Israel Kembali Buka Penyeberangan ke Jalur Gaza

Gaza | Jurnal Asia

Pemerintah Israel kembali membuka satu-satunya akses penyeberangan di Jalur Gaza setelah serangkaian aksi protes berujung ricuh.

Penyeberangan tersebut dibuka pada Kamis (13/9), setelah situasi kembali tenang seiring langkah pejabat PBB dan Mesir untuk menjadi penengah upaya gencatan senjata antara Israel dan penguasa Jalur Gaza, Hamas.

Juru Bicara Kementerian Pertahanan Israel yang memantau jalur penyeberangan Erez ini mengonfirmasi kabar pembukaan kembali tersebut.

Jalur penyeberangan ini terakhir kali ditutup pada 5 September lalu, ketika tentara Israel melaporkan bahwa ratusan pengunjuk rasa merusak jalur penyeberangan Ezer bagian Gaza.

Israel memblokir akses darat, laut, dan udara menuju Jalur Gaza selama lebih dari satu dekade, tapi memberikan izin kepada orang-orang yang ingin menyeberang dengan alasan tertentu.

Setidaknya 1.000 warga Gaza menyeberang melalui Erez setiap hari. Kebanyakan orang keluar dan masuk wilayah itu karena membutuhkan perawatan medis, atau seorang pengusaha, pelajar dan lainnya.

Kerem Shalom, perlintasan lain dengan Israel di wilayah itu, digunakan khusus untuk barang-barang.
Ketegangan terjadi di sepanjang wilayah ini selama beberapa bulan terakhir akibat aksi protes dan bentrokan dengan militer Israel. Namun, kondisi tampak tenang selama beberapa minggu ini.

Rangkaian aksi protes di sepanjang perbatasan Jalur Gaza dan Israel ini sudah berlangsung sejak 30 Maret lalu.

Setiap hari Jumat, mereka menggelar aksi besar-besaran agar para pengungsi dapat kembali ke kampung halaman nenek moyang mereka yang kini sudah menjadi wilayah kekuasaan Israel.

Pengunjuk rasa kerap membakar ban dan melempari batu ke pagar pembatas, di mana tentara Israel bersiaga. Para tentara tak segan melepaskan tembakan jika ada demonstran yang mendekati pagar perbatasan.

Hingga kini, korban tewas akibat bentrokan ini mencapai 176 jiwa. Dalam periode yang sama, satu prajurit Israel juga dibunuh.
Hancurkan Pondok

Di sisi lain, Israel menghancurkan pondok-pondok aktivis Palestina di Khan al-Ahmar, desa suku Bedouin di Tepi Barat yang telah digusur pemerintah.

Beberapa sumber Reuters mengatakan bahwa tentara Israel tiba sebelum matahari terbit pada Kamis (13/9) dan menghancurkan gubuk-gubuk yang dibangun para demonstran, tapi tak menyentuh tempat berkemah penduduk Bedouin.

Seorang juru bicara tentara Israel menyatakan bahwa ia tidak bisa memberi informasi apa pun. Lima gubuk yang dihancurkan ini dibangun oleh aktivis dari kelompok HAM dan otoritas Palestina yang didukung Barat untuk membantu komunitas Bedouin.

Desa Khan al-Ahmar sendiri terletak dekat jalan penghubung yang melewati Tepi Barat, dari Yerusalem hingga ke Laut Mati.

Rencana Israel untuk menggusur desa dan memindahkan 180 penduduk Bedouin dikecam warga Palestina dan beberapa negara Eropa, yang mengkhawatirkan dampak pada penduduk dan harapan perdamaian.

Suku Bedouin selama ini hidup berpindah-pindah sambil menggembalakan hewan ternak mereka. Warga Palestina menganggap penggusuran ini sebagai bagian dari rencana Israel untuk menciptakan permukiman yang bakal memisahkan Yerusalem Timur dari Tepi Barat.

Selama ini, Israel dan Palestina memperebutkan wilayah Yerusalem Timur untuk menjadi ibu kota mereka.

Pekan lalu, Mahkamah Agung menolak petisi untuk mencegah penggusuran ini, mendukung otoritas yang menyatakan bahwa desa itu dibangun tanpa izin. Namun, warga Palestina menyatakan bahwa dokumen-dokumen sangat sulit didapatkan. (cnn-adp)

Close Ads X
Close Ads X