42 Pendukung Morsi Tewas Ditembak

Terluka. Pendukung Presiden Mesir Mohamed Mursi yang digulingkan mengelilingi seorang pengunjuk rasa yang terluka dalam bentrokan di depan gedung Pengawal Republik di Kairo, Jumat (5/7). Setidaknya tiga pengunjuk rasa ditembak mati di depan barak Pengawal Republik dimana Mursi ditahan. //INT.
Terluka. Pendukung Presiden Mesir Mohamed Mursi yang digulingkan mengelilingi seorang pengunjuk rasa yang terluka dalam bentrokan di depan gedung Pengawal Republik di Kairo, Jumat (5/7). Setidaknya tiga pengunjuk rasa ditembak mati di depan barak Pengawal Republik dimana Mursi ditahan. //INT.

Kairo | Jurnal Asia

Mesir terus memanas. Para pendukung presiden terguling Mesir Mohamed Morsi menculik dua tentara di Kairo. Aksi ini dilakukan setelah puluhan pendukung Morsi tewas dalam serangan di luar markas besar pasukan elit Garda Republik di Kairo.

Kedua tentara Mesir itu diidentifikasi sebagai Samir Abdallah Ali dan Azzam Hazem Ali. Keduanya dinaikkan ke atas sebuah kendaraan dan dipaksa untuk membuat pernyataan-pernyataan pro-Morsi dan antimiliter dengan menggunakan pengeras suara.

Menurut seorang pejabat militer Mesir seperti dikutip kantor berita resmi Mesir, MENA dan dilansir AFP, Senin (8/7), salah seorang tentara dipukuli berulang kali saat membuat pernyataan pro-Morsi tersebut. Belum diketahui bagaimana kondisi kedua tentara itu saat ini. Juga belum jelas apakah keduanya masih disandera para pendukung Morsi atau telah dibebaskan.

Sedikitnya 42 orang tewas dalam serangan terhadap para pendukung presiden terguling Mohamed Morsi di luar markas besar pasukan elit Garda Republik di Kairo hari ini. Ratusan orang lainnya luka-luka.

“Jumlah korban jiwa saat ini 42 orang dan 322 orang terluka,” kata Ahmed al-Ansari, pejabat medis senior setempat seperti dikutip kantor berita AFP, Senin (8/7).

Sebelumnya, kelompok Ikhwanul Muslimin yang memimpin aksi demo pro-Morsi, menyatakan bahwa 35 pendukungnya tewas ketika polisi dan tentara menembaki mereka saat tengah menunaikan salat pada Senin subuh waktu setempat.

“Para pendukung Morsi sedang salat ketika polisi dan tentara melepaskan peluru dan gas air mata ke mereka. Ini menyebabkan sekitar 35 orang tewas dan angka tersebut kemungkinan akan bertambah,” demikian pernyataan Ikhwanul Muslimin seperti dilansir kantor berita AFP.

Namun menurut saksi mata di lokasi, militer dan polisi hanya melepaskan tembakan peringatan dan gas air mata ke arah para demonstran. Tapi kemudian sekelompok orang berpakaian sipil menyerang para demonstran dengan melancarkan tembakan membabi-buta. Belum ada pernyataan dari militer Mesir mengenai insiden ini.

 

Sebelumnya, militer Mesir menyatakan “para teroris bersenjata” mencoba menyerbu markas besar pasukan elit Garda Republik di Kairo, tempat para demonstran Ikhwanul menggelar aksi demo untuk memprotes penggulingan Morsi.

Para demonstran pro-Morsi tersebut telah beberapa hari ini menginap di luar markas besar Garda Republik. Mereka bertekad akan terus menggelar aksi mereka sampai Morsi dikembalikan ke kursi kepresidenan.

Tewasnya puluhan pendukung Morsi itu semakin menyulut bara pertikaian. Karena itu, kelompok Ikhwanul Muslimin  menyerukan perlawanan dan meminta komunitas internasional untuk mengintervensi guna mencegah perang saudara seperti yang terjadi di Suriah.

Sayap politik Ikhwanul, Partai Kebebasan dan Keadilan menyerukan perlawanan oleh rakyat Mesir yang hebat terhadap mereka yang mencoba mencuri revolusi mereka dengan tank-tank.

Partai tersebut juga mendesak komunitas internasional dan kelompok-kelompok internasional serta semua warga bebas dunia untuk mengintervensi guna menghentikan pembantaian lebih jauh… dan mencegah Suriah baru di dunia Arab.

 

Juru bicara Ikhwanul Muslimin, Gehad Haddad, mengatakan militer dan polisi menembaki massa di depan markas Garda Republik di Kairo itu. Dia menegaskan, ini bukan penembakan biasa, tapi “pembantaian”.

“Korban tewas dengan peluru di kepala. Peluru mereka meledak begitu masuk ke dalam tubuh, menghancurkan organ dalam dan anggota tubuh. Setiap polisi di seluruh dunia tahu cara membubarkan demonstran. Tapi ini adalah tindakan kriminal yang mengincar pemrotes,” kata Haddad.

Rumah sakit darurat di dekat Masjid Rabiah al-Adawiyah, Nasr City penuh sesak dengan para korban luka. Rumah sakit ini didirikan sejak Ikhwanul Muslimin melakukan unjuk rasa Rabu pekan lalu.

Hadad mengatakan ada dua alasan mengapa militer menggunakan cara sadis dalam membubarkan mereka. Pertama, kata dia, militer ingin mengusir Ikhwanul Muslimin dari jalanan dan menghentikan upaya mereka menegakkan demokrasi di Mesir yang sebelumnya selama 60 tahun di bawah tirani militer.

“Atau mereka kira darah kami lebih murah daripada darah siapapun di Mesir dan tidak ada yang peduli,” kata Hadad.

Akibat peristiwa ini, partai Islam Nour, menarik diri dari negosiasi membentuk pemerintahan sementara selama menunggu pemilihan umum. Sebelumnya Nour mendukung intervensi militer, namun mereka akhirnya mengalihkan dukungan.
Sebelumnya pada Rabu 3 Juli larut malam waktu setempat, militer Mesir menyatakan berakhirnya kekuasaan Morsi. Jenderal Sisi pun mengumumkan ketua Mahkamah Konstitusi Adly Mansour sebagai presiden sementara.

Sisi juga menyerukan digelarnya kembali pemilihan presiden dan parlemen di Mesir. Pengumuman ini mendapat sambutan meriah rakyat Mesir di berbagai wilayah. Warga yang berkumpul di jalan-jalan bersorak-sorai dan menggelar pesta kembang api untuk merayakan kejatuhan Morsi.

Close Ads X
Close Ads X