Erdogan Cemaskan Rencana Pembantaian di Idlib

Ankara | Jurnal Asia

Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan memperingatkan menjatuhkan bom dan rudal di Provinsi Idlib bisa melahirkan pembantaian. Idlib menjadi satu-satunya provinsi yang kini masih dikuasai pemberontak.

“Tuhan melarang, pembantaian serius bisa terjadi jika ada hujan rudal di sana,” kata Erdogan dalam perjalanan udara dari Kyrgyzstan, Rabu (5/9) watu setempat.

Pernyataan Erdogan berbarengan dengan gerakan pasukan Suriah di dekat wilayah barat laut Idlib. Pasukan Suriah hendak menyerang habis-habisan Idlib. Damaskus dan pendukung utama mereka, Moskow, telah berjanji membasmi kelompok militan yang menguasai Idlib.

Rusia, sekutu rezim Presiden Bashar al-Assad, pada Selasa melanjutkan serangan udara di Idlib setelah jeda 22 hari.

Turki, yang mendukung beberapa pemberontak, sudah mengadakan beberapa putaran pembicaraan dengan Rusia, serta dengan Washington. Tujuannya demi mencegah serangan terhadap Idlib.

Erdogan berbicara tentang ‘proses sangat kejam’ yang berlangsung di Idlib. Ia memperingatkan risiko bahwa pertempuran sengit akan memicu masuknya pengungsi.

“Sebanyak 3,5 juta orang tinggal di sana. Akan berdampak pada Turki di mana orang-orang itu akan melarikan diri jika terjadi bencana,” kata Erdogan.

Idlib menjadi salah satu yang disebut zona ‘de-eskalasi’, terbentuk sebagai hasil pembicaraan oleh Rusia, Turki, dan Iran tahun lalu ketika Damaskus merebut kembali kendali atas lebih banyak daerah.
Erdogan serta presiden Iran dan Rusia bertemu pada Jumat di Teheran untuk KTT yang diharapkan akan fokus pada soal Idlib.

Dewan Keamanan PBB (DK PBB) juga dijadwalkan ikut bertemu Jumat untuk mengatasi situasi di Idlib. Di tengah meningkatnya kekhawatiran akan serangan dan kemungkinan penggunaan senjata kimia.

Washington memperingatkan Selasa bahwa jika Damaskus menggunakan senjata kimia, mereka akan merespons.

Sementara itu, Duta Besar Rusia untuk Indonesia Lyudmila Vorobieva menegaskan keberadaan militer Rusia di Idlib, Suriah murni untuk mengusir teroris.

“Keberadaan militer Rusia di Provinsi Idlib, Suriah, sejatinya adalah untuk mengusir teroris,” ujar Lyudmila.

Dia menambahkan, teroris yang menguasai Suriah terbukti sebagai faktor kesengsaraan masyarakat negara tersebut.

“Kembalinya orang-orang Suriah ke negara mereka adalah tujuan utama. Menjadikan negara yang aman untuk didiami terbebas dari gangguan teroris,” kata dia.

Lyudmila menjelaskan Rusia hadir untuk membantu orang-orang Suriah menata kembali kehidupan mereka. Menurut dia, kestabilan, keamanan dan pertumbuhan ekonomi dibutuhkan Suriah saat ini.
(mtv-adp)

Close Ads X
Close Ads X