
Medan | Jurnal Asia
Kementerian Pendidikan Nasional menghimbau seluruh sekolah mulai tingkat dasar hingga menengah atas untuk menngadakan pesantren kilat selama Bulan Ramadan.
“Tentu imbauan dari Mendiknas dan Menag agar program-program seperti pesantren kilat itu diupayakan untuk dikembangkan dan dihidupkan selama bulan puasa,” kata Wakil Menteri Pendidikan Nasional, Prof Musliar Kasim.
Menurut dia, kegiatan pesantren kilat Ramadan merupakan bagian dari kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP) pembentukan karakter siswa. Oleh karenanya Kemendiknas dan Kemenag telah menjelaskan petunjuk pelaksanaan dan model pesantren kilat di sekolah-sekolah.
“Kita harapkan selama bulan puasa disamping tetap melakukan pembelajaran, tapi bagian pembentukan karakter menjadi salah satu hal yang diutamakan,” kata dia.
Meski demikian Kemendiknas menyerahkan metode dan waktu pelaksanaan pesantren kilat Ramadhan kepada sekolah di daerah masing-masing.
“Bagaimana pelaksanaanya diserahkan kebijakan masing-masing daerah dan sekolahnya saja,” katanya.
Sementara itu Dinas Pendidikan (Disdik) Kota Medan juga meminta para pengelola sekolah untuk menggelar kegiatan keagamaan bagi siswa. Selain meningkatkan amalan ibadah, juga mengurangi minat siswa untuk melakukan hal negatif seperti asmara subuh.
“Diikutsertakan siswa-siswanya dalam kegiatan ini sehingga bisa mengurangi kegiatan-kegiatan negatif yang selalu terjadi setiap tahunnya,” ucap Kepala Dinas Pendidikan Medan Parluhutan Hasibuan, Sabtu (6/7).
Menurutnya, kegiatan pesantren kilat tidak usah terlalu panjang waktunya. Namun, di dalamnya berisikan tausyiah (ceramah), pengajian (tadarus), dan silaturahmi.
“Jadi benar benar kegiatan itu berkesan dikalangan siswa,” jelasnya.
Parluhutan menambahkan, selama ini kegiatan ini hanya diikuti sebagian siswa dan sekolah saja. Sementara sisanya melakukan aktivitas berkonvoi pada subuh hari. Untuk itu, pada tahun ini dirinya berharap dapat dimaksimalkan.
“Siswa yang melakukan tindakan kriminal seperti, pergaulan bebas, penyimpangan seks, narkoba karena nilai agama dalam dirinya tidak kuat. Makanya kegiatan ini sangat bermanfaat dalam membentuk pribadi siswa,” jelasnya. (Swisma|Int)