PT harus Bangun Kerjasama Nasional dan Internasional

PAPARAN. Wakil Ketua Majlis Diktilitbang PP Muhammadiyah Prof Dr H Edy Suandi Hamid MEc (kanan) menyampaikan paparannya saat membuka workshop ASKUI PTMA se-Indonesia di kampus UMSU sebagai tuan rumah penyelenggara. (ist)

Workshop ASKUI PTMA se-Indonesia di UMSU

Medan | Jurnal Asia

Asosiasi Kantor Urusan Internasional Perguruan Tinggi Muhammadiyah/Aisyiyah (ASKUI PTMA) se-Indonesia menggelar workshop di Aula Pascasarjana UMSU Jalan Denai Medan, Rabu (17/10)
Kegiatan yang mengambil tema “Empowering Internationalization at PTM” ini diikuti 48 KUI PTMA yang dibuka Wakil Ketua Majlis Diktilitbang PP Muhammadiyah Prof Dr H Edy Suandi Hamid, MEc.

Rektor UMSU Dr Agussani MAP yang diwakili WR I Dr Arifin Gultom SH MHum mengatakan, menghadapi persaingan di era Revolusi Industri 4.O dewasa ini, perguruan tinggi bukan saja dituntut untuk memiliki pranata sistem teknologi informasi yang up tu date, tetapi juga harus memiliki kemampuan membangun jaringan kerjasama, baik di tingkat regional, nasional maupun internasional.
Arifin mengapresiasi Majlis Diktilitbang PP Muhammadiyah yang selama ini begitu serius memprakarsai program internasionalisasi PTMA yang salahsatu fokus kegiatannya adalah mendorong PTMA untuk proaktif membangun kerjasama dengan sejumlah perguruan tinggi luar negeri.

Arifin menegaskan komitmen UMSU untuk mendukung sepenuhnya program internasionalisasi PTMA tersebut. Ia mengatakan, selama ini walaupun belum begitu maju, namun apa yang telah dilakukan UMSU bukan hanya sebatas wacana semata, tapi sudah direalisasikan dalam bentuk program nyata.

Misalnya kata Arifin, tahun ini mengirim sejumlah mahasiswanya untuk belajar sambil magang ke Jepang, Taiwan, Thailand dan sebagainya. Bahkan tahun ini juga menerima sejumlah mahasiswa asing.

Wakil Ketua Majlis Diktilitbang PP Muhammadiyah Prof Dr H Edy Suandi Hamid Mec mengatakan, dewasa ini persaingan dunia semakit ketat dan terbuka, dimana di level dunia ada globalisasi dan di level regional ada regionalisasi.

“Hal itu menunjukkan dunia itu semakin tanpa batas (borderless). Jadi internasionalisasi perguruan tinggi itu kemudian menjadi suatu keharusan karena negara kita sudah menandatangani WTO Agreements yang salahsatunya terkait dengan keterbukaan dalam pendidikan,” ujarnya

Karena itu, lanjut Edy, mau tidak mau jika ingin tetap eksis dalam iklim keterbukaan yang sangat kompetitif itu perguruan tinggi harus mempersiapkan diri, tidak terkecuali PTMA.

Menurutnya, PTMA harus melakukan penguatan-penguatan, sehingga bukan cuma sekedar mampu bertahan, tapi juga mampu go internasional.

“Bukan cuma mengirim mahasiswanya untuk kuliah di luar, tapi juga mampu mengundang orang luar kuliah di PTM, Tentunya, hal ini butuh penangan yang serius dan spesifik. Itulah fungsi dari keberadaan KUI tersebut,” katanya.

Edy menyebutkan keberadaan KUI itu diperlukan bukan sekedar untuk sekedar membuat jalinan kerjasama, tetapi membuat kegiatan kerjasama.

Akreditasi itu penegasannya bukan dalam hal kerjasama internasional, tetapi kegiatan kerjasama internasional. Artinya, setiap MoU harus ditindaklanjuti secara konkrit dalam bentuk kegiatan kerjasama yang riil.

“Hal ini merupakan prasyarat bagi Perguruan tinggi yang unggul. Gak mungkin sebuah perguruan tinggi di republik ini terakreditasi unggul tanpa kerjasama internasional. Jadi kerjasama internasional itu adalah sebuah kinascayaan jika ingin menjadi perguruan tinggi yang unggul,” kata Edy.
(swisma)

Close Ads X
Close Ads X