dengan para demonstran penentang Morsi. Suara-suara tembakan terdengar di sekitar gedung tersebut.

Jutaan orang turun ke jalan-jalan di Kairo dan kota-kota Mesir lainnya untuk menyerukan pengunduran diri Presiden Morsi. Ini merupakan aksi demo terbesar di Mesir sejak revolusi 2011 lalu. Teriakan “Pergi!” terdengar membahana di Kairo dalam aksi demo besar-besaran yang berlangsung Minggu, 30 Juni waktu setempat.

“Ini merupakan aksi demo terbesar dalam sejarah Mesir,” ujar sumber militer Mesir. Tidak disebutkan angka pasti para demonstran tersebut. Namun dikatakan sumber militer itu, jutaan orang ikut serta dalam aksi-aksi demo besar-besaran itu.

Gerakan oposisi Mesir, Tamarod yang memimpin aksi demo besar-besaran menentang Presiden Mohamed Morsi memberikan deadline atau tenggat waktu bagi pemimpin Islamis itu untuk mundur. Morsi didesak meletakkan jabatan pada hari ini, Selasa (2/7). Jika tidak, Tamarod mengancam akan melancarkan kampanye pembangkangan sipil.

“Kami memberikan Mohamed Morsi waktu hingga Selasa 2 Juli pukul 17.00 untuk meletakkan kekuasaan, memungkinkan institusi negara untuk menyiapkan pemilihan presiden lebih dini. Jika tidak, Selasa pukul 17.00 akan menjadi awal kampanye pembangkangan sipil sepenuhnya,” demikian pernyataan Tamarod seperti dilansir kantor berita AFP, Senin (1/7).

Tamarod merupakan gerakan rakyat yang mengklaim telah mengumpulkan lebih dari 22 juta tanda tangan warga Mesir yang menginginkan pengunduran diri Morsi. Tamarod berada di belakang aksi demo besar-besaran di Kairo dan kota-kota Mesir lainnya pada Minggu, 30 Juni waktu setempat. Dalam aksi itu, jutaan warga Mesir turun ke jalan-jalan dan menyerukan Morsi untuk lengser.

Dalam pernyataannya,Tamarod juga menyerukan militer dan polisi untuk mendukung para demonstran. Oposisi tersebut juga menolak tawaran dialog yang disampaikan pemerintah Morsi. “Tak mungkin bisa menerima langkah-langkah yang setengah jalan. Tak ada alternatif selain berakhirnya kekuasaan Ikhwanul Muslimin secara damai dan perwakilannya, Mohames Morsi,” demikian disampaikan Tamarod.

Para pengunjuk rasa menuntut Morsi untuk mundur karena dianggap gagal mengatasi permasalahan ekonomi dan keamanan sejak menjabat sebagai Presiden setahun lalu. Stasiun berita BBC, Senin (1/7), mengungkapkan bentuk kegagalan lainnya pemerintahan Morsi di bidang ekonomi, yaitu menurunnya bidang pariwisata dan investasi. Nilai inflasi semakin merajalela dan pasokan bahan bakar semakin tipis, sehingga pemadaman listrik mulai kerap terjadi di musim panas ini.

 

Dari sisi HAM, aktivitas HAM mencatat, aksi kekerasan kian meluas. Mursi tak berbuat banyak saat petugas keamanan melakukan pelanggaran HAM.

 

Siap Dialog

Juru bicara Presiden Morsi, Ihab Fahmi, menyerukan kepada seluruh warga Mesir untuk tetap bersatu dan mendengarkan suara kebijakan.

“Perbedaan politik diperlukan oleh semua pihak untuk mematuhi proses demokrasi,” ujar Fahmi.

Fahmi kemudian menambahkan, Morsi mengaku siap berdialog nasional secara serius terkait tuntutan para demonstran. Namun Morsi memberikan sinyalemen tidak akan mengundurkan diri dari jabatannya sebagai Presiden.

Melihat gejala ini, kelompok oposisi Front Pembebasan Nasional (NSF) membuat sebuah petisi bernama untuk menyerukan digelarnya Pemilu sela demi memilih pemimpin Mesir yang baru. Menurut mereka, sebanyak 22 juta warga Mesir telah membubuhkan tanda tangan mereka dalam petisi itu.

Namun kelompok oposisi tetap menyerukan kepada pengunjuk rasa untuk tetap dapat mempertahankan aksi ini secara damai hingga kejatuhan rezim Morsi.

Jumlah pengunjuk rasa mencapai ratusan ribu orang dan tersebar di beberapa kota. Di ibukota Kairo, sekitar sepuluh ribu orang berkumpul di Plasa Tahrir dan di luar istana Kepresidenan.DC-VN

Close Ads X
Close Ads X